(sambungan)
Sekarang perhatikan apa yang dikatakan sang ayah.
"jika Engkau dapat berbuat sesuatu." Jika Tuhan dapat? Adakah hal yang
tidak dapat dilakukan Tuhan? Tentu kita semua tahu jawabannya. Dan
seperti itulah tepatnya jawaban Yesus. "Jawab Yesus: "Katamu: jika
Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (ay 23).
Ada hal menarik dari jawaban Yesus tersebut. Lihat bahwa Yesus
menekankan kepada kata "percaya" dan bukan kepada kemampuanNya. Yesus
bukan berkata: Apakah kamu meragukan Aku? Tidak. Yesus mengatakan bahwa
tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya. Percaya, itu adalah
salah satu kunci penting untuk mendapatkan jawaban atas doa. That's one
point.
Lalu dialog mereka menjadi semakin menarik. "Segera ayah
anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!"
(ay 24). Pernyataan si ayah ditengah kepanikannya terdengar absurd. Ia
berteriak: Aku percaya, tolonglah aku yang tidak percaya ini. Jadi mana
yang benar, percaya atau tidak percaya?
Ketakutan, rasa kalut
melihat kondisi anaknya membuat jarak antara percaya dan tidak percaya
menipis. Begitu tipis hingga hadir dalam satu kalimat hanya dalam
hitungan 1 detik.
Sesungguhnya apa yang dialami si ayah
seringkali kita alami pula dalam hidup kita. Ketika beban pergumulan
memuncak kita menjadi terombang-ambing antara keadaan ingin percaya tapi
tidak cukup bisa untuk mempercayainya. Kita ingin ditolong tapi kita
sulit untuk benar-benar yakin apakah mungkin pertolongan itu bisa kita
alami. Yang menjadi masalah sebenarnya bukanlah ketidakinginan kita
untuk percaya, tapi justru lebih kepada ketidaksanggupan kita untuk
mengimaninya. Beban terkadang menimpa dengan sangat berat sehingga sulit
bagi kita untuk tetap fokus dengan iman disertai rasa percaya yang
penuh ketika kita memohon pertolongan Tuhan lewat doa kita. Maka
teriakan si ayah pun mewakili apa yang sering kita alami hari ini.
Lalu,
jika kita mengalaminya, apa yang harus kita lakukan? Disaat kita ingin
bisa benar-benar percaya tapi kita tidak sanggup untuk itu, kita harus
bagaimana?
"I want to believe, please help me to believe!"
Sederhananya seperti itulah pergumulan si ayah menghadapi keadaan
anaknya. Ada kabar baik buat kita. Tuhan bukanlah Allah yang kaku dan
hanya menyuruh. Dia adalah Allah yang peduli akan pergumulan kita.
Ketika kita diminta untuk percaya, dan kita belum cukup sanggup untuk
itu, bukankah sangat melegakan ketika kita mengetahui bahwa Tuhan pun
bersedia membantu kita untuk percaya, untuk mengatasi keraguan kita? Dan
Tuhan mau melakukannya. Dia bersedia untuk itu. And that's a good news
for us, human with limited ability and full with weaknesses.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment