(sambungan)
Buat
saya pribadi, peran orang tua yang disimbolkan bagai pahlawan yang
berjuang dengan panah ini sangatlah menarik karena bisa mengilustrasikan
koneksi orang tua dan anak beserta peran didalamnya secara tepat.
Sekarang mari kita lihat beberapa poin dalam hubungan dengan peran orang
tua ini.
1. Mempersiapkan tali busur, busur dan anak panah yang kuat
Seorang
pemanah harus memperhatikan peralatan yang mereka pergunakan, demikian
juga dengan anak panahnya. Jika hanya terbuat dari bahan yang mudah
lapuk, tipis atau patah, tentu itu akan menggagalkan anda dalam mengenai
sasaran. Seperti itulah persiapan orang tua agar dapat mengarahkan
anaknya. Tidak ada anak yang akan bisa diarahkan dengan baik apabila
orang tuanya saja masih lemah dalam memahami nilai-nilai dan
prinsip-prinsip kebenaran Firman Tuhan. Jadi para orang tua perlu
terlebih dahulu mengerti nilai dan prinsip dan tidak hanya berhenti
disana tapi juga menjadi teladan langsung lewat contoh perbuatan dalam
hidup sehari-hari agar bisa mempersiapkan anak-anak muda yang hidup
benar dan kuat dalam menghadapi masalah.
2. Tali busur harus fleksibel dan elastis
Bisakah
anda melepas anak panah apabila tali busurnya tidak elastis? Tanpa
adanya gaya pegas dari keelastisan tali, panah tidak akan bisa melesat
jauh menuju sasaran. Sebagai orang tua, kita harus bisa bersikap
fleksibel dan 'elastis' terhadap anak-anak yang notabene berada dalam
generasi yang berbeda dengan orang tuanya. Maksud elastis atau fleksibel
disini bukanlah bersikap lunak membiarkan pelanggaran-pelanggaran yang
mereka perbuat, tetapi mengacu kepada pemahaman/mengerti tentang
generasi seperti apa yang tengah dialami oleh anak-anak kita. Kita harus
paham betul karakter dan pribadi mereka, kita harus menganggap penting
perasaan mereka, dan kita harus pula mengerti di jaman seperti apa
mereka hidup. Dengan kata lain, kita harus paham dunia mereka dan masuk
kedalamnya, bukan memaksakan mereka untuk hidup dalam dunia di masa kita
dulu.
Mari kita ambil contoh kecil saja, antara generasi X yang
lahir di jaman sekitar 1960an hingga 1980an dengan generasi Y alias
generasi Milenial. yaitu generasi yang lahir di era selanjutnya. Antara
dua generasi ini saja ada banyak perbedaan nyata yang akan sulit
dipahami jika memaksakan kebiasaan atau pola pikir generasi anda ke
dalam generasi setelahnya yang saya suka sebut dengan generasi digital.
Misalnya dalam hal menyikapi hobi dan profesi. Generasi X cenderung
mengatakan bahwa kerja dahulu baru menyalurkan hobi jika sempat.
Generasi X masih berpusat pada gelar-gelar kesarjanaan klasik seperti
dokter, insinyur dan sebagainya. Sedang pada generasi Y, hobi sudah
bukan lagi sesuatu yang dilakukan hanya kalau ada waktu luang tetapi
bisa dijadikan profesi. Apalagi di generasi selanjutnya yang tengah
berlangsung saat ini. Profesi-profesi yang tadinya bagus banyak yang
tidak lagi menjanjikan, sebaliknya hal-hal yang tadinya berupa hobi dan
cenderung dilarang justru malah menghasilkan.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment