Wednesday, July 13, 2022

Pahlawan dan Anak Panah (4)

 

(sambungan)

Zaman berubah, teknologi berubah, kebutuhan manusia berubah. Dunia mereka berbeda dengan dunia kita. Masalah yang lebih besar tentu akan muncul. Karena itulah orang tua sebaiknya diharapkan untuk bisa memahami/mengerti generasi apa yang tengah dihidupi oleh anaknya. Kita perlu tahu dunia pekerjaan hari ini seluas apa, anda perlu tahu bidang yang sesuai bakat atau hobi mereka, kita juga harus familiar dengan hiburan-hiburan apa yang mereka nikmati hari ini seperti lagu atau film misalnya. Jumlah lagu yang berisi lirik negatif semakin banyak, film yang bukan lagi terang-terangan tapi secara implisit memberi pengaruh buruk pun banyak, sehingga kitaperlu tahu apa yang mereka dengar dan lihat, agar bisa mengingatkan mereka tentang hal-hal buruk yang ada disana.Bersikap menentang dengan keras akan membuat anak semakin berjarak dan tertutup dari anda, bersikap cuek atau tidak peduli akan membuat mereka terseret ke dalam pusaran pengaruh buruk bahkan kesesatan yang ditawarkan dunia.

Jadi jangan terlalu kaku mengatur gaya, trend, mode atau hobi, minat dan bakat mereka sehingga gagal dalam menyiapkan busur yang kuat dan elastis. Meski bisa saja tidak sesuai dengan selera kita, selama tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, kita harus bisa bertoleransi. Bentuk mendidik atau mendisplinkan yang terlalu kaku dan memaksakan kehendak berlebihan hanyalah akan membuat anak-anak hidup dalam ketakutan, menjauh dari anda dan membuat mereka tidak bisa berkembang. Sebuah sikap fleksibel akan mampu menjembatani hubungan antar generasi, antara anda dan anak-anak, dan itu akan membuat anda mampu mengarahkan mereka, bagai pahlawan yang mengarahkan anak panahnya menuju sasaran.

3. Mengarahkan anak panah ke tempat yang tepat
Seorang pemanah tentu ingin menembakkan anak panahnya mengenai target secara tepat. Tapi bisakah si pemanah mengenai sasaran apabila ia sendiri tidak tahu apa yang menjadi targetnya? Pada kenyataannya ada banyak orang tua yang hanya menerapkan peraturan secara buta tanpa tahu apa yang menjadi tujuan. Mereka tidak mau dilarang, tidak memberi contoh yang baik, tapi mereka menerapkan secara keras terhadap anak-anaknya. Mereka sendiri tidak mau menjadi pelaku Firman Tuhan tapi bersikap layaknya pemimpin diktator dalam rumah tangga. Ini bukanlah gambaran yang baik jika mau mendidik anak-anak untuk menjadi orang-orang terampil yang berhasil dan takut akan Tuhan dalam hidupnya.

Apa yang terlebih dahulu harus diperhatikan adalah sejauh mana orang tua memahami prinsip-prinsip Kerajaan Allah dan mengaplikasikan semua itu secara nyata dalam keluarga alias menjadi contoh nyata atau teladan. Bagaimana mau anak tidak merokok kalau orang tuanya saja bebas merokok di depan mereka? Mau bagaimana mendidik mereka agar tidak menghakimi orang lain kalau orang tuanya jago gosip? Mau bagaimana mendidik moral dan akhlak anak-anak kalau orang tuanya menunjukkan pola hidup yang tidak baik seperti korupsi, berbuat curang atau mempertontonkan keahlian mencari keuntungan dengan merugikan yang lain? Pendek kata, anak-anak akan melihat keteladanan dari orang tuanya. Itu yang sering dilupakan oleh banyak orang tua. Mereka cenderung bersikap otoriter karena menyangka posisinya diatas sehingga merasa berhak bersikap seenaknya terhadap anak-anak. 

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...