Tuesday, October 31, 2023

Keep Calm (1)

 Ayat bacaan: Ratapan 3:26
================
"Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN."


Saat menginjak usia 3 tahunan, anak menjadi lebih rewel. Dari pengamatan saya, itu karena mereka sudah semakin mengerti dengan jelas apa keinginan mereka tapi masih butuh waktu untuk belajar bersabar hingga permintaan atau keinginan mereka dipenuhi.

Itulah yang sedang saya alami saat putri kami memasuki usia itu. Disaat saya dan istri sedang ngomong atau berdiskusi tentang sesuatu, ia pun ikutan ngomong karena ingin diperhatikan. Semakin kita tidak peduli, suaranya pun semakin kencang. Atau saat ia meminta sesuatu dan tidak ditanggapi, maka ia pun mulai pasang suara meminta berulang-ulang. Semakin tidak dituruti maka volume suaranya pun makin naik.

Namanya juga anak-anak, butuh waktu bagi mereka untuk bisa mengerti bahwa perilaku itu tidak baik, tapi saat papa dan mamanya lagi dipenuhi kesibukan, sikap seperti itu bisa terasa mengesalkan. Belum lagi kalau saya sedang butuh konsentrasi untuk melakukan sesuatu seperti menulis atau berhitung, wah konsentrasi saya bisa ambyar berkali-kali. Puji Tuhan, ia pintar untuk cepat mengerti, sehingga kerewelannya tidak berlangsung terlalu lama.

Itu bisa jadi gambaran saat berbagai bentuk masalah menerpa kita. Seringkali masalah datang bertubi-tubi, saling ingin mendahului bagaikan tidak mau kalah untuk membuat kita kerepotan, gelagapan dan kebingungan. Belum beres satu, sudah datang dua masalah baru. Bukankah masalah sering datang dengan cara seperti ini? Kita jadi bingung harus menyelesaikan yang mana dulu, mulai dari mana, bingung bagaimana bisa keluar dari tumpukan masalah ini, apalagi kalau masalah-masalah ini enggan meninggalkan kita. Kita bisa jadi panik menghadapi serangan masalah seperti ini. Berdoa meminta pertolongan Tuhan biasanya jadi solusi, tapi seringkali kita merasa seolah Tuhan sedang terlalu sibuk untuk mengurus kita sehingga kita merasa seolah tak dipedulikan atau ditanggapi. Disaat seperti itu, kita bisa tanpa sadar berperilaku seperti anak balita yang rewel dan berteriak saat keinginannya tidak mendapat perhatian.

(Bersambung)

Monday, October 30, 2023

Sleep Tight, Sweet Dream (8)

 (sambungan)

Sebuah pertanyaan sederhana, mana yang lebih besar: Tuhan atau masalah yang sedang dihadapi? Sesungguhnya kedamaian hati bukan terletak pada ada tidaknya masalah melainkan kemana kita arahkan pandangan kita. Kalau kita merasa masalah lebih besar dari Tuhan, tidak heran jika kita terus gelisah, resah dan takut sehingga tidak bisa beristirahat dengan cukup. Padahal, kita jelas butuh tenaga, energi dan pikiran yang sehat untuk bisa menyelesaikan masalah satu demi satu. Tidak ada solusi baik yang bisa kita pikirkan dengan keadaan otak dan mental yang lelah. Iman seperti yang dimiliki Daud bisa membuat kita sadar bahwa Tuhan akan selalu lebih besar dari masalah, dan Tuhan peduli pada setiap kesulitan yang tengah kita hadapi.

Ketika banyak tekanan membuat kita sulit tidur, ketika kita dihadapkan kepada situasi-situasi sulit yang seolah tidak punya penyelesaian atau jawaban, serahkanlah semua kepada Tuhan. Ada ribuan janji Tuhan yang tertulis jelas di dalam Alkitab yang seharusnya lebih dari cukup untuk membuat kita bisa tenang. Masalah ketenangan, ketentraman atau kedamaian ternyata bukan terletak pada ada tidaknya masalah, atau jumlah harta, empuk tidaknya kasur dan hal-hal duniawi lainnya, tetapi justru terletak pada sebesar apa iman kita sebenarnya akan Allah.

Apabila ada di antara teman-teman yang tengah mengalami banyak masalah atau beban pikiran hari ini dan karenanya menjadi sulit tidur, serahkanlah segalanya ke dalam tangan Tuhan. Di dalam Tuhan ada kelegaan, di dalam Tuhan ada jawaban, di dalam Tuhan ada pertolongan, dan tentu saja di dalam Tuhan ada keselamatan. Malam ini mari kita lepaskan semua beban pikiran yang ada. Datanglah kepadaNya dan rasakan kelembutan jamahan Tuhan yang mampu memberikan kelegaan sehingga anda akan bisa beristirahat dengan tenang. Alami tidur yang nyenyak dengan penyertaan Tuhan sepenuhnya atas diri anda. Sleep well, goodnight, sweet dream.

Sebab Tuhan menopang anda, tenangkan hati dan tidurlah dengan nyenyak

Sunday, October 29, 2023

Sleep Tight, Sweet Dream (7)

 (sambungan)

Kalau kita menyadari bahwa Tuhan yang menjanjikan ini memiliki kuasa jauh diatas apapun, itu seharusnya bisa membuat kita tetap tenang dalam menghadapi kesulitan apapun. Itu bisa kita dapatkan jika kita memiliki hati yang tetap teguh, artinya bukan hati yang gampang goyah, gampang panik, gampang terombang-ambing oleh cara-cara dunia menyikapi masa sulit, tapi sebentuk hati yang teguh bertumpu pada Tuhan. Hati yang percaya sepenuhnya dan selalu melekat dengan kepercayaan penuh oleh iman kepada Tuhan, tak peduli apapun keadaannya saat ini.

Orang dengan hati seperti itu akan dijaga oleh Tuhan dengan damai sejahtera, itu diberikan sebagai akibat dari sebuah bentuk kepercayaan yang utuh kepada Tuhan. Ayat ini pun saya pikir memberikan penegasan atau bahkan kunci bagaimana agar kita bisa tetap tenang di masa sulit.

Seperti yang sudah saya sampaikan di awal, jangan sampai segala kesukaran yang dialami dalam hidup membuat sukacita menghilang, dan membuat hubungan kita denganTuhan jadi merenggang. Justru sebaliknya, sebagai antidote atau antitesisnya, seharusnya hubungan kita justru harus diperkuat, dan sukacita tetap kita jaga untuk tetap ada dalam diri kita. Tendensi akan hilangnya sukacita menjadi sangat tinggi disaat sulit. Semakin kita tertekan oleh beban pikiran atau realita yang tidak kondusif dalam hidup, maka semakin tinggi pula potensi kehilangan sukacita. Dan semakin kita masuk ke dalam kekalutan, yang seringkali terjadi adalah semakin sulit pula kita untuk tetap tenang membangun hubungan dengan Tuhan.

Oleh karena itulah dalam masa-masa sulit kita seharusnya bisa belajar untuk menata diri agar hidup sesuai atau seturut keinginan Tuhan atas diri anak-anakNya. We are built tough, and we always have Him to walk our life with. Ini adalah sesuatu yang terus saya tekankan pada diri saya agar saya bisa tetap tegar menghadapi situasi yang sulit tanpa harus kehilangan sukacita.

Seperti yang saya sudah sampaikan kemarin, sukacita tidak boleh digantungkan pada keadaan yang tengah kita alami, tidak boleh dilekatkan kepada adanya masalah atau tidak, melainkan bersumber dari sikap hati kita yang berpegang teguh, percaya sepenuhnya pada Tuhan. Kita harus selalu menyadari bahwa diatas segalanya ada Tuhan bersama kita. Kalaupun solusinya belum ada saat ini, setidaknya kita harus sadar bahwa kita tidak akan pernah dibiarkan melaluinya sendirian, dan itu pasti bagi orang-orang yang selalu mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.

