Ayat bacaan: Nahum 1:3
=====================
"TUHAN itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya"
Punya anak balita itu harus panjang sabar. Anak saya perempuan, tapi energinya seperti laki-laki. Ia terus butuh perhatian dan tidak ada takutnya. Panjat sana, panjat sini, jatuh sana, jatuh sini. Apalagi di usia menjelang 4 tahun ia tengah mengeksplor banyak hal termasuk keinginannya. Terkadang susah dipanggil, susah diingatkan, dan kadang juga berbuat kesalahan di sana sini. Kalau ia melakukan hal baik seperti membereskan mainannya setelah berantakan saat bermain, saat ia makannya bagus, saat ia menurut, kami memberikan pujian. Kalau salah kami menegur, menasihati, mengingatkan, dan kalau bandelnya sudah keterlaluan apa boleh buat, terpaksa dihukum. Ia sudah kami kenalkan dengan sistem hukuman berdiri di satu sudut ruangan selama satu-dua menit kalau ia melakukan kesalahan, dan untunglah ia bisa menerima itu dengan baik dan belajar dari situ. Bentuk peringatan, nasihat, teguran bahkan hukuman yang proporsional bertujuan bukan untuk menyiksanya melainkan demi kebaikannya sendiri. Sebagai orang tua kami harus bisa bersikap tegas dalam mendisiplinkan, walau sebenarnya hati perih saat harus menghukumnya. It's for her own good, agar ia dari kecil sudah tahu mana yang baik dan buruk dari yang ia lakukan.
Bagi anak balita bandel itu memang sesuai umurnya. Mereka masih perlu diajari, dibimbing, dibina dan diasuh dengan baik agar kelak mereka bisa menjadi pribadi yang baik perilakunya. Tapi yang sudah tidak balita pun masih sering bandel. Masa muda dianggap banyak orang sebagai masa-masa kebebasan untuk mencoba hal-hal baru. Mumpung belum ada tanggungan, mumpung belum ada tuntutan, ya puas-puasin dulu. Begitu mungkin logika berpikirnya. Mencoba hal baru boleh saja, sepanjang hal baru itu bukan sesuatu yang melanggar ketetapan Tuhan dan kemudian merugikan orang lain dan membawa dampak buruk bahkan fatal baik bagi diri sendiri maupun keluarga. Karena saat kenakalan kemudian meningkat memasuki ranah kejahatan, maka bisa runyam urusannya.
Banyak di antara mereka berpikir bahwa nanti ada waktu untuk bertobat dan hidup benar, karena perjalanan hidup masih panjang. Jadi selagi muda, berpuas-puas lah dulu. Ini tentu pemikiran yang seharusnya dihindari, karena yang sering terjadi adalah, sekali kita masuk ke dalam dosa, kita akan terus terperosok semakin dalam dan sulit lepas. Kita akan diperangkap dan dijadikan tempat bermain yang menyenangkan bagi si jahat. Seorang teman yang masa lalunya buruk mengatakan bahwa ia sangat-sangat bersyukur karena ia masih diberi kesempatan untuk bertobat dan menjalani hidup baru bersama Tuhan. "Tuhan itu panjang sabarnya .. dan kasihNya yang luar biasa besar membuat saya diberi kesempatan untuk keluar dari masa lalu saya yang buruk." katanya. Saya pun sama. Dengan segala perilaku buruk di masa lalu, seharusnya tidak ada tempat bagi saya menerima kasih karunia Allah. Tapi Tuhan ternyata menjamah saya. Ia memberi kesempatan bagi saya untuk bertobat, menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat saya, dan hari ini saya memilih untuk berjalan bersamaNya dan terus berproses lebih baik dari hari ke hari. Saya berpikir, kalau saja Tuhan tidak sabar dengan kelakuan saya di masa lalu, jika Dia membiarkan saja saya dengan segala keburukan itu, jika Dia tidak mengasihi saya yang hidup dengan segala hal tidak baik, entah apa jadinya saya hari ini.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment