(sambungan)
Apa yang ia lakukan adalah mencoba merintis
sesuatu dengan modal kecil. Ia membuat mainan untuk kucing berbahan stik
plastik dan bulu warna warni dengan lonceng kecil dan ia pasarkan
sendiri dari satu toko ke toko lainnya. Gampang? Tentu tidak, karena ada
banyak juga toko yang saat ini sedang 'surviving mode' akibat
merosotnya daya beli masyarakat. Tidak menambah produk menjadi salah
satu cara toko-toko ini, termasuk saya untuk bertahan. Bisa rugi bensin
dong? Bisa jadi. "Tapi setidaknya saya masih diberi kesehatan untuk bisa
terus berusaha." katanya. Ia pun kemudian bercerita bahwa ia sudah
melewati masa dimana ia mengeluh bahkan marah kepada Tuhan atas
kondisinya. Tapi kemudian ia sadar bahwa itu salah. Selain salah, itu
pun tidak akan mendatangkan kebaikan apapun terhadap kondisinya. Ia
kemudian merubah paradigma berpikirnya dan kembali berusaha, sambil
terus bersyukur atas apapun yan masih bisa ia lakukan hari ini.
Wow.
Itu membuat saya kagum, karena seperti itulah seharusnya kita hidup.
Tetap mengucap syukur dan terus berusaha selagi kesempatan masih ada.
Bukankah Yesus sudah mengingatkan: "Siapakah di antara kamu yang karena
kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?"
(Matius 6:27). Lalu seperti yang sudah saya sampaikan dalam renungan
terdahulu, dengan jelas kita diingatkan untuk "Mengucap syukurlah dalam
segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus
bagi kamu." (1 Tesalonika 5:18). Kedua hal ini menjadi sangat penting
untuk kita perhatikan terlebih di masa-masa krisis seperti sekarang.
Kembali
pada topik, kali ini saya mau fokus kepada masalah gambar diri. Orang
dengan gambar diri yang rusak cenderung memandang atau menilai dirinya
dengan sangat rendah, dan itu bisa membuat mereka gagal menggenapi
rencana Allah seperti yang sudah Dia persiapkan sejak semula. Mengenai
masalah gambar diri, kita bisa belajar dari seorang tokoh dalam Alkitab
bernama Mefiboset.
Siapakah Mefiboset itu? Mefiboset adalah anak
Yonatan, cucu dari Saul yang pernah menjabat raja Israel. Serangkaian
peristiwa dan keadaan membalikkan kehidupannya dan mengubahnya menjadi
pribadi yang rendah diri. Ayah dan kakeknya kalah dalam perang dan mati
terbunuh dengan mengenaskan. Jika itu belum cukup, ia pun dikatakan
cacat kakinya. "Yonatan, anak Saul, mempunyai seorang anak laki-laki,
yang cacat kakinya. Ia berumur lima tahun, ketika datang kabar tentang
Saul dan Yonatan dari Yizreel. Inang pengasuhnya mengangkat dia pada
waktu itu, lalu lari, tetapi karena terburu-buru larinya, anak itu jatuh
dan menjadi timpang. Ia bernama Mefiboset." (2 Samuel 4:4).
(bersambung)
No comments:
Post a Comment