(sambungan)
Zaman
berubah, teknologi berubah, kebutuhan manusia berubah. Dunia mereka
berbeda dengan dunia kita. Masalah yang lebih besar tentu akan muncul.
Karena itulah orang tua sebaiknya diharapkan untuk bisa
memahami/mengerti generasi apa yang tengah dihidupi oleh anaknya. Kita
perlu tahu dunia pekerjaan hari ini seluas apa, anda perlu tahu bidang
yang sesuai bakat atau hobi mereka, kita juga harus familiar dengan
hiburan-hiburan apa yang mereka nikmati hari ini seperti lagu atau film
misalnya. Jumlah lagu yang berisi lirik negatif semakin banyak, film
yang bukan lagi terang-terangan tapi secara implisit memberi pengaruh
buruk pun banyak, sehingga kitaperlu tahu apa yang mereka dengar dan
lihat, agar bisa mengingatkan mereka tentang hal-hal buruk yang ada
disana.Bersikap menentang dengan keras akan membuat anak semakin
berjarak dan tertutup dari anda, bersikap cuek atau tidak peduli akan
membuat mereka terseret ke dalam pusaran pengaruh buruk bahkan kesesatan
yang ditawarkan dunia.
Jadi jangan terlalu kaku mengatur gaya,
trend, mode atau hobi, minat dan bakat mereka sehingga gagal dalam
menyiapkan busur yang kuat dan elastis. Meski bisa saja tidak sesuai
dengan selera kita, selama tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, kita
harus bisa bertoleransi. Bentuk mendidik atau mendisplinkan yang terlalu
kaku dan memaksakan kehendak berlebihan hanyalah akan membuat anak-anak
hidup dalam ketakutan, menjauh dari anda dan membuat mereka tidak bisa
berkembang. Sebuah sikap fleksibel akan mampu menjembatani hubungan
antar generasi, antara anda dan anak-anak, dan itu akan membuat anda
mampu mengarahkan mereka, bagai pahlawan yang mengarahkan anak panahnya
menuju sasaran.
3. Mengarahkan anak panah ke tempat yang tepat
Seorang
pemanah tentu ingin menembakkan anak panahnya mengenai target secara
tepat. Tapi bisakah si pemanah mengenai sasaran apabila ia sendiri tidak
tahu apa yang menjadi targetnya? Pada kenyataannya ada banyak orang tua
yang hanya menerapkan peraturan secara buta tanpa tahu apa yang menjadi
tujuan. Mereka tidak mau dilarang, tidak memberi contoh yang baik, tapi
mereka menerapkan secara keras terhadap anak-anaknya. Mereka sendiri
tidak mau menjadi pelaku Firman Tuhan tapi bersikap layaknya pemimpin
diktator dalam rumah tangga. Ini bukanlah gambaran yang baik jika mau
mendidik anak-anak untuk menjadi orang-orang terampil yang berhasil dan
takut akan Tuhan dalam hidupnya.
Apa yang terlebih dahulu harus
diperhatikan adalah sejauh mana orang tua memahami prinsip-prinsip
Kerajaan Allah dan mengaplikasikan semua itu secara nyata dalam keluarga
alias menjadi contoh nyata atau teladan. Bagaimana mau anak tidak
merokok kalau orang tuanya saja bebas merokok di depan mereka? Mau
bagaimana mendidik mereka agar tidak menghakimi orang lain kalau orang
tuanya jago gosip? Mau bagaimana mendidik moral dan akhlak anak-anak
kalau orang tuanya menunjukkan pola hidup yang tidak baik seperti
korupsi, berbuat curang atau mempertontonkan keahlian mencari keuntungan
dengan merugikan yang lain? Pendek kata, anak-anak akan melihat
keteladanan dari orang tuanya. Itu yang sering dilupakan oleh banyak
orang tua. Mereka cenderung bersikap otoriter karena menyangka posisinya
diatas sehingga merasa berhak bersikap seenaknya terhadap anak-anak.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment