(sambungan)
Ayat bacaan kita hari ini menggambarkan reaksi Mikha untuk menyerahkan sepenuhnya pada Tuhan sekaligus peran aktifnya sebagai umat Tuhan. "Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku!" (Mikha 7:7). Mikha percaya dengan imannya bahwa seberapapun hancur moral bangsanya, ia tidak akan pernah kecewa dalam menanti pemulihan yang berasal dari Tuhan. Meski sudah begitu gawat dan secara logika tidak lagi bisa diatasi, Mikha tahu bahwa melalui dirinya, Tuhan pasti sanggup memulihkan bangsa yang sudah terlanjur jatuh sedemikian jauh dalam kesesatan. Mikha tahu bahwa Tuhan akan mendengarkannya, mendengarkan doa-doa yang ia panjatkan. "Allahku akan mendengarkan aku!" katanya. Itu tepat seperti apa kata Tuhan langsung dalam 2 Tawarikh 7:14 diatas.
Mikha adalah seorang nabi yang hidup benar pada jamannya dan selalu tekun dalam berdoa mencari wajahNya, mau merendahkan diri dengan tidak merasa diri paling benar. Maka Tuhan berjanji untuk mendengarkan doa-doanya.
Jika Tuhan mendengar doa Mikha, Daniel atau umat-umatNya yang benar lainnya, hari ini Tuhan pun mendengar doa kita, umat-umatNya yang memilih untuk hidup benar dan mengandalkanNya lebih dari segala sesuatu. Jika Tuhan mampu menyelamatkan umatNya di masa lalu, jika kita sudah berkali-kali melihat bahwa Tuhan mampu melakukan mukjizat lewat cara-cara yang ajaib, sekarang pun Tuhan pun sanggup. Tuhan tidak pernah berubah, Dia selalu sama, dulu, sekarang sampai selamanya. (Ibrani 13:8) Tidak ada yang perlu diragukan tentang hal itu.
Pemazmur juga yakin bahwa dalam kondisi seperti apapun tidak akan pernah sia-sia untuk mengandalkan Tuhan dalam keadaan terburuk sekalipun. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi. Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumipun hancur. TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub." (Mazmur 46:2-8).
(bersambung)
Tuesday, January 31, 2023
Menyikapi Tahun Berat (3)
Monday, January 30, 2023
Menyikapi Tahun Berat (2)
(sambungan)
Peran orang percaya jadi semakin nyata bisa kita lihat dari kisah kehancuran Sodom. Tuhan memutuskan untuk memusnahkan kota itu karena pada masa itu semua orang sudah begitu jahat, sebegitu parahnya hingga bahkan 10 orang benar pun tidak ada lagi di dalam kota itu. (bacalah Kejadian 18).
Lalu contoh lainnya ada Daniel yang berdoa bagi bangsanya dengan melibatkan dirinya yang sebenarnya tidak ikut-ikutan hidup buruk sebagai bagian terintegrasi dari bangsanya sendiri. Semua ini adalah sebuah contoh yang sangat baik tentang bagaimana seharusnya sikap umat Tuhan dalam menyikapi kehancuran bangsanya.
Dalam renungan kali ini mari kita lihat contoh lain lewat Mikha.
Siapa Mikha itu? Mikha adalah seorang nabi dari desa terpencil yang masa pelayanannya berada dalam rentang masa pemerintahan raja Yotam, Ahaz dan Hizkia. Kondisi yang terjadi pada masa itu hancur-hancuran, mungkin sama seperti apa yang kita alami hari ini. Kita bisa tahu itu karena Alkitab mencatat segala keburukan atau kejahatan yang terjadi pada masa itu secara rinci.
Apa saja? Mari kita lihat seperti apa parahnya kehancuran pada masa itu seperti yang tertulis dalam Mikha pasal 7.
- Kelaparan, gagal panen (ay 1),
- kemerosotan moral, hilangnya orang saleh dan jujur, saling jebak, saling tipu, bahkan saling menghancurkan (ay 2)
- sudah begitu terbiasa berbuat jahat, pejabat dan hakim korupsi dan menerima suap, pemimpin memaksakan kemauannya, hukum diputar balikkan (ay 3)
- orang yang terbaik sekalipun di dunia diibaratkan bagai semak duri yang tidak berguna dan menusuk (ay 4)
- tidak ada lagi yang bisa dipercaya (ay 5)
- kehancuran rumah tangga, permusuhan antara anggota keluarga (ay 6).
Bukankah semua ini pun menjadi masalah bangsa kita hari-hari ini? Begitu parahnya, bahkan Mikha menggambarkan semua itu sebagai sebuah luka yang tidak dapat sembuh dan menular (Mikha 1:9).
Kalau situasi dikatakan sudah jadi luka yang tidak dapat sembuh dan menular, apa lagi yang harus dilakukan? Apa yang dilakukan Mikha pada saat itu? Melihat sesuatu yang menurutnya sudah tidak tahu mau diapakan lagi, apakah Mikha berpangku tangan dan hanya mengeluh melihat permasalahan berat yang tengah dialami bangsanya? Tidak. Mikha tidak berpikir seperti itu.
(bersambung)
Sunday, January 29, 2023
Menyikapi Tahun Berat (1)
Ayat bacaan: Mikha 7:7
======================
"Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku!"
Tahun ini dikatakan akan menjadi tahun yang sangat berat. Bukan saja bagi kita tapi secara global pun sama. Setelah dunia dijungkirbalikkan masalah virus yang sebentar lagi akan ulang tahun yang ketiga, lalu ada masalah perang yang membuat kondisi makin runyam. Belum lagi masalah politik yang bagai tak henti-hentinya membuka jurang perpecahan , intoleransi dan disintegrasi kita dalam berbangsa dan bernegara.
Saya berpikir, seandainya saja kita semua bersatu dan berjuang bersama di saat-saat sulit seperti sekarang, mungkin masalah yang dipikul tidak harus seberat sekarang. Tapi ya sudahlah, berharap pada manusia itu pada akhirnya hanya mendatangkan kekecewaan. Yang ada adalah orang-orang yang memanfaat kondisi demi keuntungan mereka tanpa memikirkan bangsa. Mereka terus menciptakan berbagai isu tanpa peduli kehancuran yang ditimbulkan, tanpa peduli nyawa yang akan mereka korbankan demi kepentingan pribadi mereka. Belum lagi masalah-masalah tindak kejahatan, korupsi dan berbagai bentuk penipuan yang merupakan masalah klasik.
Apa yang bisa kita lakukan? Banyak dari kita orang percaya yang segera membandingkan kemampuan kita secara perorangan terhadap kondisi yang sudah terlanjur berantakan sedemikian rupa, sehingga rasanya tidak ada lagi yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya. Yang menyedihkan, jangankan melakukan hal-hal nyata untuk memberkati kota, sekedar mendoakan negara atau setidaknya kota atau lingkungan dimana kita tinggal saja kita belum apa-apa sudah malas atau pesimis. Padahal bukankah doa orang benar dikatakan sangat besar kuasanya (Yakobus 5:16b), sehingga doa-doa syafaat yang dipanjatkan oleh umat Tuhan yang benar akan membawa dampak yang besar bagi terjadinya pemulihan sebuah bangsa?
Lantas dalam 2 Tawarikh 7:14 Tuhan sudah mengingatkan: "dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." Karena itulah Paulus pun mengingatkan akan pentingnya doa syafaat dari para orang percaya dalam 1 Timotius 2:1-2, "Karena itu, pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan." Semua ini sudah disampaikan sejak lama. Tapi sejauh mana kita masih menyadari akan hal ini terlebih disaat permasalahan sudah berlapis-lapis seperti sekarang?
(bersambung)
Saturday, January 28, 2023
Menguji (3)
(sambungan)
Kalau kita terus belajar untuk hidup sebagai anak terang dengan pengalaman hidup bersama Tuhan yang terus bertambah, disanalah kita akan mampu membedakan mana yang berkenan di hadapan Tuhan dan mana yang tidak. Kepekaan itu akan memungkinkan kita untuk tidak mudah disesatkan, meskipun tiap hari kita hidup berdampingan dengan orang-orang yang mengejar kedagingan di dunia yang gelap ini, atau di dunia yang berisi penuh penyesatan, penyimpangan dan penipuan yang bertentangan dengan firman Tuhan.
Lebih jauh lagi kita akan mampu menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan, tipu daya iblis meski terbungkus rapi dalam kemasan yang menipu sekalipun. "Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang" (Efesus 5:13).
Adalah sebuah fakta bahwa kita hidup dalam sebuah jaman dimana penyesatan hadir dimana-mana. Bentuknya beragam, jalan masuknya pun banyak. Bisa lewat apa saja yang kita dengar maupun yang kita lihat, juga atas dasar alasan ini dan itu. Berbagai hal menggiurkan ditawarkan dunia setiap saat. Terkadang kita akan berhadapan dengan jalan-jalan yang kelihatannya baik, namun ternyata berujung pada maut, seperti yang tertulis dalam Amsal: "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut" (Amsal 14:12). Tanpa kepekaan rohani, kita akan mudah terjerumus dalam dosa dan mengarah kepada kebinasaan.
Karena itu adalah penting untuk memiliki kepekaan. Itu bisa dicapai dengan tetap hidup sebagai anak-anak Terang. Menjalani hidup sesuai firman Tuhan, tetap bertekun dalam doa dan terus berada dalam bimbingan Roh Kudus. Jangan lupa bahwa Paulus sudah mengingatkan "Latihlah dirimu beribadah." (1 Timotius 4:7). Sebuah proses latihan berarti sesuatu yang dilakukan secara berkesinambungan, kontinu atau terus menerus, secara serius untuk bisa meningkatkan sesuatu yang dengan tekun kita lakukan.
Sejauh mana kepakaan rohani kita hari ini? Kita anak-anak Tuhan diingatkan untuk bangun dari tidur dan bangkit dari kematian dan terus berusaha untuk menjadi anak terang, dimana Kristus akan bercahaya di atas kita (ay 14). Dari sanalah kita bisa menguji what pleases God then do it. Miliki kepekaan agar dapat menguji apa yang berkenan kepada Tuhan dan apa yang tidak.
Menguji didasari kepekaan, bukan asal-asalan
Friday, January 27, 2023
Menguji (2)
(sambungan)
Saat pertama bertemu ayat ini saya baru sadar bahwa, ternyata, kalau mau benar-benar memahami isi hati dan pikiran Tuhan, kita bisa menguji dahulu apa saja yang berkenan kepada Tuhan, mana yang boleh mana yang tidak, mana yang baik mana yang buruk, agar kita tidak salah melangkah sehingga melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "Find out what pleases the Lord, and do it." Terjemahannya: "Cari tahu apa yang berkenan kepada Tuhan, dan lakukanlah."
Pertanyaannya, bagaimana bisa menguji, mengetahui dan mengenal jika kita sebagai orang percaya masih belum peka terhadap kebenaran? Bagaimana kita bisa menguji, kalau kita tidak tahu sama sekali mana yang benar dan tidak?
Menguji disini tentu saja bukan soal asal uji. Jika anda seorang ilmuwan, anda pasti paham bahwa proses uji tidak akan ada tanpa diawali riset ilmiah dan pengetahuan serta hal-hal dasar dari sesuatu yang sedang kita kerjakan. Ambil contoh sederhana saja, vaksin covid 19. Vaksin itu harus dibuat dulu lewat riset dan proses pembuatan yang didasari pengetahuan ilmiah, baru kemudian diujicobakan. Bukan asal bikin, lantas diuji dengan disuntikkan pada manusia, wah bisa bahaya nanti kalau seperti itu. Dalam hal iman pun sama. Bukan asal uji, alias mau 'ngetes' Tuhan tanpa dasar pengetahuan apa-apa, karena kalau itu yang kita lakukan, kita sendiri yang akan menyesal nanti.
Lalu bagaimana? Jika kita mundur dua ayat sebelumnya, kita akan menemukan bahwa agar mampu menguji, kita ternyata ada syaratnya, yaitu kita harus terus menerus belajar hidup sebagai "anak terang" (ay 8). Mengapa? "karena terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran." (ay 9).
Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "For the fruit of the Light or the Spirit consists every form of kindly goodness, uprightness of heart and trueness of life." Istilah "anak terang" atau "children of Light" merujuk pada mereka yang hidup sebagai anak-anak Allah yang taat pada firman dan dalam kasih Kristus. Anak-anak terang adalah pelaku firman Allah yang mengasihi Dia, sebab Kristus sendiri adalah sumber terang. "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." (Yohanes 8:12).
(bersambung)
Thursday, January 26, 2023
Menguji (1)
Ayat bacaan: Efesus 5:10
==================
"dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan."
Sekitar tahun 1998 saya berkenalan dengan seorang wanita yang membuat saya jatuh hati. Meski umur kami terpaut cukup jauh, tapi kecocokan terutama saat kami ngobrol itu membuat saya tertarik kepadanya, dan tampaknya, ia pun sama. Meski kami waktu itu belum bertemu muka, tapi kecocokan itu membuat kami semakin intens saling kontak. Pada masa itu saya sudah mulai berusaha mengenal sifatnya lebih jauh, juga kebiasaannya, reaksinya dan seterusnya. Setelah bertemu, proses penjajakan lebih jauh pun berlangsung dan saya terus semakin berusaha mengenalnya lebih dalam. Apa yang dia suka, apa yang tidak, hobinya, dan sebagainya. Seringkali saya pun menguji apa yang ia sangat suka, kurang suka dan tidak suka yang akan terlihat dari raut mukanya.
Yang saya tahu dan percaya sejak awal, semakin saya mengerti dia, semakin kecil pula kemungkinan konflik. Dan, pastinya, hubungan pun akan jadi jauh lebih baik. Itupun tidak 100% meniadakan konflik, karena setelah menikah bahkan sekarang pun setelah saya bersamanya sudah lebih dari 20 tahun sejak kenalan, masih ada saja yang belum pas. Karena itulah menurut saya, melatih kepekaan terhadapnya merupakan proses yang harus terus saya lakukan sampai ajal memisahkan. Saya akan hidup terus bersamanya, dan saya akan terus berusaha agar keluarga kami bisa tetap nyaman, dan yang terpenting, tetap hangat. Untuk bisa seperti itu tidak mungkin dengan cara instan melainkan lewat proses yang terus menerus.
Agar bisa mengenali atau mengerti sesuatu dengan baik, untuk bisa peka terhadap sesuatu tidaklah cukup dengan teori-teori saja, melainkan butuh sebuah proses pembentukan dari pengalaman dan latihan terus menerus. Tidak ada satupun orang yang bisa langsung menjadi ahli secara instan, tidak ada yang bisa langsung peka tanpa latihan dan pengalaman. Seringkali kita pun harus melakukan pengujian untuk memastikan bahwa apa yang kita ketahui memang sudah benar atau belum.
Saya teringat pada sebuah hal kepekaan lain, yaitu kepekaan rohani. Kita harus sadar bahwa menjadi orang percaya bukanlah berarti bahwa kita akan serta merta langsung peka dalam sekejap mata. Kita tidak akan secara mendadak bisa mengerti apa yang berkenan di hadapan Tuhan, peka membedakan mana yang mengarah pada dosa dan mana yang tidak.
Dalam suratnya kepada jemaat Efesus, Paulus mengajak mereka untuk menguji apa yang berkenan kepada Tuhan. Katanya, "dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan." (Efesus 5:10).
(bersambung)
Wednesday, January 25, 2023
Cerminan Pengikut Yesus (4)
(sambungan)
The world should be able to know that we are His disciples if we apply love to one another. That's when others can see the real image of Jesus through us.
Tidak peduli apapun pekerjaan, jabatan, status dan tempat kita saat ini, kita selalu dituntut untuk siap menjadi terang dan garam yang bisa mewakili gambaran Kristus di dunia saat ini. Bahkan orang yang dianggap bodoh atau tidak terpelajar, yang dianggap biasa, bahkan yang tak berguna bagi dunia sekalipun bisa Tuhan pakai secara luar biasa. "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat." (1 Korintus 1:27).
Petrus dan Yohanes dikatakan bukan orang yang terpelajar. Tapi tetap saja hikmat mereka mampu membuat orang tercengang dan akhirnya menyadari bahwa mereka adalah murid Kristus. Artinya, siapapun kita, anda dan saya, kita harus selalu siap menjadi duta Kristus dimanapun kita ditempatkan dan mencerminkan image Yesus secara benar di dunia. Betapa ironisnya jika Yesus yang mengasihi kita justru mendapat gambaran yang salah di dunia lewat perilaku kita.
Yesus sendiri telah mengingatkan kita dan telah memberikan keteladanan yang luar biasa. Kita harus terus berusaha untuk terus berproses agar semakin serupa denganNya, menjadi sosok yang penuh dengan kemuliaan Tuhan sehingga tidak diragukan oleh siapapun disekeliling kita. Sudah seharusnya demikian, karena kita sudah menjadi ciptaan baru, tidak lagi sama dengan dunia ini, yang dipenuhi Roh Kudus. Petunjuk mengenai prinsip Kerajaan yang diinginkan Tuhan sudah jelas tertulis semuanya di dalam Alkitab. Selain itu, bukankah kita bisa mendengar Tuhan berbicara langsung saat kita bersaat teduh atau berdoa? Semua ini seharusnya memampukan kita untuk mengenal Tuhan secara benar dan mendalam, kemudian bisa mencerminkan Pribadi yang benar tentang Tuhan kepada orang lain.
Adalah perlu bagi kita untuk menghidupi cahaya Tuhan dalam diri kita hingga orang asing yang bahkan tidak kita kenal sekalipun akan mampu melihat Yesus lewat diri kita. Mari kita periksa tingkah laku dan cara hidup kita hari ini. Apakah Tuhan dipermuliakan atau dipermalukan lewat hidup kita? Siapkah anda menjadi duta Kristus yang memberi gambaran yang benar akan diriNya?
Bawa orang untuk mengenal Tuhan secara benar lewat hidup kita
Tuesday, January 24, 2023
Cerminan Pengikut Yesus (3)
(sambungan)
Sadar atau tidak, suka atau tidak, mau diakui atau tidak, tingkah dan polah, lagak dan gaya kita dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat akan mengarah kepada pengenalan orang akan Kristus. Oleh karena itu kita perlu menjaga perilaku kita agar orang tidak keliru dalam mengenal siapa dan seperti apa pribadi Kristus itu sebenarnya. Jangan dulu berpikir menghasilkan buah seperti yang sudah kita bahas dalam beberapa renungan terdahulu kalau perilaku kita saja masih belum mencerminkan pribadi Kristus yang benar. Jangan dulu berpikir soal mewartakan kabar keselamatan dan membawa jiwa kalau kitanya saja masih terus mencerminkan pengenalan yang salah atau keliru bahkan buruk akan Kristus.
Tuhan Yesus sudah mengingatkan kita agar selalu siap menjadi terang dan garam. "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:13-16).
Ingatlah bahwa garam hanya akan berfungsi jika bercampur dengan makanan. Garam yang hanya dalam botol tidak akan membawa fungsi apa-apa. Kualitas garam pun berbeda-beda. Jika garam menjadi hambar maka garam akan kehilangan fungsi dan tujuannya.
Demikian pula dengan terang. Terang hanya akan berfungsi dalam gelap. Jika semuanya terang benderang, untuk apa lagi kita menambahkan terang? Dan jika terang disembunyikan atau ditutupi, apakah gunanya terang itu? Tuhan Yesus pun mengingatkan kita agar kita senantiasa mampu menjadi terang dan garam agar Tuhan bisa dipermuliakan.
Lebih jauh lagi, Yesus pun telah memerintahkan kita untuk saling mengasihi. Bukan hanya sekedar mengasihi orang lain seperti mengasihi diri kita sendiri saja, melainkan mengasihi orang lain seperti halnya Kristus sendiri telah mengasihi kita. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34). Hal ini penting, karena "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (ay 35).
(bersambung)
Monday, January 23, 2023
Cerminan Pengikut Yesus (2)
(sambungan)
Sebagai pengikut Yesus, seperti apa citra kita di mata orang lain mau tidak mau atau suka tidak suka akan mengarahkan orang untuk mengenal seperti apa Yesus itu. Setiap kita akan mencerminkan kepada siapa kita beriman. Dengan kata lain, orang bisa, dan akan mengenal Yesus lewat pribadi kita. Sikap menghidupi kebenaran secara sungguh-sungguh akan mengarahkan orang kepada pengenalan yang benar. Sebaliknya lewat perilaku buruk kita akan membawa pemahaman yang buruk tentang Tuhan yang kita sembah.
Akan hal ini, mari kita lihat sebuah kejadian yang dicatat dalam Alkitab ketika Petrus dan Yohanes ditangkap para imam kepala dan orang Saduki saat mereka sedang mengajar. Para imam kepala dan orang Saduki merasa terganggu, risih bahkan resah dengan kegiatan kedua rasul itu dalam mewartakan kabar gembira mengenai Kristus. Sesuatu yang masih terjadi hingga sekarang. Ternyata perilaku anti toleransi dan merasa benar sendiri hingga merasa berhak menghakimi sudah terjadi sejak dahulu kala.
Kembali kepada kisah Petrus dan Yohanes saat mengajar, penangkapan itu ternyata tidaklah melemahkan mental mereka. Alkitab mencatat tanggapan orang-orang yang hadir dalam persidangan kala itu. "Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus." (Kisah Para Rasul 4:13). Perhatikan bagaimana kedua rasul itu dikenal orang. Mereka dikenal bukan sebagai orang terpelajar, bukan seperti para imam dan orang Saduki yang notabene merasa paling pintar dan hebat baik dalam hal keagamaan dan lain-lain. Bukan pula sebagai orang yang punya posisi tinggi di masyarakat seperti halnya Farisi dan Saduki. Dengan jelas ayat ini mengatakan bahwa Yohanes dan Petrus hanyalah orang biasa yang tidak terpelajar. Tapi di lain pihak, secara jelas Alkitab mencatat bahwa kedua rasul ini dikenal sebagai pengikut Kristus, dan status ini ternyata membuat mereka tampil beda sehingga mengherankan para petinggi agama saat itu.
