Tuesday, July 12, 2022

Pahlawan dan Anak Panah (3)

(sambungan)

Buat saya pribadi, peran orang tua yang disimbolkan bagai pahlawan yang berjuang dengan panah ini sangatlah menarik karena bisa mengilustrasikan koneksi orang tua dan anak beserta peran didalamnya secara tepat. Sekarang mari kita lihat beberapa poin dalam hubungan dengan peran orang tua ini.

1. Mempersiapkan tali busur, busur dan anak panah yang kuat
Seorang pemanah harus memperhatikan peralatan yang mereka pergunakan, demikian juga dengan anak panahnya. Jika hanya terbuat dari bahan yang mudah lapuk, tipis atau patah, tentu itu akan menggagalkan anda dalam mengenai sasaran. Seperti itulah persiapan orang tua agar dapat mengarahkan anaknya. Tidak ada anak yang akan bisa diarahkan dengan baik apabila orang tuanya saja masih lemah dalam memahami nilai-nilai dan prinsip-prinsip kebenaran Firman Tuhan. Jadi para orang tua perlu terlebih dahulu mengerti nilai dan prinsip dan tidak hanya berhenti disana tapi juga menjadi teladan langsung lewat contoh perbuatan dalam hidup sehari-hari agar bisa mempersiapkan anak-anak muda yang hidup benar dan kuat dalam menghadapi masalah.

2. Tali busur harus fleksibel dan elastis
Bisakah anda melepas anak panah apabila tali busurnya tidak elastis? Tanpa adanya gaya pegas dari keelastisan tali, panah tidak akan bisa melesat jauh menuju sasaran. Sebagai orang tua, kita harus bisa bersikap fleksibel dan 'elastis' terhadap anak-anak yang notabene berada dalam generasi yang berbeda dengan orang tuanya. Maksud elastis atau fleksibel disini bukanlah bersikap lunak membiarkan pelanggaran-pelanggaran yang mereka perbuat, tetapi mengacu kepada pemahaman/mengerti tentang generasi seperti apa yang tengah dialami oleh anak-anak kita. Kita harus paham betul karakter dan pribadi mereka, kita harus menganggap penting perasaan mereka, dan kita harus pula mengerti di jaman seperti apa mereka hidup. Dengan kata lain, kita harus paham dunia mereka dan masuk kedalamnya, bukan memaksakan mereka untuk hidup dalam dunia di masa kita dulu.

Mari kita ambil contoh kecil saja, antara generasi X yang lahir di jaman sekitar 1960an hingga 1980an dengan generasi Y alias generasi Milenial. yaitu generasi yang lahir di era selanjutnya. Antara dua generasi ini saja ada banyak perbedaan nyata yang akan sulit dipahami jika memaksakan kebiasaan atau pola pikir generasi anda ke dalam generasi setelahnya yang saya suka sebut dengan generasi digital. Misalnya dalam hal menyikapi hobi dan profesi. Generasi X cenderung mengatakan bahwa kerja dahulu baru menyalurkan hobi jika sempat. Generasi X masih berpusat pada gelar-gelar kesarjanaan klasik seperti dokter, insinyur dan sebagainya. Sedang pada generasi Y, hobi sudah bukan lagi sesuatu yang dilakukan hanya kalau ada waktu luang tetapi bisa dijadikan profesi. Apalagi di generasi selanjutnya yang tengah berlangsung saat ini. Profesi-profesi yang tadinya bagus banyak yang tidak lagi menjanjikan, sebaliknya hal-hal yang tadinya berupa hobi dan cenderung dilarang justru malah menghasilkan. 

(bersambung)


 

 

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...