Sunday, August 13, 2023

Time Management (2)

 (sambungan)

For me, that's inspiring. Saya yang sibuknya mungkin cuma sepersepuluh dirinya terkadang merasa malu kalau mengeluh kecapaian. Padahal, saya seringkali sudah merasa pontang panting mengurusi semua yang menjadi tugas saya, baik bekerja maupun membantu istri saya di rumah dan membagi waktu buat keluarga terutama putri saya yang sedang aktif-aktifnya. Apalagi, putri saya ini seperti cewek rasa cowok. Tenaga dan energinya sungguh luar biasa.

Dalam jumlah waktu yang sama yang diberikan kepada setiap orang yaitu 24 jam sehari, manajemen waktu menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Seperti teman saya itu, kita harus pintar mengatur waktu dan memanfaatkannya secara efektif dan efisien. Tidak membuang-buang waktu secara sia-sia, tapi menggunakannya dengan baik untuk segala sesuatu yang berguna, sesuai dengan tugas kita, sesuai dengan panggilan kita masing-masing.

Ironisnya, manajemen waktu adalah sesuatu yang sangat penting yang seringkali diabaikan. Banyak orang yang bermalas-malasan selagi masih ada waktu lalu kalang kabut ketika deadline atau batas waktu tiba. Mereka seolah bangga dengan sistim kebut semalam, padahal yang namanya kerja terburu-buru hasilnya tentu tidak akan bisa maksimal. Atau ada pula yang menebar janji ke mana-mana tanpa memperhitungkan aspek waktu dan kesanggupan, lalu janji itu pun menjadi lentur seperti karet, atau bahkan malah berantakan sama sekali.

Atau mungkin kita berpikir, ah, saya lagi malas atau tidak mood.. nanti saja saya kerjakan kalau sudah mood lagi. Lebih banyak bersantai, dan mempergunakan sisa waktunya untuk bekerja. Itu pun menjadi gaya hidup banyak orang.

Dulu disamping toko saya ada penjual ayam geprek. Setiap kali ia mendapat orderan partai besar, ia lalu menutup tokonya beberapa hari. Capek katanya, libur dulu. Nanti kalau kosong mengeluh, kalau ada rejeki lewat orderan besar ia jadi malas hingga berhari-hari. Ada juga penjual bakso tidak jauh dari rumah saya yang jualannya sama, 'byar-pet' alias tidak tentu. Suatu kali saya membaca pengumuman ditulis di kertas: 'setelah menjalankan komitmen, saya mau liburan dulu. Nanti buka lagi.' Bukanya belum juga setahun, artinya masih merintis. Dengan etos kerja seperti itu bagaimana bisa berharap maju? Sementara ada puluhan bahkan ratusan bisnis kuliner lainnya yang mungkin sudah puluhan tahun berjalan, bahkan ada yang sudah turun temurun, mereka tetap menjalankan komitmen tanpa henti.

(bersambung)

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...