Citra Kristus tergambar sangat jelas dari cara hidup, sikap, pikiran dan perkataan mereka. Yang terjadi selanjutnya adalah, keduanya dibebaskan karena memang tidak ada kesalahan apapun yang bisa didakwa dari mereka. (ay 21).
(bersambung)
Sunday, January 22, 2023
Cerminan Pengikut Yesus (1)
Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 4:13
============================
"Ketika sidang itu melihat keberanian Petrus dan Yohanes dan mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar, heranlah mereka; dan mereka mengenal keduanya sebagai pengikut Yesus."
Punya anak setelah menunggu satu dasawarsa setelah menikah itu membuat saya tidak berhenti bersyukur. Yang lebih membuat saya tambah senang adalah fakta bahwa anak saya sangat mirip seperti wajah saya waktu kecil. Mamanya terus mengubek foto masa kecilnya dan mengatakan bahwa anak kami pun mirip dengannya, tapi mau bagaimana juga miripnya memang ke papanya, yang diakui banyak orang juga. Itu jadi bahan ledek-ledekan kami saat bercanda sampai sekarang. Beberapa sifatnya pun ada yang sama dengan saya, termasuk cerewetnya. Tapi soal cermat, detail, kredit harus saya beri ke mamanya.
Bagi saya itu seperti mengulang sejarah, karena saat saya kecil saya sangat sering disebut orang seperti jiplakan atau cerminan ayah saya. Posturnya mirip, kulit dan bentuk jarinya pun sama. Kalau sudah berjalan, langkahnya juga sama. Kalau kami berjalan bersama, banyak yang geli melihat kami bisa sebegitu sama, dan saya disebut versi mini ayah saya. Hal itu saya masih ingat betul sampai hari ini. Semakin dewasa wajah saya semakin saja mirip dengannya. Cara kami berinteraksi dengan orang juga mirip. Saya mewarisi sifatnya yang selalu ceria saat berada di tengah banyak orang, kami sama-sama mudah bergaul. Dan kami sama-sama bertipe pejuang yang tidak patah hati kalau bertemu kegagalan. Kami sama-sama tipe pemikir, yang tampaknya juga menurun ke anak saya.
Diluar kemiripan secara fisik dan sifat, anak kerap diasosiasikan dengan orang tuanya. Saat si anak berprestasi atau berperilaku baik, orang tuanya dipuji. Tapi saat si anak melakukan perbuatan buruk, orang tuanya menanggung malu. "Bandel banget , anak siapa sih?" Itu kerap kita dengar di masyarakat. Baik tidaknya akhlak atau perilaku seseorang pun seringkali dihubungkan dengan keberhasilan atau kegagalan dari orang tuanya dalam mendidik mereka. Jadi anak bisa jadi cerminan orang tua. Kalau terhadap orang tua biologis kita begitu, bagaimana dengan status kita sebagai anak Allah?
Kemarin saya sudah menyampaikan bahwa our ultimate goal dalam hidup ini adalah untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus seperti yang disampaikan dalam Roma 8:29. Semakin kita serupa dengan Kristus, semakin pula kita mencerminkan Bapa Surgawi. Pertanyaannya, seperti apa gambaran Bapa Surgawi yang tercermin lewat kita saat ini? Apakah kita dikenal sebagai orang yang baik, ramah, damai, penuh kasih, rajin menolong sesama atau justru sebaliknya, kasar, sombong dan penuh kebencian, atau bahkan biang kerok alias sumber masalah dimanapun kita ada? Apakah kita dikenal sebagai orang yang apa adanya, tulus atau orang yang bertopeng tebal? Apakah ketika kita hadir orang merasa senang atau sebaliknya ketakutan atau malah kehilangan happy mood atau kegembiraan? Apakah kita dirindukan atau lebih baik tidak ada di mata orang yang kita kenal? Apakah kita orang yang sangat hambur saat mengucap syalom, puji Tuhan, haleluya, tapi kelakuannya jauh dari Tuhan yang dipuji?
(bersambung)
Saturday, January 21, 2023
The Ultimate Goal (6)
(sambungan)
Tidak akan ada gunanya kita mengaku sebagai orang Kristen apabila kita tidak mencerminkan pribadi Kristus dalam kehidupan kita. Menjadi serupa dengan Kristus akan mampu mengarahkan kita untuk masuk ke dalam Kerajaan dan kemuliaan Tuhan. Dengan menerima Kristus kita "telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya." (Kolose 3:9-10). Artinya, dari hari ke hari seharusnya kita terus mengalami pembaharuan dan semakin mendapatkan gambaran yang benar akan Kristus. Dengan demikian kita terus berproses untuk semakin menyerupaiNya.
Sejak awal Tuhan menciptakan kita dengan grand design dan tujuan besar. Kita secara istimewa diciptakan sesuai gambar dan rupaNya, dan hanya kitalah yang dirancangNya seperti demikian. Dan kini setelah diselamatkan, kita dipanggil untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, Yesus Kristus, menjadikan Yesus sebagai yang sulung, dan kita meneladani Dia dengan serius dan sungguh-sungguh. Itu panggilan spesifik yang diberikan Tuhan kepada setiap orang percaya.
Sudahkah kita mencerminkan Yesus dalam perbuatan, perilaku dan dalam kehidupan kita sehari-hari? Apakah kita masih mengeluarkan perkataan-perkataan yang menyakiti orang lain? Mengeluarkan kutuk, kata-kata kotor? Masih menyimpan sakit hati, dendam dan sulit mengampuni? Gampang tersinggung? Mentolerir dan berkompromi dengan dosa? Melakukan kecurangan? Tampil dengan topeng rohani padahal kehidupan jauh dari kebenaran? Suka berbohong? Tidak fokus kepada tugas dan tujuan? Berhitung untung rugi atau pamrih dalam memberi? Suka meninggikan diri? Masih terjebak kesombongan? Manipulatif? Licik dan tidak tulus? Berat untuk melayani, pasang argo tinggi? Hidup masih terombang-ambing antara percaya dan ragu? Masih sering merasa cemas, kuatir, was-was atau malah panik saat terguncang sedikit saja? Kalau ya, berarti kita masih jauh dari tujuan yang paling utama. Kita harus mampu mengenal gambaran Kristus secara utuh, dan itu tidaklah sulit untuk didapati dalam Alkitab.
Selanjutnya, proses pertumbuhan untuk terus menjadi seperti Kristus akan memampukan kita untuk menghasilkan buah-buah Roh, antara lain "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Itu adalah buah-buah yang seharusnya muncul dari kita. Bayangkan apabila buah-buah ini dihasilkan oleh orang percaya di berbagai penjuru bumi, bukankah itu luar biasa indahnya? Tapi itu tidak akan bisa terjadi jika orang percaya masih belum menyadari apa sebenarnya yang menjadi tujuan mereka yang paling utama. Bagaimana mau fokus dan berhasil kalau tahu saja tidak?
Karena itu, hari ini mari kita ingat dengan serius apa yang menjadi tujuan utama kita sebagai orang percaya. Kalau sudah tahu, fokuslah dalam mengejar tujuan tersebut. Diperlukan sebuah proses berkesinambungan untuk bisa mencapai sebuah kepenuhan dalam menggenapinya, oleh karena itu bertekunlah dan sungguh-sungguhlah dalam setiap sekuensnya. Seriuslah menjalani proses, jangan buang waktu, dan nikmati. Teladani Yesus dalam segala yang kita perbuat atau kerjakan, dalam segenap aspek kehidupan kita, dan teruslah lebih baik
lagi sampai kita bisa mencapai sebuah tingkatan serupa seperti Yesus.
You're created and equipped to become like Christ
Friday, January 20, 2023
The Ultimate Goal (5)
(sambungan)
Dalam proses untuk menjadi seperti Yesus, kedua hal ini harus menjadi titik perhatian kita. Kita harus memeriksa cara kita berpikir, cara kita bersikap, perangai, sikap hati, karakter dan integritas kita dan mengarahkan semuanya pada Kristus.
Tidak mudah memang untuk bisa melakukan itu dengan sempurna. Tetapi ingatlah telah dikatakan bahwa di dalam Kristus kita telah diubahkan menjadi ciptaan baru. (2 Korintus 5:17). Sebagai ciptaan baru, seharusnya kita sudah meninggalkan perilaku dan kebiasaan buruk kita di masa lalu, dan sudah semestinya kita maju menapak hari depan dengan sebuah nafas baru bersama Kristus. Lalu Roh Kudus juga telah dianugerahkan untuk berdiam di dalam diri kita, membantu kita, menegur, mengingatkan dan membimbing kita untuk mengetahui apa yang baik dan tidak. Dengan ini semua sudah selayaknya kita terus berproses untuk semakin mendekati pribadi Kristus.
Mencerminkan Kristus yang penuh kasih dalam hidup kita dan memancarkan kasih seperti itu kepada orang-orang disekitar kita tanpa memandang latar belakang mereka. Jadi jika kita tidak memilki kasih dan tidak mengasihi, kita sama sekali belum menjadi seperti Dia.
Kita bisa belajar dari keteladanan Kristus akan banyak hal. Kita tahu bagaimana ketaatanNya, kita tahu bagaimana penyerahan diriNya sepenuhnya kepada Tuhan, bagaimana bentuk kesabaranNya yang luar biasa, bagaimana Yesus menunjukkan keteladanan perihal mengampuni dan tentu saja bagaimana besarnya kasih Kristus kepada manusia. Sebagai manusia kita akan sulit untuk berlaku seperti halnya Kristus apabila mengandalkan diri sendiri. But hey, sebagai ciptaan baru yang telah diubahkan dan telah menerima Roh Kudus untuk tinggal di dalam kita, seharusnya kita bisa terus berlatih dan bertumbuh untuk semakin lama semakin mendekati gambaran Kristus yang sesungguhnya. Yesus tidak melawan ketika dihina, disiksa bahkan hingga mati di atas kayu salib. Dia terus taat terhadap kehendak Bapa sambil terus memanjatkan pengampunan kepada mereka yang jahat.
Perhatikan bagaimana Yesus masih sanggup berdoa bagi para penyiksanya. "Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Lalu lihat bagaimana pesan Yesus mengenai kedalaman arti sebuah persahabatan. "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13). Kata-kata ini tidak hanya sekedar pesan atau wacana, tetapi Yesus sendiri telah membuktikannya secara langsung. Perhatikan bagaimana hati Kristus tetap tergerak oleh rasa belas kasihan kemanapun Dia pergi. Lihatlah bagaimana Yesus fokus pada rencana Tuhan hingga menggenapi seluruhnya dengan sempurna. Semua ini merupakan cerminan pribadi Kristus yang harus kita tuju. Kita harus terus berusaha untuk bisa mencapai tingkatan seperti itu. Menjadi serupa dengan Kristus, itulah tujuan yang harus kita kejar.
(bersambung)
Thursday, January 19, 2023
The Ultimate Goal (4)
(sambungan)
Paulus menuliskan tentang keutamaan Kristus dalam suratnya kepada jemaat Kolose. Mari kita lihat isinya.
"Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu. Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus." (Kolose 1:15-20).