(bersambung)

Saturday, October 28, 2023

Sleep Tight, Sweet Dream (6)

 (sambungan)

Ditengah tekanan sedemikian besar, Daud bisa berkata seperti itu. Apa sebabnya? Apakah sebab banyaknya harta? statusnya sebagai raja? jumlah pengawal? Sama sekali tidak. Daud dengan jelas menyebutkan alasannya, yaitu: "sebab TUHAN menopang aku!". Imannya akan Allah membuatnya yakin bahwa Allah akan selalu melindunginya, dan karena itu ia tetap bisa tidur meski situasinya sedang sangat berat.

Di bagian lain, dalam Mazmur 4:1-8 kita menemukan seuntai doa yang indah dari Daud di malam hari. Bagian ini menunjukkan dengan jelas bagaimana yakinnya Daud akan penyertaan Tuhan dan pertolongannya. Disana kita bisa melihat bagaimana Daud menyadari betul bahwa Tuhan penuh kasih setia dalam menyertai kita, bahwa Tuhan punya kuasa yang lebih besar dari apapun yang ada di kolong langit ini. Dengan menyadari itu Daud tahu betul bahwa ia tidak perlu takut. Ia berkata: "Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman." (Mazmur 4:9) "In peace I will both lie down and sleep, for You, Lord, alone make me dwell in safety and confident trust."  

Dari beberapa kejadian ini, saya bisa melihat bahwa dalam situasi sulit Daud tetap bisa tidur dengan baik, dan itu bisa ia lakukan semata-mata karena iman yang bisa membuatnya begitu percaya kepada penyertaan dan perlindungan Tuhan.

Dalam kitab Yesaya ada ayat yang menegaskan penjagaan Tuhan. "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya." (Yesaya 26:3). Hati yang teguh dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan akan Dia jaga dengan damai sejahtera yang melimpah.

(bersambung)

Friday, October 27, 2023

Sleep Tight, Sweet Dream (5)

 (sambungan)

Benar, sebagai manusia biasa dia pun tentu pernah mengalami pergumulan-pergumulan dan rasa takut, tetapi ia tidak menyerah dalam perasaan seperti itu dan selalu berhasil untuk kembali mempercayakan hidup sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan. Ia mengalahkan rasa takut atau kuatirnya dan menggantikannya dengan kepercayaan yang didukung oleh imannya. Sama seperti Daud, dalam menghadapi situasi-situasi sulit atau berbagai bentuk pergumulan kita memerlukan iman, sebuah iman yang akan memerdekakan kita dari rasa takut, khawatir, cemas dan sebagainya, hal-hal yang bisa dengan mudah merebut sukacita dan kedamaian dari hidup kita dan membuat kita menjadi susah tidur.

Pada satu ketika Alkitab mencatat peristiwa Daud yang harus melarikan dari makar yang dilakukan anaknya sendiri, Absalom. Itu situasi yang pasti terasa menyakitkan sekaligus menakutkan. Masalah yang harus ia hadapi itu besar. Untuk menghindari hal buruk, Daud pun harus melarikan diri dari Yerusalem. Kisah ini bisa dibaca dalam 2 Samuel 15. Begitulah keadaan Daud saat ia menulis Mazmur 3 yang menjadi ayat bacaan kita kali ini. Dalam Mazmur 3 kita bisa baca bahwa Daud saat itu bukan saja harus mengalami rasa perih di hati akibat perilaku anaknya sendiri, tapi ia juga dimusuhi banyak orang (ay 2), bahkan dianggap tidak mendapat pertolongan Tuhan (ay 3).

Tapi lihatlah. Dalam kondisi seperti itupun Daud ternyata tetap mengandalkan Tuhan. Dengan imannya ia memandang Tuhan sebagai perisainya (ay 4), dan akan menjawab seruannya (ay 5). Itulah yang membuat Daud bisa tetap tegar dalam situasinya yang jauh dari kondusif.

Dan perhatikan ayat setelahnya. Dalam keadaan genting seperti itu, justru kata-kata indah dari Daud pun hadir.
"Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!" (Mazmur 3:6).

(bersambung)

Thursday, October 26, 2023

Sleep Tight, Sweet Dream (4)

 (sambungan)

Lihatlah salah satunya dalam Mazmur 34:1-22. Disana Daud menyatakan dengan jelas indahnya berada dalam perlindungan Tuhan. Lihat apa katanya: "Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya." (Mazmur 34:7). Ayat ini kemudian disusul dengan "Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka." (ay 8).

Ini baru satu contoh dari begitu banyak ungkapan tingginya tingkat kepercayaan Daud kepada Tuhan atas berbagai situasi sulit yang ia hadapi, dan semua itu tercatat jelas di dalam Alkitab.

Itulah sebabnya Daud dengan penuh keyakinan berkata: "Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!" (ay 9). Ingatlah bahwa ucapan ini disampaikan bukan oleh orang yang sepanjang hidupnya nyaman tanpa masalah, tetapi sebaliknya justru oleh orang yang menghadapi tumpukan banyak masalah sepanjang hidupnya.

Berulang-ulang Daud menyerukan tentang kebaikan Tuhan. Sepanjang kitab Mazmur kita bisa menemukan ratusan ayat yang menunjukkan iman Daud yang percaya sepenuhnya kepada Tuhan meski ketika ia sedang menghadapi masalah atau bahaya. Dalam kitab 2 Samuel pun kita bisa menemukan perkataan Daud yang tegas menunjukkan seperti apa kebaikan Tuhan itu menaungi hidupnya. "Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, juruselamatku; Engkau menyelamatkan aku dari kekerasan." (2 Samuel 22:3).

(bersambung)

Wednesday, October 25, 2023

Sleep Tight, Sweet Dream (3)

 (sambungan)

Ada banyak orang yang mengira bahwa uang atau harta merupakan solusi. Kalau banyak uang kan jadi nggak banyak masalah? Yang banyak masalah cuma orang susah saja. Dikira begitu, padahal itu tidaklah benar. Kasur-kasur mewah di iklan terlihat begitu empuk dan nyaman seperti menjamin siapapun yang tidur diatasnya bagai tidur di awan sambil tersenyum. Tapi pada kenyataannya tidaklah demikian. Nyatanya,  orang yang banyak uang pun punya kegelisahan mereka sendiri. Pemiliknya bisa gelisah takut dicuri, ditipu, atau hal lainnya yang akan menghilangkan uang mereka. Berarti kuncinya pun bukan disitu.

Semua mahluk hidup memerlukan tidur yang cukup agar tetap sehat. Disaat kita tidur, tubuh kita melakukan perbaikan terhadap berbagai kerusakan jaringan sel yang terjadi akibat berbagai aktivitas atau kegiatan kita sehari-hari, dan menjadi waktu dimana anggota tubuh kita pun mendapat waktu istirahatnya. Ketika tubuh kita sedang sakit, kitapun membutuhkan waktu lebih banyak lagi agar tubuh punya cukup waktu untuk mengganti sel-sel yang rusak agar kita bisa kembali pulih.

