Sunday, July 24, 2022

Percaya atau Tidak? (1)

 Ayat bacaan: Markus 9:24
=====================
"Segera ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!"

Percaya dan tidak percaya itu bertolak belakang. Betul. Kelihatannya tentu seperti itu. Tapi pada kenyataannya belum tentu, bahkan bisa jadi sangat tipis. Kita bisa bagaikan terombang ambing bolak balik antara percaya dan tidak percaya dalam sekedip mata. Itu yang muncul di benak saya saat anak saya mau meluncur dari wahana luncuran saat saya bawa berenang.

"Kamu percaya papa kan? Ayo meluncur, papa tunggu di bawah." "Percaya pa," katanya mantap. Ia naik. Tapi kemudian berubah sebelum duduk di ujung atas luncuran. "Takut pa." katanya. Ia bolak balik duduk dan berdiri, antara percaya tapi juga takut. Takut itu artinya sama saja dengan meragukan atau tidak percaya. Geli rasanya melihat dia mundur maju  seperti itu. Tapi itu buat saya adalah sebuah gambaran mengenai bagaimana iman kita yang bisa naik turun tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Kita bisa mengatakan percaya, tapi sekejap kemudian kita bisa berubah menjadi tidak percaya. Seperti pendulum kadang berayun ke kiri, sebentar lagi sudah ada di kanan.

Jika demikian, antara percaya atau tidak itu bisa jadi memang tipis sekali bedanya. Kalau terhadap sesuatu yang nyata saja kita begitu, apalagi terhadap sesuatu yang tidak kelihatan. Saat kita menghadapi kesulitan, kita tidak bisa melihat apa yang akan terjadi di depan. Kemampuan kita tidak sanggup untuk melakukan itu. Karenanya iman menjadi sangat perlu dalam hal ini. Dan Ibrani 11:1 mengatakan bahwa iman merupakan dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari sesuatu yang tidak kita lihat. Tapi iman ini sepertinya pun sangat abstrak bagi manusia. Mengaku beriman belum tentu benar beriman, atau sekarang merasa beriman tapi kemudian hilang entah kemana.

Seperti apa iman kita akan terlihat dari bagaimana reaksi kita ketika menghadapi persoalan. Semakin berat beban masalah, maka semakin teruji pula iman kita. Secara teoritis kita tahu harus bagaimana, tapi seringkali sebagai manusia kita tidak atau belum sekuat itu. Dan kita pun sering berada diantara yakin dan ragu, antara percaya dan tidak percaya. Belum lagi kalau si jahat ikut-ikutan memanfaatkan kelemahan kita dan terus menggoyangnya. Maka, antara percaya dan tidak percaya bisa menjadi tipis sekali. Begitu tipis, bahkan bisa muncul berbarengan, dalam satu kalimat.

Satu kalimat? Ya, itu bisa terjadi pada kita, dan itupun terjadi di jaman Yesus turun ke dunia, bahkan oleh orang yang berada tepat di hadapan Yesus. Alkitab mencatat kisah menarik ini.

Alkisah ada seorang ayah membawa anaknya yang kerasukan roh jahat ke hadapan Yesus. (Markus 9:14-29). Si ayah panik bukan kepalang, karena bukan saja roh itu membisukan anaknya sejak kecil, tapi juga menyerang anaknya dengan cukup parah, mungkin yang terjadi saat itu persis seperti apa yang biasa kita lihat di film-film horror. Secara detail hal itu disebutkan Markus. "Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang." (Markus 9:18). Seperti film Exorcist kan? Itu yang terjadi pada waktu itu. Melihat apa yang terjadi, tidak satupun murid Yesus sanggup berbuat sesuatu. Si ayah pun berkata: "Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami." (ay 22). 

(bersambung)


No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...