Yesus dikatakan adalah gambaran nyata dari Allah yang tidak kelihatan, yang lebih utama dari segalanya karena di dalam Dialah semua diciptakan, dan seterusnya. Yang sulung, paling utama karena seluruh kepenuhan Allah ada di dalam Dia. Tujuan kita adalah untuk menjadi seperti Yesus, dan kita harus tahu terlebih dahulu gambaran ini sebelum kita bisa berproses untuk menjadi semakin mirip denganNya.
Mari kita masuk lebih jauh. Seperti apa sebenarnya menjadi seperti Yesus itu? Secara umum Christ-likeness atau menjadi serupa seperti Yesus mencakup dua hal, yaitu:
- Pikiran, sikap dan hati Kristus
- karakter/integritas Kristus
(bersambung)
Wednesday, January 18, 2023
The Ultimate Goal (3)
(sambungan)
Saya akan ambil contoh sederhana. Jika anda menuang air ke dalam gelas, tentu air itu akan mengikuti bentuk dari wadahnya bukan? Tidak mungkin air dituang ke dalam gelas tapi berbentuk seperti mangkok. Air akan mengikuti wadah dimana ia dituangkan. Yohanes menyatakan hal itu. "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (1 Yohanes 2:6). Dengan kata lain, siapapun yang berkata bahwa ia hidup bersatu dengan Allah, ia wajib mengikuti jejak Kristus. Melakukan sesuatu sebagaimana keteladanan yang ditunjukkan Yesus sendiri, we do what Jesus would do, we think like what Jesus would think, we conduct in the same way in which He walked and conducted Himself.
Kalau anda ingat pesan Kristus agar kita menjadi terang dan garam, itu menunjukkan sebuah rangkaian cara hidup yang meneladani Kristus. Menjadi terang dan garam merupakan sebuah gambaran bahwa kita tengah dalam proses menjadi serupa dengan Dia. Semakin kita menjadi terang dan semakin berfungsinya kita menggarami dunia, semakin pula kita menjadi semakin serupa seperti Yesus. Dan hal ini tidak bisa berhenti hanya sebatas wacana saja melainkan harus tercermin dalam kehidupan kita secara nyata, lewat perbuatan-perbuatan nyata.
Pertanyaannya, dimana dan bagaimana dengan kita hari ini? Kita mengaku percaya pada Kristus, mengaku tinggal di dalamNya, tapi apakah kita sudah mencerminkan itu lewat perilaku, sikap, perbuatan dan gaya/cara hidup kita? Sayangnya yang sering menjadi gambaran dari pengikut Kristus hari ini justru bertolak belakang dengan tujuan yang paling utama ini. Banyak diantara orang percaya yang menunjukkan perilaku yang jelek, bahkan lebih jelek dari orang-orang dunia sehingga bukannya tertarik tetapi orang malah anti pati atau alergi ketika mendengar namaNya. Di satu sisi gemar ngomong rohani, di sisi lain bersikap buruk terhadap orang lain. Menjadi hamba Tuhan dan melayani, tapi kasar kepada karyawan. Apa benar ada orang-orang seperti ini? Saya harus katakan: banyak. Justru mencari yang mencerminkan Kristus dalam kehidupan sehari-hari di hadapan banyak orang itu sedikit sekali. Bagaimana mau berharap orang mau mengenal Kristus? Jangankan mengenal, mendengar saja sudah menolak.
Banyak orang percaya yang melakukan hal-hal yang bukannya menjadi berkat, tetapi malah sebaliknya menjadi batu sandungan bagi banyak orang. Berhati-hatilah agar jangan terjatuh ke dalam bentuk seperti ini, karena konsekuensi dari kegagalan mencapai tujuan paling utama ini sangatlah berat.
(bersambung)
Tuesday, January 17, 2023
The Ultimate Goal (2)
(sambungan)
Pesan mengenai hal ini sebenarnya sudah dinyatakan sejak semula dalam kitab paling awal yaitu kitab Kejadian. "Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka." (ay 26-27).
Perhatikan bahwa berbeda dengan ciptaan Tuhan lainnya, manusia disebutkan dijadikan secara istimewa menurut gambar dan rupa Allah Tritunggal sendiri. Menurut gambar dan rupa tidaklah berbicara secara kaku mengenai kemiripan wajah, rupa atau kesamaan fisik, tapi lebih kepada kesamaan karakter. Manusia diciptakan dengan ide memiliki sifat dan karakterNya, seperti yang terpancar dari Yesus Kristus.
Kalau kita kesulitan memahami seperti apa karakter dan sifat Allah, kedatangan Yesus ke dunia sesungguhnya memberi kita gambaran yang sangat jelas mengenai hal tersebut, sehingga kita seharusnya tidak perlu kesulitan untuk menggenapi tujuan yang paling utama tersebut.
Paulus menekankan betapa pentingnya hal ini dan seperti apa kerinduannya untuk melihat penggenapan tujuan yang terutama ini bisa terjadi. Ia bahkan rela menderita untuk itu. Katanya: "Hai anak-anakku, karena kamu aku menderita sakit bersalin lagi, sampai rupa Kristus menjadi nyata di dalam kamu." (Galatia 4:19). Ayat ini menunjukkan bahwa Paulus memberikan penekanan besar tentang menjadi serupa dengan Kristus. Dalam bahasa sederhana, Paulus mengatakan bahwa ia rela harus menderita lagi, bagaikan seorang ibu yang menderita saat melahirkan anak, dan rela untuk terus menderita sampai rupa Kristus menjadi nyata tergambar pada diri kita. He's willing to suffer until Christ's image is completely, and permanently formed or molded within us. Kita tidak bisa mengatakan bahwa kita ada di dalam Yesus kalau kita sama sekali masih belum menceminkan rupaNya.
(bersambung)
Monday, January 16, 2023
The Ultimate Goal (1)
Ayat bacaan: Roma 8:29
======================
"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara."
Sejak kecil kita sudah sering ditanya 'nanti kalau sudah besar mau jadi apa?' Atau, 'cita-cita kamu apa?' . Ini menunjukkan bahwa secara alami kita sudah dari kecil dibiasakan dengan rencana atau tujuan. Sebuah cita-cita bisa menjadi dasar buat kita kemana nantinya kita akan mengarah saat kita dewasa.
Dalam hidup ini tujuan hidup memang penting. Bayangkan hidup yang hanya berjalan hari per hari tanpa tujuan. Selain membosankan, itu akan membuat kita hidup tanpa semangat. Tidak ada yang mau dituju, tidak ada yang mau dicapai. No goal in life is not a life at all, itu buat saya. Ada tujuan akhir, ada tujuan-tujuan atau target-target dalam prosesnya yang juga penting untuk diperhatikan, agar tujuan akhir itu bisa dicapai. Pencapaian target, mau berhasil atau gagal, setidaknya itu akan membuat kita punya arah dan rencana. Buat saya itu penting, dan saya selalu menikmati prosesnya. Disana saya akan bisa berpikir tentang strategi, memutar otak untuk menyusun plan A dan plan B, dan kalau gagal, saya mencari tahu dimana letak penyebabnya. Yang pasti, bagi saya hidup harus punya goal. Tanpa itu, betapa membosankan dan sia-sianya hidup saya.
Sebagai orang percaya, apa yang menjadi tujuan utama kita? Have you ever thought of what's our ultimate goal for being a Christian? Apakah menjadi kaya? Menjadi orang sukses? Terkenal? Terpandang? Disegani? Punya segala hal di dunia dalam kelimpahan? Jadi orang yang bebas dari masalah? Jadi orang yang tidak pernah sedih? Atau kalau bukan semua ini, lantas apa? Apakah Alkitab ada menyinggung atau menyampaikan tujuan utama kita menjadi pengikut Kristus? Kalau ada, dimana?
Tentu saja ada. Dalam surat Roma tujuan utama kita, panggilan kita yang terutama, our ultimate goal sebenarnya sudah disebutkan dengan nyata dan jelas. Mari kita baca ayatnya.
"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara." (Roma 8:29)
Dari ayat ini kita bisa mengetahui dengan pasti bahwa tujuan kita yang paling utama adalah: menjadi serupa dengan Kristus.
(bersambung)
Sunday, January 15, 2023
Tergerak - Bergerak (5)
(sambungan)
Jangan lupa pula bahwa Firman Tuhan mengajarkan kita untuk tidak menahan-nahan kebaikan selagi kita sanggup atau bisa melakukannya. "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27).
Saat banyak orang berpikir bahwa itu melulu soal memberi sedekah dalam bentuk materi, sesungguhnya kebaikan tidak selalu harus seperti itu. Ada banyak hal-hal yang sederhana dan kecil yang tidak kalah penting dan bisa sangat berarti baik bagi orang lain maupun bagi Tuhan. Tuhan sendiri tidak mementingkan besar kecilnya, melainkan ketulusan dan keikhlasan kita dalam memberi, sebab "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7). Hanya berhenti pada rasa iba, tidak berbuat apa-apa belumlah cukup. Tergerak untuk melakukan sesuatu itu baik tapi belum bermanfaat kalau berhenti hanya sampai disitu saja. Ketika dilanjutkan dengan bergerak melakukan tindakan nyata, disanalah kita baru bisa memberkati orang lain.
Kita tidak perlu berpikir terlalu jauh untuk memberi yang besar kalau memang belum mampu, tapi kita harus melihat apa yang bisa kita berikan terlebih saat hati kita sudah tergerak. kita hanya diminta untuk memberi sesuai kemampuan kita. Jika hati sudah tergerak, bergeraklah segera dengan melakukan perbuatan nyata sesuai kesanggupan kita. Baik dalam hal persembahan maupun pemberian/sumbangan kepada sesama baik materi maupun tenaga, pikiran, keahlian dan sebagainya, selama itu kita lakukan dengan tulus dan ikhlas yang didasari oleh kasih kita kepada Tuhan, semua itu akan sangat besar nilainya bagi Tuhan dan mampu menjadi saluran berkat sekaligus memberi pengenalan yang benar akan Tuhan.
Apakah hati anda tergerak akan sesuatu hari ini? Apakah itu mengenai rasa iba atau kasihan terhadap seseorang, tergerak untuk berhenti dari kebiasaan-kebiasaan buruk dan sebagainya? Jika ya, jangan tahan, jangan tunda. Saat Tuhan sudah mengetuk hati anda, jawablah segera dengan bergerak melakukan tindakan nyata.
Kalau hati sudah 'tergerak', segera lanjutkan dengan 'bergerak'
Saturday, January 14, 2023
Tergerak - Bergerak (4)
(sambungan)
"Sesudah itu datanglah setiap orang yang tergerak hatinya, setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan khusus kepada TUHAN untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan untuk segala ibadah di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu. Maka datanglah mereka, baik laki-laki maupun perempuan, setiap orang yang terdorong hatinya, dengan membawa anting-anting hidung, anting-anting telinga, cincin meterai dan kerongsang, segala macam barang emas; demikian juga setiap orang yang mempersembahkan persembahan unjukan dari emas bagi TUHAN." (ay 21-22).
Ayat-ayat selanjutnya melanjutkan apa saja jenis persembahan khusus yang mereka serahkan sebagai respon perintah Tuhan tersebut. Dan, "Semua laki-laki dan perempuan, yang terdorong hatinya akan membawa sesuatu untuk segala pekerjaan yang diperintahkan TUHAN dengan perantaraan Musa untuk dilakukan--mereka itu, yakni orang Israel, membawanya sebagai pemberian sukarela bagi TUHAN." (ay 29).
Sebuah persembahan atau pemberian yang benar pada hakekatnya lahir dari kerelaan untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan tanpa menonjolkan diri atau mengharap imbalan. Ada banyak yang memberi, tapi sedikit yang benar motivasinya. Ada banyak orang yang memberi persembahan seolah seperti sogokan agar bisnis lancar, agar bisa berhasil, agar diberkati terutama secara finansial dan lain-lain. Mereka ini menganggap Tuhan seolah bank yang membuka deposito atau bahkan asuransi dengan premi tertentu. Makin besar yang diberi, makin besar pula yang diperoleh. Dan ironisnya, banyak hamba Tuhan yang memakai paradigma berpikir keliru seperti itu demi keuntungan mereka.
Meski Tuhan bisa memberi kelimpahan dan kepenuhan, cara kita memperolehnya bukanlah seperti itu. Kerelaan yang lahir dari kerinduan untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan sebagai wujud ucapan syukur dan mengasihi Tuhan seharusnya tidak boleh terkontaminasi oleh kekeliruan-kekeliruan cara berpikir seperti itu. Dalam hal memberi kepada orang lain, banyak yang menjadikan itu sebagai sarana untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Ingin dilancarkan urusan, ingin naik pangkat, ingin menang dalam pemilihan untuk jadi pemimpin atau anggota dewan dan banyak motivasi keliru lainnya. Sebuah pemberian yang baik bukanlah pemberian yang punya motivasi terselubung atau agenda-agenda dibelakangnya, bahkan dikatakan bahwa kalau kita memberi, seharusnya itu kita lakukan diam-diam saja bukan harus dipublikasikan atau ditunjukkan ke orang lain untuk mendapatkan pujian.
(bersambung)
Friday, January 13, 2023
Tergerak - Bergerak (3)
(sambungan)
"Ambillah bagi TUHAN persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN..." (ay 5).
Perhatikan bahwa dalam ayat 5 ini secara spesifik Tuhan mengatakan agar mereka memberi berdasarkan dorongan hati, alias saat hati mereka tergerak. Bukan karena terpaksa, bukan paksaan apalagi disertai ancaman, melainkan dari dorongan hati. Bukan dengan iming-iming agar mereka nantinya diberkati dalam usaha, supaya tidak masuk neraka, supaya tidak mengalami hal buruk dan lain-lain seperti pehaman keliru yang masih saja dilakukan oknum-oknum saat mengharapkan persembahan besar dari jemaatnya. Tapi yang seharusnya adalah sesuai dorongan hati.
Musa meminta mereka untuk mendengar dorongan hati mereka. Saat hati tergerak, mereka hendaknya melanjutkan kepada langkah selanjutnya, yaitu bergerak melakukan tindakan nyata, memberi persembahan khusus dan tidak diam saja tanpa melakukan apapun. Hati bisa tergerak, tapi keputusan kita masing-masing akan menentukan apakah kita akan bergerak mengambil langkah nyata berikutnya yaitu melakukan sesuatu yang nyata berdasarkan dorongan hati atau membiarkan saja tanpa ada aksi sedikitpun. Singkatnya, Tuhan sudah menyebutkan apa yang Dia mau, Dia sudah menyentuh hati kita agar tergerak, tapi kemudian diperlukan tindakan atau gerakan nyata dari kita untuk menjawab keinginan Tuhan tersebut.
Bagaimana reaksi orang-orang Israel waktu itu setelah mendengar perintah Tuhan yang disampaikan lewat Musa? Mereka segera bergegas pulang dan melakukan tepat seperti apa yang mereka dengar dari Musa. "Sesudah itu datanglah setiap orang yang tergerak hatinya, setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan khusus kepada TUHAN untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan untuk segala ibadah di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu. Maka datanglah mereka, baik laki-laki maupun perempuan, setiap orang yang terdorong hatinya, dengan membawa anting-anting hidung, anting-anting telinga, cincin meterai dan kerongsang, segala macam barang emas; demikian juga setiap orang yang mempersembahkan persembahan unjukan dari emas bagi TUHAN." (ay 21-22).
(bersambung)
Thursday, January 12, 2023
Tergerak - Bergerak (2)
(sambungan)
Seperti itulah kira-kira apabila kita hanya diam meski hati nurani sudah diketuk. Betapa seringnya kita merasa iba terhadap kesusahan yang diderita orang lain, atau terhadap hewan terlantar dan sebagainya, tapi hanya berhenti sebatas rasa iba itu saja. Dengan kata lain, banyak yang tergerak tapi sedikit yang mau melanjutkannya atau menyikapinya dengan bergerak. Ketika hati kita tergerak, seharusnya kita menindaklanjuti rasa tergerak yang timbul di hati untuk bergerak dengan melakukan tindakan nyata.
Dalam hal lain pun sama. Ada yang tergerak untuk berhenti berbuat dosa dan bertobat, tapi tidak kunjung bergerak melakukan tindakan-tindakan pertobatan. Hati sudah diketuk agar mau berubah, tapi kedagingan terus dibiarkan untuk memuaskan keinginannya. Ada yang tergerak untuk mengampuni, tapi tidak bergerak untuk memberi pengampunan. Ada yang tergerak menolong orang kesusahan, tapi tidak bergerak mengulurkan tangan. Tergerak tanpa bergerak tidaklah menghasilkan apa-apa. Tapi kalau tergerak dilanjutkan dengan bergerak, maka akan banyak hal yang bisa kita lakukan untuk memberkati orang lain.
Singkatnya, 'tergerak' merupakan awal yang baik, tapi untuk memperoleh hasil nyata haruslah dilanjutkan dengan 'bergerak'.
Ada contoh menarik yang bisa kita lihat tentang hal ini, yaitu pada jaman Musa seperti yang dicatat dalam kitab Keluaran pasal 35. Disana ada sebuah perikop yang menceritakan saat Musa menyampaikan perintah Tuhan agar jemaah Israel yang ia pimpin turut serta untuk mendirikan Kemah Suci dengan memberikan persembahan khusus (ayat 4 sampai dengan 29). Tuhan menyuruh Musa meminta jemaah untuk memberikan persembahan khusus yang berasal dari barang kepunyaan mereka sendiri. Mereka melakukan itu dengan didasari oleh dorongan atau gerakan yang timbul dalam hati mereka.
"Ambillah bagi TUHAN persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN..." (ay 5). Berbagai jenis kain, kulit, kayu, logam mulia, minyak untuk lampu, minyak urapan, minyak ukupan wangi, permata sampai menyumbang sesuatu yang non materil seperti keahlian, semua itu diperlukan agar Kemah Suci sebagai tempat kebaktian mereka.
(bersambung)
Wednesday, January 11, 2023
Tergerak - Bergerak (1)
Ayat bacaan: Keluaran 35:21-22
=====================
"Sesudah itu datanglah setiap orang yang tergerak hatinya, setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan khusus kepada TUHAN untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan untuk segala ibadah di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu. Maka datanglah mereka, baik laki-laki maupun perempuan, setiap orang yang terdorong hatinya, dengan membawa anting-anting hidung, anting-anting telinga, cincin meterai dan kerongsang, segala macam barang emas; demikian juga setiap orang yang mempersembahkan persembahan unjukan dari emas bagi TUHAN."
Ada seorang pelanggan saya yang tidak memelihara kucing, tapi rutin membeli makanan kucing. Bapak ini mengaku tadinya tidak suka kucing, tapi belakangan hatinya renyuh melihat kucing-kucing liar di jalan yang kondisinya kurus dan lusuh. Setiap kali membeli, ia selalu minta plastiknya langsung digunting agar ia bisa segera memberi makan kucing yang ia lihat saat berjalan pulang.
Bagi saya, apa yang dilakukan Bapak ini sangatlah luar biasa. Ia bukan orang yang kaya raya. Umurnya sudah lanjut, tapi ia melakukan sebentuk ekspresi kasih terhadap hewan liar sesuai kemampuannya. Hatinya tergerak, dan ia bergerak. Apa yang ia lakukan mirip dengan istri saya yang sejak dulu sering berkeliling secara khusus jika sempat untuk memberi makan kucing di jalan. Selalu ada makanan kucing di motor, dan ia akan minta saya berhenti dulu jika melihat ada kucing yang terlihat kurus di pinggir jalan untuk diberinya makan. Beberapa kali saya pun membantu me-rescue kucing dan anjing, mencarikan adopter nya agar mereka bisa mendapat orang yang sayang dan mau merawat mereka dengan baik. Seperti si Bapak tadi, istri saya tergerak, lalu bergerak. Saya tergerak, lalu bergerak.
Hari ini saya ingin menyampaikan tentang perbedaan antara 'tergerak' dan 'bergerak'. Antara sekedar iba atau kasihan dengan sebuah tindakan nyata. Awalan 'ter' yang mengawali kata 'gerak' menunjukkan sebuah bentuk kata kerja yang pasif, sedang jika diganti dengan 'ber' membuat kata tersebut menjadi bentuk aktif. Seringkali apa yang kita lakukan bermula dari 'ter' yang harus disusul dengan 'ber' agar menjadi bermakna.
Ambil satu contoh sederhana saja. Misalnya anda bertugas sebagai seorang kiper dalam sebuah tim sepak bola. Hati anda tergerak untuk melompat ke kiri menghalau bola yang menghujam ke gawang anda. Tapi akankah apa yang tergerak itu berguna jika anda hanya diam di tempat, berdiri tanpa bergerak sama sekali? Apakah ada sesuatu yang dihasilkan jika anda tidak melakukan apa-apa? Yang ada gawang anda hanya akan terus dibobol tanpa ampun. Tapi ketika tergerak itu kemudian disertai dengan bergerak, maka disanalah si kiper bisa berperan penting bagi timnya.
(bersambung)
Tuesday, January 10, 2023
Menyikapi Panjang Sabar Tuhan dengan Benar (4)
(sambungan)
Kita pantas bahkan wajib bersyukur atas kebesaran kuasa Tuhan yang jauh melebihi kemampuan nalar manusia dan atas panjangnya kesabaran Tuhan dalam proses perbaikan diri kita. Kebaikan Tuhan seharusnya membuat kita berdiri dan bersorak sorai dalam sukacita, bukannya malah terus menjauh, melupakan atau menyalahkan Tuhan atas segala kesulitan yang kita alami, atau malah memanfaatkan itu sebagai sarana kebebasan untuk terus berbuat dosa. Sudah sepantasnya kita menyadari betul segala perbuatan dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita dan mengucap syukur atasnya. Menyadari kesabaran Tuhan hendaknya dipakai sebagai momen untuk tidak lagi melanggar peraturan/ketetapan Tuhan sebagai bentuk penghargaan kita akan kasihNya dan kesempatan yang masih diberikan kepada kita.