Tahukah teman-teman bahwa kebutuhan tidur bukan saja berhubungan dengan kelelahan secara fisik? Sebuah penelitian mengatakan bahwa orang yang banyak mempergunakan otak/pikiran dalam bekerja memerlukan tidur yang justru lebih lama dibanding orang yang bekerja mempergunakan tenaga. Secara umum para ahli kesehatan sepakat bahwa orang dewasa memerlukan sedikitnya sekitar tujuh jam sehari untuk tidur kalau mau sehat. Apa yang terjadi jika kita kurang tidur? Kita jadi mudah terserang penyakit. Antibodi menurun, tubuh kita akan terasa lemas, kita jadi sulit untuk konsentrasi, pada satu titik emosi menjadi labil, bahkan bisa membawa halusinasi apabila tubuh dibiarkan tidak tidur berhari-hari lamanya.

Bagi yang seperti saya suka sulit tidur karena faktor pikiran, ada baiknya kita belajar dari Daud. Daud adalah salah satu tokoh yang dikenal memiliki kedekatan yang sangat intim dengan Tuhan, dan kedekatannya itu sudah ia bangun semenjak masa kecilnya. Meski begitu, kehidupan Daud bukan sepenuhnya tanpa masalah. Kita tahu ia begitu banyak mengalami masalah atau situasi sulit, dimana banyak di antaranya merupakan masalah hidup dan mati. Kalau setengahnya saja kita alami mungkin sudah bisa membuat kita mati ketakutan. Menariknya, justru di saat-saat genting seperti itu Daud berulang kali menunjukkan penyerahan dirinya secara total dengan kepecayaan penuh kepada Tuhan.

(bersambung)

Tuesday, October 24, 2023

Sleep Tight, Sweet Dream (2)

 (sambungan)

Saya suka memandangi putri saya yang sedang tidur. Terkadang saya berpikir, betapa enaknya jadi anak-anak. Mereka belum terkontaminasi dengan realita kehidupan yang keras bahkan terkadang kejam, mereka belum harus berpikir mati-matian dan berjuang untuk bertahan hidup, jadi mereka pasti enak banget tidurnya.

Sometimes I wish I could go back to the time when I was about her age, terutama di saat saya merasa kecapaian menjalani hari per hari. Tapi saya pun sadar bahwa semua di kolong langit ini ada waktunya. Kalau waktunya untuk saya fight, maka saya harus fight. Kalau harus berjuang ya berjuang. Yang penting, seperti yang sudah saya sampaikan dalam renungan terdahulu, saya harus menjaga agar jangan sampai sukacita hilang dari diri saya dan jangan sampai segala tekanan hidup membuat saya menjauh dari Tuhan. Selebihnya, saya harus kuat dalam berjuang demi keluarga saya, dan mempertanggungjawabkan segala panggilan saya dengan sebaik mungkin di hadapan Tuhan.

Ada yang butuh waktu sangat lama untuk bisa tidur, ada yang menderita insomnia, dan itu tentu beresiko bagi kesehatan. Apa yang biasanya jadi penyebab adalah ketika permasalahan hidup hadir mengganggu pikiran. Tekanan hidup, tekanan kerja, kecemasan, gelisah, stres, ketakutan, kegelisahan akan sesuatu hal, atau bahkan kalau sudah terlalu lelah, semua itu bisa jadi penyebab orang menjadi sulit untuk memejamkan mata dan tidur dengan tenang. Padahal hidup yang sehat mengharuskan kita punya cukup waktu untuk istirahat. Dan ada banyak penyakit yang bisa muncul dari kurang tidur atau kurang istirahat, seperti tekanan darah tinggi misalnya.

Bahkan sekarang anak-anak kecil atau remaja pun sudah banyak yang mengalami hal ini. Di usia mudanya mereka sudah harus berkenalan dengan rasa was-was dan berbagai gangguan psikologis lainnya. Bisa karena besok  akan ulangan, deg-degan karena besok dapat giliran maju ke depan kelas untuk mempresentasikan tugasnya, atau besok guru yang dianggap galak akan mengajar di kelas, semua itu bisa membuat anak-anak kehilangan rasa tentram dan tenang sejak usia dini.

Disamping itu, banyak pula anak yang terganggu secara psikologis akibat berada dalam keluarga broken home. Situasi rumah tangga yang tidak kondusif dengan orang tua yang gemar berkelahi di depan anak-anaknya, orang tua yang berpisah atau bertikai juga menjadikan mereka mulai merasakan sulit tidur karena perasaan yang tidak tenang. Semakin dewasa, semakin banyak pula persoalan hidup, dan banyak orang semakin kehilangan ketentraman dalam hidupnya.

(bersambung)

Monday, October 23, 2023

Sleep Tight, Sweet Dream (1)

 Ayat bacaan: Mazmur 4:9
==================
"Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman."


Apakah anda tipe orang yang mudah tidur dan kalau tidur deep sleep alias nyenyak? Kalau ya, bersyukurlah karena faktanya ada banyak orang yang kesulitan tidur, meski mungkin bukan karena sedang banyak pikiran tapi memang dari sananya seperti itu.

Saya selalu iri melihat ayah saya kalau urusan tidur. Biar lagi banyak pikiran, biar lagi banyak masalah, dia tidak pernah kesulitan untuk itu. Kalau orang jaman sekarang bilang, beliau itu tipe woles atau santuy. Kapan dia punya sedikit waktu dia bisa ambil waktu tidur sebentar lalu kembali beraktifitas lagi. Ia mudah tidur, dan tidak pernah kesal kalau tidurnya terpecah-pecah. Nanti kalau sudah selesai, dia bisa rebahan lagi dan kembali tidur. Ya, semudah itu. Hebatnya lagi, body clock nya sangat pakem, karena ia terbiasa bangun jam setengah lima tanpa peduli apakah ia sudah cukup tidurnya atau belum, lalu ia berolah raga. Di usianya yang sudah 82 tahun, ia masih kuat lari tanpa henti sampai lebih dari 5 km. Kalau gowes alias naik sepeda, ia sanggup sampai 30 an km. Saya rasa, kemudahannya untuk mengistirahatkan badannya sebagai orang yang gampang tidur punya peran dalam hal ini.

Apakah ia sama sekali tidak pernah susah? Karena ia ayah saya, saya tahu pasti bahwa ia bukannya orang yang tidak pernah mengalami kesusahan. Ia orang biasa yang sama seperti saya, anda dan banyak orang lain yang juga akan mengalami masalah sekali waktu. Pernah suatu kali saya tanyakan bagaimana ia bisa tidak terganggu dengan segala kesulitan hidup dan bisa tetap tenang bahkan sangat mudah tidur. Kok bisa? Ia berkata: "yang namanya mengalami susah bukan hal baru, papa sudah berulang-ulang mengalami jadi biasa saja." Begitu jawabannya.

Jadi intinya, ia mengatakan bahwa sepanjang hidupnya ia sudah melalui banyak masa-masa sukar, dan ia masih tetap hidup hingga hari ini. Kalau dari dulu ia bisa melewatinya, ya kenapa sekarang tidak? Begitu cara pikirnya. Itu mungkin rahasianya kenapa ia bisa tetap bugar di usia lebih dari 80 tahun.

Sayangnya saya tidak mewarisi ketenangan ayah saya. Saya sepertinya mewarisi sifat dari ibu saya yang mudah cemas, dan kalau sudah ada yang mengganggu pikiran saya akan jadi sulit tidur.

Sementara ada teman saya yang suka mengalami anxiety attack di tengah tidur. Ia harus minum obat sebelum tidur supaya hal itu tidak terjadi. Itu masih lebih berat dibanding saya, yang mungkin tidak semudah ayah saya untuk tertidur, tapi kalau tidur saya masih bisa pulas meski tengah menghadapi masa sulit.

