Thursday, July 7, 2022

Muda? Nggak Masalah (1)

Ayat bacaan: 1 Timotius 4:12
===================
"Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."

Hari ini saya teringat masa kuliah dulu. Di tahun kedua, saya sudah diangkat menjadi asisten dosen untuk lab komputasi. Itu artinya saya berwenang untuk mengumpulkan dan menilai tugas-tugas, mengurus absensi dan sebagainya, bahkan sering juga ketika dosennya 'malas' menerangkan, bagian itu pun diberikan pada saya. Permasalahannya, ada banyak senior yang mengambil mata kuliah ini karena satu dan lain hal, misalnya karena harus mengulang akibat sebelumnya tidak lulus. Karena saya dianggap masih anak baru dan ada di bawah mereka, maka mereka pun bertindak seenaknya. Mulai dari minta absensinya saya isi seolah hadir padahal tidak, sampai tidak mengumpulkan tugas tapi menyuruh saya langsung memberi nilai yang bagus. Saat itu saya sempat tertekan. Hati kecil saya menolak dan merasa harus tegas, tapi saya pun tidak ingin dimusuhi banyak orang di kampus. Akhirnya saya memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada ayah saya untuk meminta pandangan dan masukan.

Setelah saya cerita, ayah saya tersenyum. "Kamu itu persis papa waktu kuliah dulu. Apa yang papa alami juga sama." katanya. Lantas harus bagaimana? Dan ia pun mengatakan bahwa menjadi asisten itu adalah suatu amanah yang harus kita pegang dan jalankan dengan integritas tinggi. "Kalau masih di kampus saja kamu sudah mau berkompromi, menipu dan takut, bagaimana nanti setelah bekerja? Disana semua jauh lebih berat lagi." lanjutnya. Ayah saya mengajarkan saya bahwa untuk menjadi orang berintegritas memang bukan tanpa resiko. Tapi kalaupun harus dibenci, so be it, ketimbang kita harus mengkhianati jabatan yang dipercayakan pada kita. "Jadi kalau ada lagi yang seperti itu, tolak dengan tegas tapi baik-baik, jangan kasar atau sok berkuasa." Begitu kira-kira yang dinasihati ayah saya. 

Dan saya pun melakukan seperti itu. Bisa dibayangkan bagaimana reaksi dan air muka para senior itu saat saya menolak berkompromi. Bukan cuma reaksi dan air muka, kata-kata cibiran, sindiran pun sempat dilemparkan sebagian dari mereka. But, so be it, right? Itu harus saya hadapi sebagai 'efek samping' dari integritas atas amanah yang saya sandang. Tapi kemudian saya menemukan cara untuk bisa menghindari kebencian mereka. Saya menawarkan mereka waktu untuk mengajarkan mereka di luar jam kuliah, kapan saja mereka bisa dan bersedia. Dari satu orang, menjadi dua, menjadi empat dan seterusnya. Saya harus mengorbankan waktu dan tenaga saya, tapi itu membuat saya mulai mendapat respek dari mereka. 

Kalau saya ingat lagi pengalaman itu, saya selalu senyum-senyum sendiri. Itu adalah ujian integritas terberat pertama dalam hidup saya, yang menjadi pelajaran penting di saat saya sudah keluar berhadapan dengan real life challenges as an adult, apalagi setelah saya menjadi kepala rumah tangga, suami dan sekarang, juga seorang ayah dari putri kecil saya yang cantik dan pintar.

Setelah saya lahir baru, saya bertemu dengan sebuah ayat yang akan selalu mengingatkan saya pada pengalaman itu, yang tanpa sadar sudah saya amalkan sebelum saya tahu bahwa ayatnya ternyata ada. Ayat itu ada dalam surat Paulus kepada anak rohaninya, yaitu dalam  1 Timotius 4:12.

"Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu."

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...