Ingatlah selalu bahwa lewat karya penebusan Kristus kita semua sudah dimerdekakan, oleh sebab itu kita harus menyikapinya dengan terus menjaga diri kita agar tidak kembali terjatuh kepada kebiasaan-kebiasaan buruk atau dosa-dosa di masa lalu. "Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan." (Galatia 5:1). Jangan biarkan ada kuk perhambaan lagi yang masih membelenggu kita. Kita harus menjaga kesadaran dengan sebaik-baiknya agar tidak terus mengulangi kesalahan yang sama.
"Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi!" (1 Korintus 15:34).
Kesalahan demi kesalahan yang tidak ditangani serius bisa membuka pintu masuk bagi banyak dosa yang akhirnya menguasai diri kita dan kemudian mengarahkan kita kepada jurang kematian yang kekal. Karenanya jika panjang sabar Tuhan masih memberi kesempatan untuk berbalik, pergunakanlah kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Bersyukurlah bahwa Tuhan tidak serta merta memukul hancur kita melainkan terlebih dahulu berusaha menggapai dan menyentuh hati kita. Tuhan memberi kita kesempatan luas, tapi jangan sia-siakan agar kita tidak harus luput dari segala yang terbaik yang sudah Tuhan sediakan buat kita.
God's patience is incredible but isn't without limit
Monday, January 9, 2023
Menyikapi Panjang Sabar Tuhan dengan Benar (3)
(sambungan)
"Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melaikan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (1 Petrus 3:9)
Lihat bahwa kesabaran Tuhan itu bertujuan untuk membuka kesempatan agar siapapun yang pernah berbuat dosa bisa berbalik dari jalan-jalannya yang salah dan melakukan pertobatan menyeluruh. Namun yang tetap harus kita ingat, dalam ayat bacaan kita kali ini dari Nahum 1:3 dikatakan bahwa Tuhan tidak sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman. Kesabaran Tuhan itu ada batasnya. Orang yang tidak mempergunakan kesempatan untuk bertobat dan terus berbuat kejahatan pada akhirnya akan mengalami murkaNya.
Dalam Roma 11:22 dikatakan: "Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamupun akan dipotong juga." Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah itu sangat baik, tetapi juga keras. Dia akan bertindak keras terhadap orang yang berdoa, tetapi baik hati terhadap siapapun yang hidup mensyukuri kebaikanNya. Jika kita mengabaikan itu, maka murka Tuhanlah yang akan kita terima.
Bayangkan betapa baiknya Tuhan dengan kesabaran yang begitu panjang. Tanpa itu semua, mungkin sejak dulu kita sudah binasa. Dia sungguh baik memberikan kita waktu dan kesempatan untuk terus berusaha menjadi lebih baik lagi. Tidak hanya itu saja, Tuhan pun sangatlah besar dan tak terukur kuasaNya. Lihatlah bagaimana Tuhan mengatur segala alam semesta beserta isinya, sehingga tidak satupun dari planet atau gugus bintang bertabrakan dan saling menghancurkan satu sama lain. Segala yang baik yang disediakan Tuhan dalam pemeliharaanNya pun berperan untuk memberi kesempatan bagi kita untuk terus berbenah diri. Bayangkan jika tiba-tiba alam semesta menjadi kacau, kesempatan kita untuk memperbaiki diri pun sirna. Daud begitu menyadari hal ini dan ia juga berkata "Sesungguhnya aku tahu, bahwa TUHAN itu maha besar dan Tuhan kita itu melebihi segala allah." (Mazmur 135:5).
(bersambung)
Sunday, January 8, 2023
Menyikapi Panjang Sabar Tuhan dengan Benar (2)
(sambungan)
Ada banyak yang masih saja terus bergumul, sulit untuk lepas dari dosa. Hari ini bertobat, besok kumat, kembali jatuh ke dalam dosa yang sama. Jika anda ada diposisi Tuhan, tidakkah anda kesal atau kecewa melihat orang yang berulang kali datang minta ampun tetapi masih terus saja melakukan perbuatan-perbuatan buruk yang sama? Tapi hebatnya, kasih Tuhan masih jauh lebih besar ketimbang rasa kecewaNya. Berulang-ulang kita berbuat salah, Tuhan masih berkenan dengan sabar memberi kesempatan kepada kita untuk berbalik dari jalan-jalan yang salah dan kembali kejalanNya yang benar. Ini adalah sebuah bukti betapa Tuhan mengasihi kita.
Benar, kasih Tuhan membuka kesempatan bagi kita untuk bertobat. Tetapi jangan sampai kita memakai itu sebagai celah untuk terus berbuat dosa. Karena meski Tuhan panjang sabarnya, Dia tidak akan membiarkan satupun pelanggaran berlalu begitu saja. Kesalahan ada hukumannya. Maka dari itu kita harus hati-hati dan tidak boleh mempergunakan atau memanfaatkan kebaikan Tuhan untuk niat-niat yang buruk.
Kitab Nahum mengingatkan hal ini dengan jelas. "TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya." (Nahum 1:3).
Perhatikanlah dengan jelas. Tuhan memang panjang kesabarannya, luar biasa panjang. tetapi itu bukan berarti kita bisa memanfaatkan kebaikan Tuhan dengan terus melakukan perbuatan yang melanggar ketetapanNya karena hukuman akan tetap jatuh bagi yang bersalah. Jika kesempatan masih ada, bersyukurlah karena itu artinya Tuhan yang sangat panjang sabarnya itu masih memberi kita waktu dan kesempatan untuk berbenah, memperbaiki diri kembali ke jalan yang benar agar kita tidak menuai hukuman daripadaNya. Semua itu karena Tuhan begitu mengasihi kita dan tidak ingin satupun dari kita gagal menerima keselamatan yang telah membuat Tuhan rela mengorbankan Yesus menggantikan kita di atas kayu salib.
Tuhan ingin memberikan kesempatan kepada kita semua untuk bertobat. Maka segeralah bertobat selagi kesempatan itu masih ada. Lantas ada pula yang berkata, ada banyak orang jahat di dunia ini, kok mereka tidak apa-apa bahkan baik-baik saja? Apakah itu bentuk kelalaian Tuhan melihat perilaku mereka?
Kalau kita menganggap bahwa ada orang-orang berdosa yang tampaknya masih baik-baik saja sebagai sebuah kelalaian, dalam 2 Petrus 3:9 sudah dikatakan bahwa tidaklah demikian. Disana tertulis: "Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melaikan supaya semua orang berbalik dan bertobat."
(bersambung)
Saturday, January 7, 2023
Menyikapi Panjang Sabar Tuhan dengan Benar (1)
Ayat bacaan: Nahum 1:3
=====================
"TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya"
Punya anak balita itu harus panjang sabar. Anak saya perempuan, tapi energinya seperti laki-laki. Ia terus butuh perhatian dan tidak ada takutnya. Panjat sana, panjat sini, jatuh sana, jatuh sini. Apalagi di usia menjelang 4 tahun ia tengah mengeksplor banyak hal termasuk keinginannya. Terkadang susah dipanggil, susah diingatkan, dan kadang juga berbuat kesalahan di sana sini. Kalau ia melakukan hal baik seperti membereskan mainannya setelah berantakan saat bermain, saat ia makannya bagus, saat ia menurut, kami memberikan pujian. Kalau salah kami menegur, menasihati, mengingatkan, dan kalau bandelnya sudah keterlaluan apa boleh buat, terpaksa dihukum. Ia sudah kami kenalkan dengan sistem hukuman berdiri di satu sudut ruangan selama satu-dua menit kalau ia melakukan kesalahan, dan untunglah ia bisa menerima itu dengan baik dan belajar dari situ. Bentuk peringatan, nasihat, teguran bahkan hukuman yang proporsional bertujuan bukan untuk menyiksanya melainkan demi kebaikannya sendiri. Sebagai orang tua kami harus bisa bersikap tegas dalam mendisiplinkan, walau sebenarnya hati perih saat harus menghukumnya. It's for her own good, agar ia dari kecil sudah tahu mana yang baik dan buruk dari yang ia lakukan.
Bagi anak balita bandel itu memang sesuai umurnya. Mereka masih perlu diajari, dibimbing, dibina dan diasuh dengan baik agar kelak mereka bisa menjadi pribadi yang baik perilakunya. Tapi yang sudah tidak balita pun masih sering bandel. Masa muda dianggap banyak orang sebagai masa-masa kebebasan untuk mencoba hal-hal baru. Mumpung belum ada tanggungan, mumpung belum ada tuntutan, ya puas-puasin dulu. Begitu mungkin logika berpikirnya. Mencoba hal baru boleh saja, sepanjang hal baru itu bukan sesuatu yang melanggar ketetapan Tuhan dan kemudian merugikan orang lain dan membawa dampak buruk bahkan fatal baik bagi diri sendiri maupun keluarga. Karena saat kenakalan kemudian meningkat memasuki ranah kejahatan, maka bisa runyam urusannya.
Banyak di antara mereka berpikir bahwa nanti ada waktu untuk bertobat dan hidup benar, karena perjalanan hidup masih panjang. Jadi selagi muda, berpuas-puas lah dulu. Ini tentu pemikiran yang seharusnya dihindari, karena yang sering terjadi adalah, sekali kita masuk ke dalam dosa, kita akan terus terperosok semakin dalam dan sulit lepas. Kita akan diperangkap dan dijadikan tempat bermain yang menyenangkan bagi si jahat. Seorang teman yang masa lalunya buruk mengatakan bahwa ia sangat-sangat bersyukur karena ia masih diberi kesempatan untuk bertobat dan menjalani hidup baru bersama Tuhan. "Tuhan itu panjang sabarnya .. dan kasihNya yang luar biasa besar membuat saya diberi kesempatan untuk keluar dari masa lalu saya yang buruk." katanya. Saya pun sama. Dengan segala perilaku buruk di masa lalu, seharusnya tidak ada tempat bagi saya menerima kasih karunia Allah. Tapi Tuhan ternyata menjamah saya. Ia memberi kesempatan bagi saya untuk bertobat, menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat saya, dan hari ini saya memilih untuk berjalan bersamaNya dan terus berproses lebih baik dari hari ke hari. Saya berpikir, kalau saja Tuhan tidak sabar dengan kelakuan saya di masa lalu, jika Dia membiarkan saja saya dengan segala keburukan itu, jika Dia tidak mengasihi saya yang hidup dengan segala hal tidak baik, entah apa jadinya saya hari ini.
(bersambung)
Friday, January 6, 2023
Simeon dan Hanna (3)
(sambungan)
Lewat Roh dan iman kita bisa melihat kebenaran yang kita harapkan. Mata kita dicelikan sehingga mampu mengenali Yesus dan segala kebenaran dalam diriNya. Seperti halnya di Bait Allah waktu itu, hari ini pun Yesus hadir ditengah-tengah kita meski tidak lagi secara kasat mata. Yesus hadir dalam ibadah-ibadah yang kita lakukan, baik dalam kebaktian maupun dalam ibadah yang sejati, yaitu kehidupan kita. Tetapi apakah peduli? Apakah kita merasakan kehadiranNya? Apakah kita cukup merindukan kehadiran Yesus seperti halnya kerinduan yang dimiliki Simeon dan Hana? Masihkah kita merindukan kehadiran Yesus ditengah kesibukan sehari-hari dan segala sesuatu yang kita lakukan? Apakah kita mengingatNya saat berhadapan dengan segala yang diinginkan? Apakah kita berada pada posisi Simeon dan Hana atau orang-orang lain yang berada di bait Allah?
Kita harus mengingatkan diri kita untuk beribadah dengan motivasi yang benar. Jangan sampai ibadah-ibadah kita hanya didasari oleh rutinitas atau sekedar menjalankan kebiasaan saja tanpa memiliki kerinduan yang murni akan Tuhan. Sejatinya ibadah yang kita lakukan dengan motivasi yang benar dan sungguh-sungguh akan membawa keuntungan besar bagi diri kita.
Hidup dalam Roh akan membuat kita mampu melihat segala yang kebenaran dalam Yesus. Paulus berkata "Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." (Roma 8:9). Yesus mengatakan "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta." (Yohanes 9:39).
Ada cahaya pengharapan dan keselamatan yang sudah Dia sediakan, dan kedatangan Kristus untuk menebus kita seharusnya bisa membuka mata kita dengan jelas untuk melihat segala kebaikan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita, ciptaan-ciptaanNya yang teristimewa. Bukan cuma ingin memperoleh berkat dan pertolonganNya semata, tetapi kerinduan untuk mengenalNya dan kemudian mengasihiNya, itulah yang mampu memberikan sukacita penuh rasa syukur dalam hidup kita. Sebab kalau kita tidak kenal dan tidak peduli, bagaimana mungkin kita bisa mengklaim sebagai muridNya? Mari pastikan kualitas dari setiap ibadah yang kita lakukan. Jangan sampai semua ibadah itu tidak ada membawa manfaat apapun alias sia-sia.
Ironis sekali kalau ibadah-ibadah yang kita lakukan ternyata tidak membawa pengenalan akan Kristus
Thursday, January 5, 2023
Simeon dan Hanna (2)
(sambungan)
Siapakah Simeon dan Hana? Apa yang membedakan mereka dari jemaat lain yang hadir pada saat itu disana? Alkitab mendeskipsikan Simeon seperti ini. "Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan." (Lukas 2:26).
Sedangkan Hana adalah seorang janda lanjut usia berusia 84 tahun. Alkitab menyatakan bahwa "Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa." (ay 37).
Faktanya hanya kedua orang inilah yang mampu melihat bayi Yesus sebagai Mesias sesungguhnya yang telah lama ditunggu-tunggu. Simeon dan Hana telah sejak lama menantikan kedatangan Yesus di muka bumi ini. Kerinduan mereka untuk melihat Yesus dapat kita lihat dari ketekunan dan usaha mereka dalam menantikan kedatanganNya. Kedua orang ini jelas memiliki kualitas yang mampu membuat mereka mengenali Yesus. Bahkan kepada Simeon, Roh Kudus menyatakan bahwa ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias dengan mata kepalanya sendiri. (ay 26). Simeon terus menanti dengan pengharapan penuh, hatinya haus untuk bertemu dengan Yesus. Pada hari itu Roh Kudus membimbingnya untuk menuju Bait Allah (ay 27) dan akhirnya berhasil bertemu dengan Mesias yang dijanjikan.
Dengan lantang Simeon berkata "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (ay 29-32). Simeon mampu melihat dengan jelas siapa bayi yang tengah ia gendong. Demikian pula Hana yang langsung mengucap syukur kepada Allah. (ay 38).
Apakah jemaat lain yang hadir saat itu melihat hal yang sama? Tampaknya tidak. Selain Simeon dan Hana, tidak ada lagi yang memiliki kerinduan yang sama. Mungkin mereka sibuk dengan agenda sendiri, mungkin mereka hanya semata menjalankan rutinitas, atau mungkin saja mereka tidak peduli sama sekali. Yang jelas, mereka tidak bisa melihat siapa Yesus sebenarnya. Kehadiran Yesus tepat di depan mereka nyatanya tidak kunjung menggerakkan hati mereka untuk bersyukur atas keselamatan yang akan hadir sebagai anugerah dari Allah.
Hati yang terbuka dalam menantikan kedatangan Kristus membuat Simeon dan Hana bisa melihat dengan jelas akan sosok Mesias yang ada di depan mereka. Hadirnya Roh Allah membuat Simeon bisa melihat sosok Yesus dalam penggenapan rencana Allah seperti yang sudah berulangkali dinubuatkan para nabi sebelumnya. Akan halnya Hana, kerinduan Hana yang terus mengisi dirinya dengan doa dan puasa membuatnya bisa melihat Yesus secara benar. Itulah yang membedakan kedua orang ini dari jemaat lainnya yang hadir disana. Dalam Galatia tertulis "Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan." (Galatia 5:5).
(bersambung)
Wednesday, January 4, 2023
Simeon dan Hanna (1)
Ayat bacaan: Lukas 2:25
================
"Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,"
Beribadah itu penting? Saya yakin kita akan sepakat untuk menjawab 'ya'. Tapi kalau pertanyaannya untuk apa kita beribadah, atau apa yang kita peroleh dari ibadah, maka jawabannya bisa beda-beda. Apakah merupakan wujud dari kerinduan kita bertemu dan merasakan hadirat Tuhan atau hanya mencari berkat/pertolongan, supaya terlihat suci di mata orang atau hanya sekedar ritual atau rutinitas belaka, bahkan ada yang hanya karena terpaksa, semua itu bisa jadi alasan kenapa orang beribadah. Sama-sama beribadah, tapi motivasi atau alasannya bisa beragam.
Banyak orang mengira bahwa mereka masih taat dengan terus beribadah, tapi Jangan-jangan sebenarnya sudah tidak lagi peduli terhadap Yesus ketika beribadah melainkan sibuk mementingkan hal-hal lainnya. Dan jangan-jangan, saat kita beribadah mengakunya kepada Yesus, tapi kalau Yesus ada disamping kita, kita bahkan tidak mengenalNya. Kita tidak mengenal siapa Dia, seperti apa hatiNya, dan kalau sudah begitu, bagaimana kita bisa terus berproses untuk menjadi semakin seperti Yesus dalam perjalanan hidup ini? Have you ever asked "what would Jesus do" when you face a situation? Bagaimana mungkin kita bisa beribadah, mengasihiNya dan taat pada perintahNya kalau kita bahkan tidak mengenalNya?
Mari kita lihat apa yang terjadi saat Yesus dibawa ke bait Allah untuk diserahkan kepada Tuhan. Seperti layaknya gereja, saya yakin pada saat itu ada begitu banyak orang yang hadir di sana. Yusuf dan Maria datang membawa bayi Yesus untuk memenuhi hukum Taurat Musa yang menyatakan bahwa "semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah." (Lukas 2:23).
Pertanyaannya sekarang, ada berapa banyak dari yang hadir mengenal Yesus sebagai Juru Selamat yang sudah lama dinanti-nantikan? Ratusan orang? Puluhan? Ternyata sedikit sekali. Alkitab bahkan jelas-jelas menyatakan bahwa hanya dua orang saja yang mengenalNya, dan mereka adalah Simeon dan Hana. Dari sekian banyak orang yang hadir disana hanya dua orang yang benar-benar mengenali Yesus.
Siapakah Simeon dan Hana?
(bersambung)
Tuesday, January 3, 2023
Panduan Damai Sejahtera (8)
(bersambung)
(Sambungan)
Kita harus waspada betul agar kita tidak dikuasai oleh berbagai emosi/perasaan-perasaan negatif dan keinginan-keinginan daging. Jika kita membiarkan hal-hal ini terjadi, maka akan sangat sukar bagi kita untuk menerima panduan Roh Kudus dari hati yang murni. Berilah penghargaan dan ucapan terima kasih kita kepada Tuhan. Dengan memiliki hati yang bersyukur, anda akan mendapati bahwa jauh lebih mudah untuk mendengar suaraNya jika Dia berbicara dan merasakan damai sejahtera daripadaNya.
Salah satu cara yang selalu saya lakukan sebelum mengambil keputusan-keputusan yang sifatnya penting adalah menempatkan hati saya pada posisi 'netral' sebelum membawanya pada Tuhan. Ibarat kata mobil, posisinya ada di gear netral. Saya membuang terlebih dahulu keinginan-keinginan saya pribadi dan menyerahkan kepada Tuhan, agar kiranya Tuhan membimbing saya dalam mengambil sebuah keputusan. Berada pada posisi netral dan mengosongkan diri dari kehendak atau keinginan pribadi akan membuat saya lebih peka untuk menerima apa yang menurut Tuhan terbaik untuk saya lakukan. Biasanya istri saya pun akan melakukan hal yang sama. Lalu kami akan berdiskusi, apa yang ia dapat, apa yang saya dapat, dan kemudian membawanya bersama-sama dalam doa lagi. Dari pengalaman saya, itu bisa mencegah banyak kekeliruan dalam melangkah dan membuat kami masih bisa bertahan ditengah badai krisis ekonomi yang sungguh berat saat ini.
Apakah anda merasakan damai sejahtera hari ini dengan keputusan-keputusan yang sudah, sedang dan akan anda ambil? Atau, apakah hal-hal yang anda lakukan saat ini dibarengi dengan damai sejahtera? Apakah anda bisa taat segera saat teguran lewat hati nurani anda rasakan atau anda masih cenderung membiarkan diri anda dikuasai emosi atau keinginan-keinginan pribadi yang cenderung pada pola pikir duniawi? Apakah anda masih suka terburu-buru/terburu nafsu saat mengambil keputusan termasuk yang penting atau anda termasuk yang mau berpikir baik-baik terlebih dahulu dengan hati yang sudah terlebih dahulu ditenangkan?
Cara anda bersikap, mengambil tindakan atau memutuskan akan sangat menentukan bagaimana langkah anda ke depannya. Oleh karena itu perhatikanlah baik-baik. Mintalah pertimbangan lewat doa-doa khusus anda dan tetaplah peka mendengar suara hati anda. Memasuki tahun yang baru, tahun yang akan lebih berat lagi, hendaklah kita memperhatikan dengan seksama kemurnian hati kita sehingga kita bisa dipandu oleh kedamaian Kristus dalam pengambilan-pengambilan keputusan sepanjang tahun. Jangan pernah lupa, jangan pernah ragukan bahwa damai sejahtera Kristus bisa memandu atau menuntun anda lebih dari yang anda duga.
Selamat Tahun Baru. Mari songsong tahun ini dengan kemurnian hati dan berpegang pada Tuhan lebih lagi. Tuhan memberkati teman-teman semua.
Jika tidak merasa damai sukacita dalam melakukan sesuatu, berhentilah segera
2023 (4)
(sambungan)
Kenapa kita harus mengalami masa ini? Tuhan tentu punya rencana dalam menempatkan kita dimanapun kita berada saat ini. Situasi yang kita alami mungkin saja tidak atau belum kondusif, masa-masa berat masih akan terus ada. Mungkin semua usaha kita masih belum memperoleh tepat seperti yang diharapkan, atau jangankan seperti yang diharapkan, bertahan saja mungkin sudah sulit.
Tahun mendatang sepertinya terlihat gelap, tetapi jangan lupa bahwa ada setitik cahaya di depan sana yang menjanjikan masa depan yang penuh harapan. Apa yang Tuhan rencanakan adalah sesuatu yang indah. Ia menyediakan segala sesuatu dalam kelimpahan, ditambah penyertaannya bagi kita sepanjang tahun. Bukankah Tuhan sudah mengatakan bahwa Dia sendiri yang akan memelihara kita dari awal sampai akhir tahun? Bukankah itu seharusnya cukup untuk membuat kita tenang dan bisa melangkah pasti? Masalah mungkin belum akan selesai, mungkin kita masih harus bergumul dalam banyak hal tahun ini, tetapi tidak ada yang perlu kita takutkan jika Tuhan sudah berjanji akan selalu bersama kita sepanjang perjalanan kita di tahun ini.
Apa yang bisa membuat mata kita luput dari melihat itu semua adalah keraguan dan kecemasan kita sendiri. Seperti bangsa Israel, kita bisa buta dan lupa akan bukti penyertaan Tuhan selama ini apabila kita hanya fokus menimbang berat ringannya masalah. Kita lupa bahwa meski masalah awalnya terlihat ringan, bisa jadi kita tetap kesulitan kalau hanya terus mengandalkan kekuatan sendiri. Mata rohani yang buta bisa membuat kita terus didera rasa takut. Itu bisa membuat segala sukacita tercabut dari diri kita digantikan keluh kesah berkepanjangan yang sama sekali tidak produktif.
Padahal kalau kita mau berpikir lebih jauh, apa gunanya rasa kuatir dalam perjalanan hidup ini? Adakah itu membawa sesuatu yang baik? Bukankah Yesus sudah mengingatkan kita seperti ini: "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta pada jalan hidupnya?" (Lukas 12:25). Itulah sebabnya kita harus merubah pola pikir kita. Jangan lagi menggantungkan hidup kepada situasi dan kondisi tetapi pandanglah janji penyertaan Tuhan seperti yang sudah Dia janjikan sendiri. Dalam Filipi 2:5 Paulus berpesan: "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus". Itulah yang akan memampukan kita untuk melihat bahwa penyertaan Tuhan sesungguhnya selalu ada bersama kita.
Jika diantara teman-teman ada yang merasa cemas menatap tahun yang baru ini. ingatlah bahwa kita jangan sampai didera kuatir. Jangan fokuskan pikiran pada segala kesulitan dalam kerumitannya di tahun lalu karena kita sebenarnya dapat melangkah maju dengan fokus yang tertuju kepada Tuhan yang sudah memberikan janjiNya. Seperti Tuhan mengawasi negeri dan umatNya dahulu, seperti itu pula Dia akan melakukannya untuk kita. MataNya pun akan senantiasa mengawasi kita, dan Dia akan berjalan bersama-sama dengan kita dari awal sampai akhir tahun. Tuhan sudah berjanji untuk mengelilingi, mengawasi dan menjaga kita selayaknya biji mataNya (Ulangan 32:10), kita terlukis dalam telapak tanganNya dan berada dalam ruang mataNya (Yesaya 49:16).
Dengan demikian kita tidak perlu ragu. Apapun katanya, akan selalu ada harapan baru di tahun yang baru, rahmatNya akan tercurah baru setiap pagi sepanjang tahun, dan Dia akan terus bersama anda, menggendong anda untuk menikmati tahun ini dengan penuh sukacita. Oleh karena itu, masukilah tahun yang baru dengan semangat dan gairah baru dengan penuh sukacita dan rasa syukur. Jadikan tahun ini sebagai momen anda membina hubungan yang semakin baik dengan Tuhan. Jangan biarkan apapun menghambat turunnya berkat, pesan dan rencana Tuhan bagi diri anda. Jangan lewatkan saat-saat pribadi bersekutu denganNya, jangan lewatkan kesempatan anda untuk menjadi terang dan garam, jangan isi hidup dengan segala kejahatan tapi isilah dengan kebenaran Firman Tuhan. Mari jadikan tahun 2023 sebagai tahun yang indah dan penuh berkat, dan penuh pembaharuan dalam hal berjalan bersama Tuhan. Selamat Tahun Baru, Tuhan memberkati anda semua.
Tuhan sudah berjanji akan mengawasi kita dari awal sampai akhir tahun. Enter and live the year with joy
Monday, January 2, 2023
2023 (3)
(sambungan)
Teguran Musa ini sangat relevan bagi kita. Kita pun seringkali terlalu sibuk terfokus memandang masalah sehingga lupa bagaimana Tuhan telah menyertai kita selama ini. Berbagai bukti nyata penyertaan Tuhan yang pernah kita alami kita kesampingkan atau lupakan karena kita terus fokus hanya kepada masalah yang mendera. Pujian dan ucapan syukur tidak lagi ada, digantikan oleh keluhan, ratapan dan kekecewaan dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup.
Benar, hidup masih sulit. Dan mungkin akan bakal lebih sulit. Ada banyak di antara kita yang masih bergumul dengan berbagai macam hal. Bangsa Israel pun demikian. Tidaklah mudah untuk berjalan selama 40 tahun untuk menggenapi apa yang Tuhan sediakan buat mereka di depan sana. Kita baru dua tahun saja sudah terasa banget beratnya kan? Dan kita belum sampai harus di padang gurun sampai selama itu. So in some ways, saya bisa mengerti bagaimana beratnya itu bagi mereka.
Tapi kalau mereka mau lebih bijaksana, seharusnya mereka masih bisa melihat bagaimana penyertaan Tuhan dalam hidup mereka sudah begitu nyata mereka alami. Seharusnya mereka bisa mengacu kepada hal itu dan bersyukur pada saat mereka masih mengalami kesulitan demi kesulitan dalam menjalani hidup mereka. Hal yang sama pula buat kita. Kalau kita menyadari bahwa Tuhan selama ini masih ada bersama kita dalam melewati masa-masa sulit, seharusnya kita tidak putus pengharapan dan bisa memakai iman untuk melihat bahwa rencana Tuhan yang indah menanti di depan sana. Seharusnya kita bisa berkaca pada penyertaan Tuhan yang sudah membawa dampak nyata bagi kita sehingga kita masih ada dan masih bisa berusaha hari ini.
Sayangnya bangsa Israel tidak kunjung bisa melihat apa yang sebenarnya diberikan Tuhan kepada mereka. Padahal Tuhan sudah melepaskan mereka dari perbudakan di Mesir dan menjanjikan sebuah tanah yang sangat subur, melimpah susu dan madunya. Apa yang diberikan Tuhan bukanlah sesuatu yang ala kadarnya, bukan pula janji yang hanya main-main saja. "Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah negeri seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan benih harus kauairi dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur. Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit." (Ulangan 11:10-11). Dan lebih dari itu, Tuhan juga mengatakan bahwa itu adalah "suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN, Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun." (ay 12). Lihatlah betapa besar berkat yang Tuhan sediakan bagi mereka.
Berkat yang sama sudah dipersiapkan Tuhan untuk kita dalam memasuki tahun yang baru. Kita mungkin belum melihatnya, tapi sesungguhnya apa yang disediakan Tuhan adalah tahun yang subur, melimpah susu dan madunya, tahun yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit alias tahun yang subur dan sangat menjanjikan, dan diatas semua itu, Tuhan sudah berjanji untuk memelihara kita berjalan di dalamnya, mulai dari awal sampai akhir tahun. Meski bukan itu yang tampak hadir di depan mata kita, iman kita akan memampukan kita untuk melihatnya. Pengharapan tetap harus menjadi pendorong bagi kita untuk bisa meraihnya, dan berjalan terus bersama Tuhan dalam setiap langkah akan membawa kita mampu meraihnya.
(bersambung)
Sunday, January 1, 2023
2023 (2)
(sambungan)
Dalam menghadapi masa sulit, kita selalu bisa belajar dari pengalaman mereka yang sudah hidup lebih dulu dari kita, termasuk juga belajar dari pengalaman orang-orang di masa lalu yang dicatat di dalam Alkitab. Pada waktu Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir untuk masuk ke tanah yang dijanjikan Tuhan, bangsa Israel sebenarnya telah mengalami begitu banyak penyertaan Tuhan secara langsung sepanjang perjalanan. Ada tiang api dan tiang awan untuk menghangatkan disaat dingin dan memayungi mereka disaat panas: "TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.
Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu." (Keluaran 13:21-22), burung puyuh yang diberikan Tuhan karena mereka bersungut-sungut hanya makan roti terus menerus (Keluaran 16:13) dan lain-lain, sampai sebuah mukjizat besar yang secara mencengangkan jauh melewati batas logika kita waktu Tuhan membelah laut Teberau sehingga mereka bisa berjalan melewati laut itu sementara Firaun dan tentaranya habis tersapu laut yang kembali menutup di saat mereka melintasinya. (Keluaran 14). Ini hanyalah beberapa bukti nyata penyertaan Tuhan yang saat itu mereka saksikan langsung dengan mata kepala sendiri. Artinya, meski tidak mudah untuk melewati padang gurun hingga puluhan tahun, tapi penyertaan Tuhan memberikan kemudahan disana sini bagi perjalanan mereka. Apakah bangsa Israel ini menjadi teguh imannya dan bisa percaya penuh kepada Tuhan?
Sayangnya tidak. Bukannya bersyukur, mereka terus keras kepala dan berulang-ulang menunjukkan sikap buruk baik lewat keluh kesah bahkan menyembah ilah lain. Ini bahkan terus terjadi hingga beberapa generasi selanjutnya.
Musa terus berulang kali mengingatkan mereka bahwa mereka seharusnya sadar bahwa mata mereka sendiri sebetulnya sudah menyaksikan segala perbuatan besar Tuhan. Lihatlah apa yang ia sampaikan. "Kamu tahu sekarang--kukatakan bukan kepada anak-anakmu, yang tidak mengenal dan tidak melihat hajaran TUHAN, Allahmu--kebesaran-Nya, tangan-Nya yang kuat dan lengan-Nya yang teracung, tanda-tanda dan perbuatan-perbuatan yang dilakukan-Nya di Mesir terhadap Firaun, raja Mesir, dan terhadap seluruh negerinya; juga apa yang dilakukan-Nya terhadap pasukan Mesir, dengan kuda-kudanya dan kereta-keretanya, yakni bagaimana Ia membuat air Laut Teberau meluap meliputi mereka, ketika mereka mengejar kamu, sehingga TUHAN membinasakan mereka untuk selamanya; dan apa yang dilakukan-Nya terhadapmu di padang gurun, sampai kamu tiba di tempat ini; pula apa yang dilakukan-Nya terhadap Datan dan Abiram, anak-anak Eliab, anak Ruben, yakni ketika tanah mengangakan mulutnya dan menelan mereka dengan seisi rumahnya, kemah-kemah dan segala yang mengikuti mereka, di tengah-tengah seluruh orang Israel." (Ulangan 11:2-6).
Seharusnya seluruh bangsa itu sadar, "Sebab matamu sendirilah yang telah melihat segala perbuatan besar yang dilakukan TUHAN." (ay 7). But no, mereka tetap fokus memandang masalah di depan mata sehingga mengabaikan apa saja yang Tuhan sudah lakukan untuk mereka.
(bersambung)
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...