Ayat bacaan: Mazmur 119:71
==========================
"Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu."
Sebelum saya punya anak, saya banyak mengamati bagaimana reaksi anak terhadap orang tuanya. Kebanyakan dari anak-anak ini merasa orang tuanya baik saat mereka dibelikan sesuatu atau diijinkan main handphone, menonton televisi dan sebagainya, tapi merasa orang tuanya jahat kalau mereka dilarang melakukan sesuatu yang mereka suka, atau saat dihukum. Namanya anak-anak, mereka tidak akan mengerti bahwa saat orang tuanya melarang bukan karena jahat melainkan demi kebaikan mereka sendiri. Bukan berarti orang tuanya baik kalau melakukan sesuai keinginannya, dan jahat kalau tidak menurutinya.
Belajar dari pengamatan saya itu, saya pun menjembatani antara 'jahat' dan 'baik' nya orang tua di mata anak. Saya sejak kecil mengajarkan anak saya mengenai hal yang baik dan buruk, membatasinya menonton atau menggunakan gadget, wajib disertai dengan alasan. Kalau dihukum, ia pun harus tahu kenapa agar ia bisa menghadapi konsekuensinya karena ia sadar ia sudah melakukan kesalahan dan bukan karena orang tuanya jahat. Berhasilkah? Sangat. Di usia belum 3 tahun saja ia sudah tahu kenapa ia dibatasi menonton dan main handphone supaya matanya tidak rusak. Ia bertanya dulu boleh atau tidak kalau ia kepengen, dan tidak marah apalagi menangis kalau dibilang jangan sekarang.
Kalau anak-anak masih sulit mengerti tentang larangan, didikan, teguran maupun hukuman, itu wajar. Tapi ada banyak pula orang percaya yang sudah dewasa ternyata masih memandang Tuhan seperti itu. Di saat hidup baik, maka Tuhan baik. Di saat kita susah, maka itu artinya Tuhan sedang jahat atau memperlakukan kita tidak adil. Saat hidup aman, Tuhan baik, saat tertindas, Tuhan jahat. Paradima berpikir itu mengakibatkan kita bersungut-sungut, mengeluh, mudah menyalahkan Tuhan, ada yang mulai meragukan kebaikan Tuhan atau bahkan sudah meragukan eksistensi Tuhan. Tuhan itu pilih kasih, Tuhan itu tidak adil, dan berbagai "pendapat miring" mengenai Tuhan akan mudah terlontar dari banyak orang ketika mereka tengah terhimpit berbagai persoalan.
Apakah benar seperti itu? Apakah Tuhan sedemikian semena-mena, gemar menyiksa, senang membuat orang susah?
(bersambung)
No comments:
Post a Comment