(bersambung)

Sunday, October 22, 2023

Kelegaan (6)

 (sambungan)

Firman Tuhan berkata: "Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta." (Amsal 15:15). Ayat ini menunjukkan bahwa buruk-baiknya hari ternyata bukanlah bergantung pada situasi, kondisi atau keadaan, tapi dari sikap hati kita. Seperti yang sudah saya bahas dalam renungan sebelumnya, sukacita jangan sampai tergantung dari kondisi hari per hari kita, apalagi digantungkan pada masalah, tetapi dari kemauan kita untuk sadar bahwa ada Tuhan bersama kita meski dalam keadaan paling berat sekalipun. Kita harus sadar bahwa kitalah yang memutuskan apakah kita mau terus bergelut dalam kesusahan atau mau memiliki sukacita dalam hati, terlepas dari apa yang tengah membebani kita.

The choice is up to us, whether we want to keep feeling joyful or surrender to respond the factual condition we're facing on. Ini adalah hal yang kita sering tidak kita sadari.

Tapi tunggu dulu. Bukankah masalah itu nyata, dan perasaan kita memang bisa terpengaruh tergantung dari situasi yang kita hadapi? Benar, tapi jangan lupa bahwa pertolongan Tuhan dan keinginanNya memberi kita kelegaan pun nyata. Masalah bisa saja masih ada, dan akan tetap ada, tapi bersama Tuhan kita seharusnya berada pada kelompok orang-orang yang tidak gampang goyah, orang-orang yang selalu menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada Tuhan. Yang pasti, Tuhan siap memberikan kelegaan agar anda bisa lebih kuat dalam menghadapi masalah hingga nanti bisa menyelesaikannya.

Adakah diantara anda yang saat ini butuh kelegaan? Datanglah pada Yesus, Dia siap meringankan, melegakan dan menyegarkan kembali jiwa anda.

Don't tell God you have big problem, tell your problem you have a big God


Saturday, October 21, 2023

Kelegaan (5)

 (sambungan)

Berbicara mengenai Tuhan memberi kelegaan, hal ini disampaikan langsung oleh Yesus sendiri. "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28).

Dalam bahasa Inggris versi Amplified dikatakan "Come to Me, all you who labor and are heavy-laden and overburdened, and I will cause you to rest. [I will ease and relieve and refresh your souls.]" Versi bahasa Inggris Amplified ini bagi saya memberikan pemahaman mendalam akan sebuah kata 'kelegaan'.

Jesus will give a kind of rest that can:
- ease (meringankan)
- relieve (melegakan)
- refresh (menyegarkan) jiwa kita.

Ease, relieve, refresh our soul. Meringankan, melegakan dan menyegarkan jiwa kita. Don't we need that during the difficult times? Bukankah kita sangat butuh itu saat berada dalam keadaan sulit?

Tuhan selalu siap menyertai kita, dan selalu siap pula memberi kelegaan bahkan melepaskan kita dari belenggu masalah. Mungkin jawaban tidak langsung ada, mungkin solusi tidak langsung datang. Tetapi jika kita memiliki iman yang teguh kita akan tahu bahwa menaruh harapan pada Tuhan tidak akan pernah berakhir sia-sia. Menaruh pengharapan penuh di dalam Tuhan akan membuat kita tidak mudah goyah meski angin sedang kencang menerpa, dan dengan demikian kita tidak harus kehilangan sukacita walau sedang berada dalam keadaan yang tidak baik. Kegembiraan akan membuat banyak hal positif hadir dalam kehidupan kita. Sebaliknya hati yang selalu susah akan membuat segalanya tampak buruk.

(bersambung)

Friday, October 20, 2023

Kelegaan (4)

 (sambungan)

Saya akan beri satu contoh lagi dari pengalaman teman saya lainnya. Ia sempat dipenjara sekian bulan karena dituduh rekan bisnisnya melakukan apa yang sebenarnya tidak ia lakukan. Tidak ada bukti, semua pembelaan tidak dianggap oleh hakim, dan sebagai akibatnya ia harus rela mendekam di penjara.

Awalnya ia merasa sangat kecewa pada Tuhan yang membiarkan semua itu terjadi. Dipenjara itu tidak enak. Ia punya suami dan anak yang sebenarnya harus ia urus sebagai ibu rumah tangga. Apalagi salah satu anaknya memerlukan penanganan khusus. Tapi ia tidak mau berlama-lama dalam perasaan itu.

Suatu malam ia berdoa. Ia mengatakan bahwa ia mungkin belum tahu apa maksud dan rencana Tuhan menempatkannya disana, kenapa ia dibiarkan mendapat perlakuan tidak adil, tapi ia mau taat dan mempercayakan pada Tuhan. Sejak saat itu Tuhan ternyata memberinya kelegaan. Ia bisa menerima keadaan, ia mengampuni rekan bisnisnya dan ia mulai memberkati teman-teman narapidana.

Ia sudah lama keluar dari penjara, tapi sampai hari ini ia masih aktif melayani disana setiap minggu. Lihatlah bagaimana iman bekerja, dan lihatlah bagaimana sebuah kelegaan dari Tuhan ternyata mampu membuka mata kita akan rencana Tuhan saat kita tengah berada dalam situasi yang buruk. Membuat kita tetap bisa berbuah walaupun dalam keadaan sulit. Membuat kita tetap dipenuhi sukacita biarpun kondisi tidak berpihak pada kita. Bahkan bisa membuat kita mampu melepaskan pengampunan setelah mengalami ketidakadilan seperti itu.

(bersambung)

Thursday, October 19, 2023

Kelegaan (3)

 (sambungan)

Bagai batu-batu yang terus ditambah, digantungkan atau dikalungkan ke dalam hati kita sehingga berat benar rasanya. Yang lebih parah kalau itu membuat kita dicekam kekuatiran, merasa cemas dan takut. Kesehatan kita pun bisa jadi taruhannya. Seringkali kita sudah tahu bahwa itu tidak ada gunanya bahkan memperburuk keadaan, tapi tetap saja saat mengalami perasaan yang berkecamuk di hati seperti badai yang mengganggu hidup, kita seringkali tidak kuasa melawannya.

Maka jelas, kita butuh kelegaan. Kelegaan agar bisa berpikir jernih, agar tidak terus menerus berendam dalam perasaan-perasaan negatif dan mulai kembali positif, agar bisa lebih ringan dalam mengambil langkah atau keputusan. Seperti yang saya katakan tadi, keadaan mungkin tidak serta merta pulih, mungkin masalah tersebut tidak segera selesai saat ini juga, tapi setidaknya keringanan atau kelegaan hati akan membuat kita bisa mengarah kepada situasi-situasi yang lebih baik. Setidaknya tidak menambah masalah baru lagi dalam diri kita.

Menjadi sangat menarik kalau mencermati bahwa Tuhan ternyata paham akan hal itu. Tuhan memang menjanjikan banyak pertolongan. Mukjizat dan kuasaNya lebih dari cukup untuk melepaskan kita dari masalah seberat apapun. Itu sudah disebutkan dalam banyak kesempatan sepanjang isi Alkitab. Tapi saat atau kalau kita masih harus berhadapan dengan semua itu, Tuhan juga menjanjikan sebuah kelegaan. Kelegaan yang bisa meringankan kita.

Bayangkan jika anda sedang harus memikul banyak beban berat sendirian, tapi kemudian anda tahu ada orang yang mau membantu anda, mengangkat sebagian dari beban itu sehingga anda bisa lebih ringan, bukankah itu sangat melegakan? Seperti yang saya sebut di awal, seringkali kita hanya butuh berbagi beban dan bukan mencari jawaban untuk saat ini. Masalah mungkin belum akan selesai, tapi setidaknya kita merasa lega dan lebih ringan dalam menghadadpinya. Tuhan ternyata menyediakan itu buat kita.

Saya akan beri satu contoh lagi dari pengalaman teman saya lainnya.

