Kitab Amsal menuliskan "Dengan
hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan, dan dengan
pengertian kamar-kamar diisi dengan bermacam-macam harta benda yang
berharga dan menarik." (Amsal 24:3-4). Rumah, itu berbicara bukan hanya
soal bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal saja, tapi lebih
dari itu rumah berbicara mengenai banyak hal secara lebih luas.
Perkumpulan, organisasi, persekutuan, komunitas, semua itu pun merupakan
'tempat tinggal' bagi anggotanya bukan? Peran orang percaya untuk
mendirikan Kerajaan Allah di muka bumi ini pun seperti itu. Keragaman
seharusnya memperkaya, bukan jadi penghambat. Perbedaan seharusnya
dipandang sebagai anugerah Tuhan yang bisa membuat kita lebih baik,
bukan sebagai pemicu perpecahan. Ingat pula bahwa dalam 1 Korintus 12
sudah diingatkan bahwa "Karena sama seperti tubuh itu satu dan
anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak,
merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus." (ay 12).
Tubuh
kita ini terdiri dari begitu banyak organ dan bagiannya. Bayangkan kalau
kita hanya terdiri dari tangan semua, atau kaki semua dan seterusnya.
Bukan saja bentuknya akan aneh, tapi kita juga tidak bisa berfungsi
maksimal sebagaimana kita hari ini. Kalau berjalan kita pakai kaki dan
bukan tangan. Memegang kita butuh tangan dan bukan kaki. Melihat itu
pakai mata, telinga untuk mendengar, hidung untuk mencium dan
sebagainya. Jantung, hati, usus, pembuluh darah, daging, otot, dan
sebagainya, semua punya fungsi sendiri-sendiri dan dalam sebuah kesatuan
kita menjadi lengkap dan bisa melakukan banyak hal. Banyak anggota
dengan caranya masing-masing, tetapi semua merupakan satu tubuh, bagian
dari tubuh Kristus. Itulah seharusnya yang kita pakai dalam menyikapi
perbedaan. Alangkah sayangnya kalau kita hanya mengisi segala aktifitas
kita dengan ribut dan bertengkar, saling menjelekkan satu sama lain. Di
luar sana semakin banyak orang yang merasa berhak menghakimi, melakukan
tindak-tindak kekerasan bahkan tega membunuh hanya karena berbeda. Di
antara kita murid Yesus, kasih yang mendasari kekristenan kita
seharusnya bisa menjauhkan kita dari sikap-sikap seperti itu. Jangan
sampai kita sama seperti mereka, atau malah lebih parah.
Kesatuan
tidak berarti harus ada keseragaman dan perbedaan bukanlah berarti
perpecahan. Perbedaan hendaklah disikapi dengan kedewasaan dan
bijaksana. Apa yang terjadi pada Barnabas dan Paulus hendaknya menjadi
pelajaran bagi kita. Alangkah indahnya apabila kita semua bisa bersatu,
saling dukung, saling menguatkan dan kompak bekerjasama. Alangkah indah
jika segala sesuatu bisa dibicarakan untuk mencari titik temu dan
kesepakatan sehingga kita tetap bisa berjalan bareng dan saling
bekerjasama untuk satu tujuan yang sama. Jika itu bisa kita lakukan,
disanalah Kerajaan Allah akan bisa dinyatakan secara maksimal di muka
bumi ini.
Perbedaan hendaknya dipandang sebagai sebuah rahmat dan bukan sumber perpecahan
Friday, July 29, 2022
Beda Orang Beda Gaya (3)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment