Thursday, November 3, 2022

Lidah (1)

Ayat bacaan: Amsal 18:21
==================
"Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya."


Salah satu hal yang saya rasa paling sulit di saat kondisi sedang tidak baik-baik saja saat ini adalah mengucap syukur. Mudah kalau hanya sebatas di bibir saja, tapi kalau mau benar-benar dari hati itu sulit. Semakin berat menjalani hidup, semakin sulit pula untuk bisa mengucap syukur. Dan itu manusiawi, karena kita berhadapan secara langsung dengan segala kesulitan dan ketidakpastian secara real time setiap hari. Jauh lebih mudah mengeluh ketimbang mengucap syukur. Karena itulah menurut saya perihal ucapan syukur ini perlu diperhatikan sungguh-sungguh dan dibiasakan, terutama dalam kondisi saat ini.

Mulut kita mengeluarkan begitu banyak kata setiap harinya. Sebuah survey mengatkan bahwa jumlah kata yang keluar dari mulut pria rata-rata berjumlah 5000 an, bisa sampai 9000-an kalau sifatnya agak cerewet. Wanita? Kali dua saja, begitu kira-kira surveynya. Pertanyaannya, di antara 5000 sampai 9000 an kata itu, atau dikali dua kalau wanita, kata seperti apa saja yang kebanyakan keluar? Puji Tuhan kalau semua positif, tapi saya rasa jumlah itu akan cenderung didominasi kata-kata yang tidak kondusif atau tidak terpuji, atau berdampak negatif bagi kita.

Pernahkah anda terpikir untuk mencoba tidak mengeluarkan sesuatu yang negatif dari mulut, setidaknya sehari saja? Bagus kalau memang tidak suka memaki, membentak atau mengeluarkan kata-kata kotor dan kasar. Tapi bagaimana dengan mengeluh, menggerutu, bergosip, menyindir, berbohong, menuduh, kata-kata pesimis dan sejenisnya? Bagaimana perbandingannya dengan kata-kata yang baik seperti kata positif, yang membangun, memberkati, optimis, memuji, mengungkapkan perasaan sayang dan sebagainya? Minimal tidak kasar pada karyawan atau bawahan, atau bahkan anak atau pasangan kita? Saya rasa siapapun kita, agaknya sulit untuk memastikan mulut atau lidah kita benar-benar hanya mengeluarkan sesuatu yang positif selama sehari penuh. Saya termasuk yang tidak suka memaki, tapi saya masih kerap mengeluh dan bersungut-sungut. Itu PR saya, dan saya masih harus terus melatih diri agar bisa mempergunakan mulut dan lidah hanya untuk sesuatu yang positif baik buat diri sendiri maupun orang lain.

Apabila kita tidak memperhatikan betul setiap kata yang keluar dari mulut kita, sadar atau tidak kata-kata negatif bisa dengan segera mendominasi kata yang keluar, dan bisa jadi pada suatu ketika menyinggung perasaan orang lain dan membawa kita mendapat masalah. Yesus sendiri sudah mengingatkan: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:36-37).  Bukan cuma soal dihukum kelak saat kita selesai dari masa di dunia, tapi sekarang pun banyak yang menuai hukuman karena terpeleset dalam berkata-kata, baik dengan kata-kata yang diucapkan langsung maupun berkata-kata di sosial media. Perhatikan ada berapa banyak yang harus berurusan dengan hukum karena tidak bisa santun dalam berkata-kata tanpa menyinggung orang lain.

Kalau bukan soal kata-kata yang menyinggung orang lain dan mengandung sara, kata-kata negatif yang terus dibiarkan menguasai mulut dan lidah kita bisa melemahkan kita, membuat iman kita tergerus dan itu pun akan fatal sekali akibatnya. Kita seringkali lupa akan hal ini. Kita sudah cukup hati-hati terhadap dosa-dosa yang kita anggap besar tapi mengabaikan pentingnya menjaga mulut. Kita tidak membunuh orang, kita tidak mencuri, tidak curang, kita tidak menganiaya orang, dan kita pikir itu cukup. Tentu saja tidak berbuat dosa-dosa seperti itu  memang baik, tetapi kita pun harus memperhatikan hal-hal lain terutama yang biasanya luput dari pengawasan kita, termasuk di dalamnya menjaga ucapan-ucapan yang terlontar dari mulut.

(bersambung)
 

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...