Ayat bacaan: Ulangan 11:12
==================
"suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN, Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun."
Sejak bulan Maret tahun 2020 dunia kita diguncang. Semua berubah dengan begitu drastis dengan kengerian yang tidak main-main. Disatu sisi kita harus membiasakan sebuah tatanan bernama 'new normal', di sisi lain kita pun harus berhadapan dengan horror berkepanjangan baik dari pemberitaan media maupun orang-orang yang memanfaatkan situasi demi kepentingan politisnya untuk memperkeruh suasana. Banyak usaha yang gulung tikar, banyak yang jadi pengangguran, banyak pula yang kebingungan menyikapi perubahan mendadak. Namanya virus, variannya pun bermunculan. Baru bernafas sedikit setelah badai yang satu, eh muncul lagi varian berikutnya, dan jumlah korban pun naik lagi. Manusia yang sejatinya mahluk sosial tiba-tiba dipaksa untuk hidup sebaliknya. Tadinya kita bisa berkumpul, mendadak kita menjadi takut bertemu dengan orang lain apalagi yang tidak kita kenal betul. hidu
Banyak negara yang kemudian bangkrut, dan kita harus bersyukur tidak harus sampai separah itu. Meski demikian, kesulitan ekonomi pun menjadi sebuah realita yang mau tidak mau harus dialami oleh banyak dari kita, terutama bagi yang hidup bukan dari gaji tetap. Kesulitan ekonomi menjadi momok yang kemudian sama mengerikannya dengan virus yang sudah melanda dua tahun lebih.
Hari ini kita masih berhadapan dengan masalah itu, meski tidak lagi seperti dahulu. Tapi masalah lain pun muncul sebagai dampaknya, yaitu krisis global. Tahun 2023 yang sebentar lagi akan hadir harus diwaspadai, karena ancaman resesi ada di depan mata. Peringatan akan hal ini sudah disampaikan sejak beberapa bulan lalu. So, tahun 2023 tampaknya bakal suram bagi kehidupan kita. Beberapa teman saya yang tadinya hidup baik sekarang morat-marit, dan mereka menyuarakan ketakutan mereka dalam memasuki tahun baru. Saya pun termasuk yang terdampak secara ekonomi. Berat, penuh ketidakpastian, tapi seperti renungan terdahulu, saya menganggap masa ini sebagai masa ujian saya. Saya bertekad untuk tetap melewatinya dengan mengusahakan sebaik yang saya bisa, dengan hati yang tetap bersyukur dan bersukacita, dan pastinya, menjalani hari demi hari bersama Tuhan.
Krisis ekonomi yang pernah melanda kita di tahun 98 sudah saya alami. Dan saya sudah melewatinya, juga masih hidup hari ini. Buat saya, kalau saya sudah melewati tahun kemarin dengan selamat, kalau saya masih makan dan diberi kesehatan untuk terus berusaha, itu jelas karena Tuhan. Artinya, saya masih punya kesempatan di tahun yang katanya bakal berat dan tidak seharusnya kehilangan pengharapan.
(bersambung)