(bersambung)

Wednesday, October 18, 2023

Kelegaan (2)

 (sambungan)

Sejak saat itu saya pun belajar bahwa terkadang kita tidak perlu terlalu jauh mencoba memberikan solusi kalau kita tidak terlalu menguasai permasalahan seseorang. Ada kalanya mereka cuma butuh didengarkan, dibiarkan menumpahkan isi hatinya supaya terasa lapang. Masalah itu bisa seperti tumpukan barang yang semakin banyak akan semakin membuat hati kita sesak kepenuhan. Maka, kalau sudah begitu, mengurangi beban muatan menjadi sesuatu yang diperlukan dan bisa jadi akan sangat membantu.

Mungkin tidak memberi solusi, tapi setidaknya dengan hati atau perasaan yang lebih lapang, kita bisa lebih jernih untuk berpikir lalu mencari penyelesaiannya. Membersihkan kabut di pikiran kita supaya bisa berpikir jernih, dengan menumpahkan sebagian dari hal-hal yang berkecamuk disana menghimpit hati dan benak kita.

Sometimes the only thing we need is a shoulder to cry on, people to talk to, not searching for an answer, not looking for an instant help, but just letting out some of the burden inside our hearts.

Satu persatu masalah datang ke dalam hidup kita, mempengaruhi perasaan kita. Semakin berat masalahnya, semakin banyak yang harus dihadapi, perasaan-perasaan itu pun akan semakin membebani hati kita. Itu bisa membuat kita tidak bersemangat, mematikan kreativitas dan membuat mood kita jelek. Akibatnya kita tidak lagi produktif dan jadi malas berbuat apa-apa.

(bersambung)

Tuesday, October 17, 2023

Kelegaan (1)

 Ayat bacaan: Matius 11:28
====================
"Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."


Beberapa hari lalu saya mendapati adanya coretan spidol di atas karpet di ruang tamu. Tersangka utamanya jelas putri saya yang sedang gemar-gemarnya coret menyoret. Ketika saya tanya, ia menjawab bahwa yang melakukan itu bukan dia melainkan salah seorang teman mainnya. Ya sudah, selama ini ia tidak belum pernah bohong, jadi saya percaya saja.

Nah, setelah ia mengatakan itu, ia terlihat mendadak jadi pendiam. Terlihat seperti ada beban yang membuatnya berubah dari hiperaktif menjadi duduk diam termenung seperti itu. Saya kemudian duduk didekatnya dan bertanya kenapa dia mendadak diam seperti itu. Ia kemudian menarik napas dan berkata, "pa, sebenarnya yang mencoret karpet itu saya... tapi saya takut dihukum." Saya lalu memeluknya dan berkata bahwa ia tidak boleh bohong. Apapun konsekuensinya, dia harus selalu berani untuk berkata jujur. Lalu saya mengatakan bahwa untuk kali ini saya memaafkannya. Tidak dihukum, tapi harus janji jangan mengulangi lagi. Wajahnya pun berubah langsung menjadi ceria lagi. Lucunya, ia nyeletuk: "Sekarang saya lega pa..." Lega, karena ia tidak dihukum, juga lega karena ia tidak harus menyimpan kebohongan dan merasa didera perasaan bersalah. Lega, seolah ada beban berat yang kemudian lepas dari pundaknya sehingga ia merasa ringan dan plong kembali.

Hal ini mengingatkan saya pada saat seorang teman ada yang curhat tentang keadaan rumah tangganya pada suatu kali. Masalahnya termasuk cukup pelik karena melibatkan orang-orang diluar keluarga inti, sehingga saya sempat tidak tahu harus menjawab apa. Daripada saya asal jawab, saya memilih untuk lebih banyak diam tapi serius mendengarkan curhatnya. Saya hanya sesekali merespon untuk menguatkan dan menenangkannya.

Waktu itu dalam hati saya merasa kurang maksimal dalam memberi solusi. Tapi di akhir curhatannya, ia berkata bahwa ia merasa lega. Ia mengaku sudah curhat dengan beberapa teman lain, tapi mereka justru lebih banyak ngomong ketimbang mendengarkan. Malah ada yang menyalahkannya, the last thing he would expect during that time. Dan menurutnya, ia sadar ternyata apa yang paling ia butuhkan bukanlah wejangan, nasihat apalagi didakwa, tapi kelegaan. Saat ia menumpahkan isi hatinya ia merasa lega, hati terasa lebih lapang, tidak sesak seperti sebelumnya. Dan itu justru ia dapatkan dari saya yang lebih banyak diam menyimak apa yang ia katakan.

(bersambung)

Monday, October 16, 2023

Joy Stealers (7)

 (sambungan)

Apa yang dilakukan iblis bukan hanya mencuri, tapi iblis pun siap membunuh dan membinasakan kita. Membunuh karakter kita, menggagalkan kita dari keselamatan dan menjerumuskan kita ke dalam kebinasaan. Salah satu caranya mencuri biasanya dengan menjadikan kita sebagai tertuduh. Menggunakan kesalahan kita di masa lalu untuk mendakwa kita agar kita tidak bisa maju.

Karena itulah membereskan hal-hal yang masih mengganjal di masa lalu menjadi penting. Jika kita membereskan semua kesalahan kita, mengakuinya di hadapan Tuhan dan membereskan dengan orang-orang yang berkaitan dengan itu, memberikan pengampunan bagi mereka yang pernah menyakiti kita, iblis tidak akan bisa mendakwa kita, ia tidak akan bisa lagi memperdaya kita.. Kita bisa membangun kembali hubungan kita dengan Tuhan, dan dengan demikian sukacita daripadaNya tidak akan tersumbat melainkan bisa mengalir lancar ke dalam hati kita.

Jangan dasarkan sukacita kita kepada orang atau situasi terkini yang kita hadapi, tetapi dasarkanlah kepada Tuhan. Pandanglah Tuhan dan bukan masalah atau orang-orang yang bermasalah. Itulah sumber sukacita yang sebenarnya, yang sejati. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersukacita, karena semua itu berasal dari Tuhan dan itu letaknya sangat jauh di atas segala permasalahan atau orang-orang yang mengecewakan kita. Begitu banyak orang yang keliru meletakkan sukacitanya hingga Firman Tuhan pun mengingatkan hingga berulang dalam ayat yang sama. "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Lalu dalam kesempatan lain: "Bersukacitalah senantiasa." (1 Tesalonika 5:16).

Percayalah bahwa kita punya Tuhan yang jauh lebih besar dari semua masalah. Tuhan yang penuh kasih telah memberikan kita sukacita sejati terlepas dari apapun keadaan kita hari ini dan siapapun yang kita hadapi saat ini. Oleh karenanya, jangan biarkan sukacita kita dirampas. Don't let fear, stress, worry, our mistakes in the past and whatever problems to steal our joy. Let's set our mind towards the real joy from the real Source. "Bersukacitalah senantiasa.Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1 Tesalonika 5:16-18).

Jika anda ingin sukacita sejati yang tidak terguncang oleh apapun, dasarkanlah pada sumber yang benar. Now, let's rejoice!

True joy isn't found in circumstances but in God

Sunday, October 15, 2023

Joy Stealers (6)

 (sambungan)

Seringkali perasaan tertuduh dan bersalah membuat kita ragu untuk mendekati Tuhan, dan akibatnya kita tidak lagi merasakan sebentuk sukacita yang berasal dariNya. Iblis sangat senang memperdaya kita dengan terus menuduh kita atas segala kesalahan di masa lalu. Bisa begitu intensnya tuduhan itu hingga kita lupa bahwa Tuhan sebenarnya sudah mengampuni kita ketika kita bertobat.

Yesus sudah mengingatkan kita: "Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan." (Yohanes 10:10).

Iblis akan selalu siap, dan juga sigap, mencuri apa yang kita miliki dan bagian kita yang dijanjikan Tuhan. Ia akan melakukannya dengan segala cara, lewat apa saja yang bisa menjadi pintu masuknya. Biasanya itu akan berasal atau berawal dari kelemahan-kelemahan kita. Termasuk, masa lalu kita yang belum kita bereskan.

Masa lalu saya boleh dibilang buruk. Berbagai dosa sudah pernah saya lakukan, mungkin tinggal menghilangkan nyawa orang lain dan obat-obatan terlarang saja yang belum. Karena ituah saat saya mengalami perjumpaan dengan Yesus lantas bertobat, yang saya lakukan pertama kali yang sebenarnya secara naluri (karena saya belum mengetahui apa-apa tentang Firman Tuhan pada waktu itu) adalah sesegera mungkin membereskan kesalahan-kesalahan saya di waktu lalu. Saya mendatangi mereka yang pernah sakit hati pada saya dan minta maaf, lalu sesegera mungkin juga dibaptis. Meninggalkan manusia lama dan menjadi manusia baru.

Kenapa saya melakukan itu? Pemikiran saya sederhana saja: saya mau membuka lembaran baru dengan fresh, tanpa membawa segala yang lama di masa lalu. Sesimpel itu pikiran saya. Dan hari ini, saya bersyukur naluri dan logika saya pada waktu itu mengarah kesana, dan saya juga percaya bahwa Roh Kudus pada waktu itu menuntun saya untuk melakukan step-step awal agar saya bisa memulai dengan baik dan benar.


(bersambung)

Saturday, October 14, 2023

Joy Stealers (5)

 (sambungan)

Lantas,  kita pun tidak akan bisa menghindari persinggungan dengan orang lain. Akan ada saja dimana kita mau tidak mau harus bertemu dengan orang-orang bertipe nyolot, mengesalkan dan menyebalkan. Baik di kantor, di pekerjaan, di lingkungan tempat tinggal, atau dalam perkumpulan, persekutuan, komunitas, dan sebagainya, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Dengan dunia yang lebih dari satu, potensi kehilangan sukacita kita pun berlipat ganda.

Mau tidak mau, suka tidak suka, rela tidak rela, kita harus selalu siap dengan masalah atau gangguan yang bisa datang sewaktu-waktu. Masalah bisa atau boleh saja hadir, orang-orang yang sulit ini bisa kapan saja hadir di depan hidung kita, tapi sukacita tidak boleh hilang karenanya. Mengapa? Karena sukacita sesungguhnya berasal dari Tuhan, bukan dari orang atau situasi di sekeliling kita.

Selain yang disebutkan Swindoll, satu hal lagi yang juga pantas menjadi perhatian kita adalah membereskan segala kesalahan dan masalah kita di masa lalu. Ini pun merupakan faktor yang saya anggap sangat penting, karena sesungguhnya hidup dengan hati yang tertuduh pun bisa merampas sukacita dari diri kita.

Lihatlah ayat berikut ini: "Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah" (1 Yohanes 3:21).

(bersambung)

Friday, October 13, 2023

Joy Stealers (4)

 (sambungan)

Tapi dengarlah. Tuhan tidak akan pernah mengecewakan kita. Selain yang dikatakan Paulus, Pemazmur juga berseru: "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2). Tidak hanya dikatakan sebagai tempat perlindungan dan kekuatan dan penolong dalam kesesakan, tapi juga sangat terbukti.

Seperti yang sudah saya sampaikan dalam renungan sebelum ini, sebuah sukacita yang sejati itu sesungguhnya berasal dari Tuhan. Bukan dari manusia, bukan pula tergantung dari situasi, kondisi atau keadaan yang tengah kita alami. Artinya, kita tidak harus menggantungkan kebahagiaan dan kegembiraan dalam hidup kita kepada manusia lain di sekeliling kita, atau pada keadaan kita saat ini, melainkan menggantungkannya kepada Tuhan, Allah kita yang tidak akan pernah mengecewakan anak-anakNya. Dalam renungan sebelumnya saya sudah menyampaikan apa kuncinya yang membuat Daud bisa tetap bersukacita meski berbagai kondisi yang tidak kondusif tengah menderanya. Dan kunci itu adalah : "Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak.." (Mazmur 16:8-9a).

Masih dari kitab yang sama dikatakan: "Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya." (Mazmur 33:21). Dari sini kita bisa melihat bahwa hati kita bersukacita bukan tergantung dari orang lain atau situasi yang kita hadapi, tapi tergantung dari sejauh mana kita percaya pada Tuhan dan mempercayakanNya sebagai sumber sukacita kita yang sejati. Kita tidak akan pernah bisa menghindari masalah selamanya, karena terkadang sebaik-baiknya kita melangkah, ada saja faktor-faktor eksternal yang bisa membawa kita masuk ke dalam pusaran kesukaran seperti kondisi yang terjadi saat ini misalnya, dimana seluruh dunia tengah mengalami masa krisis.

(bersambung)

Thursday, October 12, 2023

Joy Stealers (3)

 (sambungan)

Lantas apa yang harus kita lakukan untuk mengalahkan atau menundukkan ketiga hal ini? Swindoll menganjurkan kita untuk mengimani keyakinan Paulus akan penyertaan Tuhan seperti yang disebukan dalam kitab Filipi.

Bunyi ayatnya adalah sebagai berikut: "Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus. " (Filipi 1:6).

Kalau kita tahu sepenuhnya seperti Paulus, bahwa Tuhan yang sudah memulai sesuatu yang baik bagi kita akan meneruskan sampai pada akhirnya, kita seharusnya tidak perlu kehilangan sukacita.

Kita hari ini hidup di dunia yang sedang dalam keadaan sulit. Sudah sulit, kita bertemu dengan orang-orang yang siap membuat kita kehilangan kesabaran dan membuat situasi yang sudah buruk bertambah parah. Bukankah itu kita temui hampir setiap saat? Dan kita pun terbatas daya tahan dan sabarnya. Kalau kita terus berpusat pada hal-hal seperti ini, rasa cemas, stres dan takut akan dengan mudah merampas sukacita dari diri kita.

Manusia bisa mengecewakan, orang terdekat kita sekalipun pada suatu waktu bisa menyinggung perasaan kita lalu membuat kita terluka, merasa tidak dipeduli, dikhianati dan sebagainya. Apa yang terjadi di depan bisa begitu tidak pasti sehingga membuat kita kuatir. Berbagai bahaya, perbuatan-perbuatan jahat dan rasa sakit bisa setiap saat membuat kita takut.

(bersambung)

Wednesday, October 11, 2023

Joy Stealers (2)

 (sambungan)

Kenapa sukacita itu bisa hilang? Kalau dikatakan hilang, berarti bisa jadi ada pencurinya dong?

Nah, pembahasannya jadi menarik karena seorang penulis bernama Charles Swindoll pernah mengangkat tema ini dalam bukunya.

Dalam buku itu Charles Swindoll menyebutkan bahwa ada tiga hal yang paling sering menjadi terdakwa sebagai pencuri sukacita, yaitu: worry, stress and fear.  Cemas, stres dan takut.

Charles mendefinisikan worry atau cemas sebagai "an inordinate anxiety about something that may or may not occur", yang kalau diterjemahkan menjadi kecemasan berlebihan terhadap sesuatu yang mungkin bisa atau mungkin tidak terjadi.

Lalu Stress is "intense strain over a situation we can't change or control" alias ketegangan yang intens terhadap sebuah situasi yang tidak bisa kita ubah atau kendalikan.

