Thursday, November 24, 2022

Kasih Yang Dari Tuhan (3)

 (sambungan)

Duduk makan di meja yang sama, itu mengingatkan saya pada apa yang dilakukan Yesus.. Bukankah Yesus juga duduk semeja bersama orang-orang yang dianggap berdosa, hina dan rendah seperti pemungut cukai, mereka yang tertolak, dimusuhi, dijauhi dan dibenci? Dan, bukankah pada saatnya nanti orang-orang yang selamat akan duduk semeja dalam perjamuan kawin Anak Domba? Kitab Wahyu tertulis: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah." (Wahyu 19:7,9).

Kita manusia yang sangat kecil dan penuh dosa tapi dilayakkan untuk menerima anugerah sebesar itu? Itu bentuk kasih Allah yang sungguh besar. Tuhan sendiri bahkan rela turun ke dunia, mengambil rupa seorang hamba untuk menebus kita. Satu-satunya yang sanggup menggerakkan Tuhan untuk melakukan hal itu adalah kasih (Bacalah Yohanes 3:16).  That's the unconditional love, kasih yang tak terbatas.

Sebagai manusia, tentu kemampuan kita dalam mengasihi itu terbatas. Sebagai manusia, kita bisa merasakan sakit hati saat mendapat perlakuan buruk, tidak adil atau bahkan jahat dari orang lain. Kalau sudah begitu, akan sangat sulit bagi kita untuk tetap bisa mengasihi mereka yang jahat pada kita. Tapi dari kisah ini Daud memberi kuncinya. Sebuah kasih yang dari Allah. Itulah yang membuat perbedaan. Itulah yang membuat Daud mau memikirkan nasib keluarga yang ditinggalkan dengan tewasnya Saul dan Yonatan dalam peperangan. Itulah sebuah kasih yang berbeda dengan kasih yang pada umumnya kita jumpai di dunia. Sebuah kasih Allah yang "unconditional", yang berlaku bahkan kepada orang yang sudah berlaku begitu jahat sekalipun. Secara manusiawi pasti sulit, saya tahu betul akan hal itu karena saya pun sudah pernah merasakan disakiti oleh orang lain. Tapi kasih yang dari Allah, itu yang bisa membuat perbedaan. Dan itu sesungguhnya sudah ada dalam diri kita.

Tuhan sendiri menunjukkan belas kasihNya yang luar biasa kepada kita justru ketika kita masih berdosa. Ketika seharusnya kebinasaan yang layak kita terima, Tuhan menggantikannya dengan keselamatan. Jika kita yang penuh dosa saja mau Tuhan ampuni dan kasihi, mengapa kita tidak bisa melakukannya kepada orang-orang yang bersalah kepada kita? Seharusnya kita bisa. Firman Tuhan berkata "Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita." (1 Yohanes 4:19). Ini adalah hubungan sebab akibat sederhana yang pasti mudah dipahami, meski aplikasinya tidak semudah pengertiannya. Yesus sendiri sudah memberi contoh langsung bagaimana seharusnya bentuk kasih itu diaplikasikan dalam kehidupan. Setelah mengalami ketidakadilan, penyiksaan hingga tergantung di atas kayu salib pun Yesus masih sanggup memanjatkan doa meminta pengampunan kepada para penyiksanya. (Lukas 23:34).

(bersambung)

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...