(sambungan)
Ada begitu banyak ayat di dalam surat Filipi
yang menunjukkan sekuat dan seteguh apa iman Paulus. Coba gambarkan
dalam benak teman-teman ada sosok pria berusia sekitar 60 tahun sedang
duduk di dalam penjara yang gelap, pengap dan lembab. Ia tengah menanti
hukuman mati dengan cara sadis, bukan karena ia kriminal tapi atas kerja
kerasnya melayani Tuhan selama puluhan tahun. Dan disana, dalam keadaan
seperti itu, ia terus menulis beberapa surat untuk jemaat di beberapa
tempat. Surat-surat seperti apa yang ia tulis? Surat berisi kebencian?
Kekecewaan? Kesedihan? Protes? Amarah? Sama sekali tidak. Hebatnya, jika
ditelaah, surat Filipi justru bisa digambarkan sebagai 'surat
sukacita'. Ambil satu contoh saja misalnya Filipi 4:4 yang mengingatkan
"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan:
Bersukacitalah!". Selain itu ada banyak hal esensial yang bisa menjadi
pondasi kokoh buat kita. Misalnya seruan untuk jangan kuatir (4:6),
kekuatan dari Tuhan akan memampukan kita menanggung segala perkara
(4:13), bersyukur dan bersukacita dalam segala keadaan hingga bagaimana
seharusnya seorang pengikut Kristus itu hidup: sehati, sepikir, sejiwa,
satu tujuan, hidup dalam kasih, memiliki belas kasih, rendah hati dan
meneladani Kristus menjadi seorang hamba yang melayani (pasal 2). Bukan
main besarnya pelajaran yang bisa kita ambil dari Paulus justru pada
saat-saat akhir hidupnya.
Sekali lagi, mari kita lihat ayat
bacaan renungan kali ini. "Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu
berarti bagiku bekerja memberi buah." (1:22a). Paulus bilang: kalau ia
masih diberikan kesempatan untuk hidup di dunia ini, itu artinya ia
harus berbuah. Dalam keadaan jauh dari baik seperti itu, ia masih bisa
mengingatkan hakekat dari hidup. Tujuan, arti dari hidup. Orang bisa
punya beragam alasan berbeda untuk memaknai hidupnya, tapi Paulus
mengingatkan bahwa buat umat Tuhan, setiap kesempatan hidup yang masih
diberikan seharusnya dimaknai dengan kesempatan untuk terus menghasilkan
buah. Tidak ada waktu untuk dibuang sia-sia, tidak ada waktu untuk
kecewa, berlama-lama, bermalas-malasan, kuatir dan sebagainya, melainkan
terus dipakai untuk berbuah. Mengacu pada prinsip pohon, buah adalah
bukti kita berakar. Selain itu buah pun merupakan tanda dari kondisi
iman. Dari buahlah akan terlihat apakah iman kita kuat berakar dan
tumbuh dalam Kristus atau tidak, dari buahlah kita bisa menunjukkan
apakah kita sudah menjadi muridNya yang benar atau tidak.
Kita
setiap hari berjuang, bergumul dan bersinggungan dengan segala bentuk
kesulitan. Ada kalanya kita harus mengalami ketidakadilan, merasakan
beratnya masalah ditengah banyaknya godaan, disamping harus bergumul
dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup terlebih di masa sulit seperti
sekarang. Ada banyak hal yang menyita pikiran, hati, tenaga, perasaan
dan waktu setiap hari. Kalau tidak hati-hati, kita bisa melenceng dari
alasan paling mendasar kenapa kita masih diijinkan Tuhan ada hari ini.
Dan sekali lagi, itu adalah menghasilkan buah.
Secara garis besar, ada dua hal yang saya rasa penting untuk kita renungkan dari Filipi 1:22a ini, yaitu:
- Kenapa Tuhan masih memberi kesempatan buat kita hidup, apa tujuan kita hidup.
- Apa panggilan dan tugas kita, dan buah seperti apa yang bisa kita hasilkan dari sana.
Paulus
mengingatkan kita bahwa apabila Tuhan masih mengijinkan kita bernapas,
itu jelas bukan dimaksudkan agar kita bisa hidup semau kita atau
sekehendak hati kita. Bukan juga agar kita tetap sibuk menggejar
pemenuhan kebutuhan, terus menimbun harta lantas mengabaikan tujuan
terutama kita. Benar, kita memang harus terus berjuang mencari nafkah,
tetapi ingatlah bahwa diatas semua itu, apabila kita masih diberi
kesempatan hidup kita harus bisa menghasilkan buah melalui profesi atau
panggilan kita masing-masing yang lebih dari sekedar memperoleh
pendapatan. Untuk bisa seperti itu diperlukan iman yang berakar teguh.
Kita bisa meneladani Paulus yang terus berbuah hingga akhir meski
situasi ril yang ia alami terlihat sangat tidak kondusif. Ia tidak
kecewa, tidak kepahitan, karena ia terus mengarahkan pandangannya pada
Tuhan. Ia tahu bahwa apa yang ia tuju bukanlah di dunia yang fana ini
melainkan berada pada sebuah kehidupan kekal sesudahnya. Karenanya saat
akhirnya tiba, Paulus bisa dengan lantang berkata: "Aku telah mengakhiri
pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah
memelihara iman." (2 Timotius 4:7). Hingga batas akhir tiba, Paulus
membuktikan bahwa ia mencapai garis akhir sebagai pemenang. Ia telah
berhasil terus memelihara iman dan ia masih terus menghasilkan buah
hingga ke titik akhir masa hidupnya di dunia.
Hingga hari ini
dan generasi-generasi yang akan datang bisa terus belajar tentang esensi
hidup seorang pengikut Kristus lewat pesan dan keteladanan Paulus.
Sudahkah motivasi kita dalam bekerja dan melayani benar? Apakah kita
tahu apa yang menjadi panggilan kita? Apakah kita berakar kuat di dalam
Kristus dan tumbuh di atasNya? Apakah kita sudah atau masih berbuah?
Jangan lupa bahwa jika kita masih hidup saat ini, itu artinya kita harus
berbuah. Berbuahlah dengan subur dalam bidang pekerjaan dan pelayanan
anda masing-masing.
"Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan,
yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah
murid-murid-Ku." (Yohanes 15:8)
No comments:
Post a Comment