Dan terakhir Fear: "a dreadful uneasiness over danger, evil or pain", yaitu sebuah rasa gentar yang sangat tidak nyaman terhadap bahaya, perbuatan keji dan rasa sakit.

Menurut Swindoll, ketiga hal inilah yang seringkali menjadi terdakwa pencuri sukacita atau joy stealers.

Lantas apa yang harus kita lakukan untuk mengalahkan atau menundukkan ketiga hal ini?

(bersambung)

Tuesday, October 10, 2023

Joy Stealers (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 10:10
======================
"Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."


Pernahkah anda kesal karena baterai smartphone anda yang sudah sampai masa pensiunnya? Saya baru saja mengalaminya. Mula-mula baterainya melemah, sehingga cepat sekali ngedrop, dan setelah dibiarkan, lama-lama baterai ini semakin parah baik kondisinya maupun bikin kesalnya. Handphone saya jadi suka restart sendiri, yang semakin lama frekuensinya makin sering. Awalnya itu terjadi kalau sedang tidak terkoneksi kepada kabel charging, belakangan sedang dicharge pun dia bolak balik restart. Karena masih belum ada dana untuk mengganti baterai yang lumayan mahal harganya, saya pun bertahan saja. Eh, semakin dibiarkan semakin menjadi. Kalau tadinya saat dia restart baterainya tetap ada di bar atas, sekarang begitu nyala lagi baterainya tinggal 1%. Dan, menyusul si baterai mulai menggembung. Nah kalau sudah pada kondisi ini, mau tidak mau saya harus segera mengganti baterai. Karena kalau dibiarkan, baterai yang menggembung itu bisa menyebabkan munculnya masalah-masalah lain yang lebih mahal seperti touch screen dan IC.

Saat saya menunggu proses penggantian baterai di gerai handphone, saya pun kepikiran bahwa seringkali sukacita kita bisa seperti baterai ini. Dari full joy, bisa ngedrop dengan datangnya gangguan dalam hidup kita. Lagi senang-senang, tiba-tiba muncul masalah yang kemudian membuat sukacita kita draining mendadak. Pernah kan mengalami hal itu?

Lucunya, seperti baterai ini, level kecepatan kita kehilangan sukacita pun mirip. Mungkin di awal-awal sukacita kita tidak terlalu cepat hilang, suasana hati kita mungkin sedikit berubah dari happy menjadi kesal tapi tidak parah-parah amat alias tidak terlalu drastis. Tapi kalau dibiarkan, ngedropnya akan menjadi terus semakin cepat. Dan untuk mengembalikan sukacita itu seringkali butuh waktu yang terus bertambah semakin lama. Sudah naiknya lama, ngedropnya cepat.

Saya pun pernah mengalami itu, dan bisa saja mengalami hal itu lagi kelak. Apalagi dengan tekanan hidup seperti sekarang, potensi untuk kehilangan sukacita dan menjadi cepat kesal menjadi sesuatu yang benar-benar harus saya perhatikan lebih dari sebelumnya. Terutama karena saya bertipe ekspresif. Jangan sampai manusia lama saya yang bagai 'petasan cabe' kembali lagi, dan membuat istri dan anak saya jadi tidak nyaman berada di dekat saya. Agar itu jangan sampai kembali lagi, hanya satu hal yang harus saya pastikan. Dan itu adalah jangan sampai saya kehilangan sukacita.

Kenapa sukacita itu bisa hilang? Kalau dikatakan hilang, berarti bisa jadi ada pencurinya dong?


(bersambung)

Monday, October 9, 2023

Sukacita (5)

 (sambungan)


Jika pertolongan Tuhan tetap belum hadir saat ini, janganlah pernah ragu, karena "Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian." (2 Petrus 3:9). Imanlah yang memampukan kita untuk bisa melihat itu. Iman lah yang menjadi bukti akan hal itu, sehingga kita tidak perlu khawatir dan bisa terus memiliki sukacita sejati yang berasal dari Allah dalam menjalani hidup ini.

Bagi anda yang moodnya lagi down bukan karena ada masalah besar, berhentikan segera perasaan itu. Semakin anda biarkan, semakin berlarut-larut pula anjloknya mood itu. Semakin lama dibiarkan, semakin berat pula untuk kembali naik. Kalau kuatir akan hal yang masih belum terjadi, hentikan segera juga. Sebab Firman Tuhan pun sudah berkata: "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27). Gantikan pandangan anda dari situasi dan kondisi sulit, dan arahkan kepada Tuhan. Yakinlah bahwa Dia tidak pernah meninggalkan anda. Dia berdiri tepat di sebelah anda dan siap untuk berjalan bersama anda. Sadari bahwa sukacita sejati berasal dari Tuhan dan tidak pernah tergantung dari kondisi yang kita alami saat ini.

Mari kita baca sekali lagi bagaimana Daud tetap bisa bersukacita bahkan bersorak-sorak meski tengah berada dalam kesulitan sekalipun. "Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak.." (Mazmur 16:8-9a). Itulah kunci untuk memperoleh sukacita sejati yang tidak tergantung dari keadaan. Itulah rahasia agar jiwa kita bisa tetap bersorak-sorak walaupun situasi dan kondisi sedang jauh dari kondusif. Daud mengetahui kuncinya dan ia sudah membagikannya kepada kita. Mari kita tanamkan ayat ini dalam-dalam sehingga kita tetap bisa berdiri tegak dengan sukacita tanpa terpengaruh apapun yang  terjadi hari  ini.

Sukacita sejati tidak tergantung dari kondisi melainkan bersumber dari Tuhan


Sunday, October 8, 2023

Sukacita (4)

 (sambungan)


Apakah ada diantara teman-teman yang sedang sulit tersenyum dan tidak merasa bahagia hari ini? Apa yang dilakukan Daud akan sangat baik untuk direnungkan. Sadarilah bahwa beban kehidupan akan selalu datang silih berganti. Tetapi kabar baiknya adalah, Tuhan mengerti kesulitan kita. Dia mendengar segala teriakan, rintihan dan keluh kesah kita dan sangat peduli terhadap itu semua.

Yesus bersabda: "Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Bukankah seringkali yang kita butuhkan itu adalah kelegaan, sebuah perasaan yang akan membuat kita bisa tetap kuat berjuang menghadapi ujian-ujian kehidupan? Bukankah kelegaan akan membantu kita agar tetap tegar dalam menghadapi situasi-situasi sulit?

Tuhan selalu siap menyertai kita, dan selalu siap pula memberi kelegaan bahkan melepaskan kita dari belenggu masalah. Mungkin jawaban tidak langsung hadir sesuai keinginan kita, mungkin kita tidak langsung lepas pada saat ini juga, tetapi jika kita memiliki iman yang teguh kita akan tahu bahwa menaruh harapan pada Tuhan tidak akan pernah berakhir sia-sia.

Menaruh pengharapan penuh di dalam Tuhan akan membuat kita tidak mudah goyah meski dalam badai, dan dengan demikian kita tidak harus kehilangan sukacita walau sedang berada dalam keadaan yang tidak baik. Kegembiraan akan membuat banyak hal positif hadir dalam kehidupan kita, sebaliknya hati yang selalu susah akan membuat segalanya tampak buruk. "Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta." (Amsal 15:15).

Diperlukan iman untuk membuat tetap sadar akan keberadaan Tuhan di dekat kita meski masih berada ditengah masalah. Dengan kacamata iman kita tahu bahwa tangan Tuhan akan selalu siap mengangkat kita keluar tepat pada waktunya. Dengan kacamata iman kita tahu bahwa janji Tuhan cepat atau lambat akan digenapi. Dengan kacamata iman kita akan tahu bahwa Tuhan tidak akan pernah lalai dan akan selalu menepati janji tepat pada waktunya. Hari ini mungkin belum, tetapi iman akan memungkinkan kita untuk percaya sepenuhnya akan itu, sebab firman Tuhan jelas berkata bahwa "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1).

