Saturday, November 19, 2022

Daud dan Mefiboset (1)

 Ayat bacaan: 2 Samuel 9:1
======================
"Berkatalah Daud: "Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan."


Apa reaksi kita saat melihat musuh atau orang yang pernah menyakiti kita jatuh? Sebagian besar orang akan bersorak kegirangan. Memangnya tidak boleh? Wajar dong, bukankah dia sudah menyakiti kita? Itu akan jadi pemikiran kita. Kalau mereka saat ini masih berdiri tegak, sebagian orang yang pernah disakiti akan terus mengutuki atau mendoakan yang jelek-jelek terhadap mereka. Bukan hanya kepada oknum yang menyakiti, tapi dendam itu bisa sampai tujuh turunan. Ini sebuah perilaku yang sudah menjadi hal yang umum, di mana anak-anak Tuhan sekalipun sering terjebak pada masalah yang sama. Rasa sakit hati akan sangat mudah mengarahkan kita kepada dendam, sehingga kita akan merasa sangat senang apabila musuh kita jatuh, apalagi kalau itu terjadi tanpa kita harus bersusah payah melakukan sesuatu. Bagai menang undian rasanya.

Hari ini saya ingin menyambung sekelumit kisah perjumpaan antara Daud dan anak Yonatan, cucu Saul bernama Mefiboset yang sudah saya bahas kemarin. Kalau kemarin kita melihatnya dari sisi kerusakan gambar diri atau bagaimana rendah hati membuat kita melewatkan berbagai kesempatan dan pada akhirnya gagal menuai rencana Tuhan, hari ini mari kita lihat sisi lain dari peristiwa itu, yaitu dari sisi sikap Daud setelah kematian Saul di medan perang.

Setelah kematian Saul, Daud menjadi seorang raja yang bertahta atas Israel. Saul yang begitu membencinya dan sudah membuat hidupnya sulit dalam waktu yang cukup panjang telah tewas. Bukankah ini sebuah kemenangan besar yang seharusnya dirayakan? Kita mungkin berpikir demikian, tetapi Daud tidak. Apa yang dilakukan Daud justru sebaliknya, dan itu sungguh mengherankan.

Pada suatu kali saat Daud sudah menjabat sebagai raja, ia tiba-tiba teringat akan nasib keluarga Saul. "Berkatalah Daud: "Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan." (2 Samuel 9:1). Bukankah mengherankan, saat orang lain bisa dendam sampai tujuh turunan, Daud malah berpikir seperti itu?

Ia pun segera memanggil hambanya bernama Ziba.
"Kemudian berkatalah raja: "Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah." (2 Samuel 9:3a). Lihat kata-kata Daud ini. Ia memikirkan keluarga Saul yang sekiranya masih ada yang hidup. Bukan untuk membantai mereka hingga tuntas, bukan terus membenci, tetapi justru untuk menyatakan kasih. Kasih, itulah yang hidup di dalam dirinya yang berasal dari Allah.

(bersambung)

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...