(bersambung)

Saturday, October 7, 2023

Sukacita (3)

 (sambungan)


Daud adalah seorang raja. Tapi status raja terbukti tidak serta merta membuat hidupnya aman dan tenang seratus persen. Disamping berkuasa sebagai raja, Daud adalah manusia yang sama seperti kita. Berulang kali Daud mengalami masa-masa sulit bahkan tidak jarang sampai-sampai nyawanya terancam. Daud bisa dengan mudah menyalahkan Tuhan jika ia keliru dalam memandang hubungan antara kedekatan dengan Tuhan dan bagaimana hidupnya berjalan saat berhadapan dengan situasi-situasi sulit.

Tetapi Daud tidaklah berpikir demikian. Lihatlah apa yang ia katakan. "Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak" (Mazmur 16:8-9).

Daud mengerti benar bahwa sukacita dan sorak-sorai bukanlah bergantung dari berat-ringannya situasi yang sedang ia hadapi. Namun ia percaya bahwa dengan memandang kepada Tuhan, menyadari kehadiran Tuhan yang selalu berjalan di sebelahnya dengan setia akan membuatnya mampu untuk terus berdiri tegak meski situasi sama sekali sedang tidak baik.

Bagi Daud, kehadiran Tuhan bersamanya merupakan kunci utama yang membuatnya mampu terus hidup dengan penuh sukacita. Ia menjaga hatinya dan memastikan hati maupun jiwanya untuk menolak memandang kepada masalah tapi mengarahkan pandangannya kepada Tuhan. Saat ia memandang kepada Tuhan, ia mendapati bahwa Tuhan berdiri di sebelah kanannya. Menopangnya. Karena itu ia tahu bahwa ia tidak akan goyah. Lantas ia bisa merasakan bahwa hatinya tetap bisa bersukacita, bahkan jiwanya ia katakan bersorak-sorak.

Daud tahu kalau Tuhan ada di sampingnya, tidak ada yang perlu ia takutkan. Bersama Tuhan ada perlindungan, solusi, pertolongan bahkan kemenangan. Kalau begitu bersama Tuhan kita akan selalu bisa bersukacita. Daud sadar betul akan hal itu. Itulah sebabnya kita akan menemukan banyak tulisan Daud yang menyatakan hal ini, termasuk salah satunya ayat bacaan hari ini.

(bersambung)

Friday, October 6, 2023

Sukacita (2)

 (sambungan)

Tetapi itulah sebenarnya sebuah kekeliruan yang fundamental dalam memandang sukacita. Kita berpikir bahwa sukacita akan otomatis hadir jika hidup
ttanpa masalah. Tetapi bukankah kita sudah sering melihat, atau bahkan pernah mengalami saat dimana kita tidak merasa bahagia justru di tengah keadaan baik? Sebaliknya, ada orang yang hidupnya pas-pasan atau malah sedang kekurangan, tapi ternyata mereka masih punya sukacita.

Menyerahkan perasaan kepada kesulitan yang tengah dihadapi akan membuat kita semakin jauh dari sukacita. Kalau membiarkan hati dan otak kita terus memikirkan atau merasakan kesusahan, sukacita pun akan tergusur hingga pada akhirnya lenyap dari diri kita. Kita yang sedang susah akan mudah berkata bahwa kita bisa tidak mungkin bisa gembira ketika hidup sedang penuh dengan problema, tetapi masalahnya hidup yang berjalan tanpa masalah itu tidak akan pernah selalu ada setiap saat. Pada waktu-waktu tertentu kita akan berhadapan dengan setumpuk permasalahan, yang terkadang bahkan datang pada waktu bersamaan sekaligus.

Kalau kita gantungkan sukacita disana, mau kapan kita bisa bersukacita? Bukankah hidup hampir tidak pernah bisa sepenuhnya bebas tanpa masalah? Jika demikian, bagaimana kita bisa tetap merasakan sukacita meski di tengah kesulitan-kesulitan yang ada dalam hidup kita?

Lewat Daud kita bisa menemukan jawabannya. Lewat Daud kita bisa belajar bahwa sukacita yang bisa membawa rasa gembira dalam hidup ternyata bukan tergantung dari kesulitan-kesulitan yang kita alami, melainkan bergantung kepada seberapa jauh kita mengandalkan Tuhan dalam hidup kita, seberapa dekat kita berada denganNya, atau seberapa jauh kita menyadari  keberadaan Tuhan bersama dengan kita.

(bersambung)

Thursday, October 5, 2023

Sukacita (1)

 Ayat bacaan: Mazmur 16:8-9a
======================
"Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak.."


Sukacita itu bergantung pada apa? Kalau cuma sekedar menjawab, kita pasti mudah mengatakan bahwa sukacita itu berasal dari Tuhan. Artinya, kalau kita mengingat dan menyadari bahwa Tuhan ada bersama kita dengan kasih setiaNya yang tanpa batas dan melimpah, seharusnya kita pasti langsung bersukacita.

Pada kenyataannya, sukacita tidak semudah itu hadir dalam hidup kita. Kita bisa bersukacita saat hidup baik-baik saja dan semua berjalan dengan lancar, tapi sukacita menjadi hal yang sulit ketika kita berhadapan dengan masalah-masalah kehidupan. Jangankan masalah atau kesulitan berat yang tengah menerpa, menghadapi hiruk pikuk kehidupan sehari-hari saja bisa dengan mudah dan cepat merampas sukacita dari hidup kita.

Di tengah situasi seperti sekarang ini, sukacita semakin menipis dalam hidup banyak orang. Kalau sudah begitu, air muka pun biasanya akan terpengaruh. Anak saya sejak di usia 2 tahun sudah bisa membedakan air muka papanya, apakah lagi senang, lagi banyak pikiran, lagi pusing atau lagi kesal. Padahal saya sudah berusaha senyum di depannya meski di dalam hati atau pikiran sedang ribet. Dan memang, namanya air muka, seperti air yang akan mengikuti bentuk wadah yang menampungnya. Kalau hati sedang risau, kuatir atau panas, maka air muka pun akan mengikuti dengan sendirinya.

Disamping perasaan dan pikiran, mood yang sedang down saja bisa merampas sukacita kalau kita biarkan. Terkadang entah karena kurang cukup tidur, masih lelah atau terganggu oleh sesuatu yang membuat kita terbangun, itu bisa menyebabkan mood kita langsung ngedrop. Dan kalau sudah begitu, apabila kita biarkan, maka seharian kita bisa terpengaruh oleh mood yang keburu rusak seperti itu. Bukankah kita semua pernah mengalami hal itu? Hal-hal kecil saja bisa membuat emosi, jadi gampang kesal, marah dan salah-salah orang yang tidak bersalah bisa kita semprot tanpa kita sadari. Dibiarkan saja bisa seperti itu apalagi kalau diladeni, semakin dirasa-rasa, wah, bisa makin besar baranya.

Hidup memang tidak mudah. Jika melihat hidup yang semakin sulit hari-hari ini, itu dialami oleh banyak sekali penduduk dunia secara global. Maka kalau kita menggantungkan sukacita disana, mau hidup seperti apa kita ini? Hidup murung, stres, tanpa rasa sukacita, riang, dan bahagia? Haruskah perasaan-perasaan yang membuat kita hidup sehat dan lebih baik ini dibiarkan menjadi sesuatu yang sifatnya hanya utopis saja?

(bersambung)

Wednesday, October 4, 2023

Pencitraan (6)

 (sambungan)


Yesus bahkan rela menanggung segala kesakitan dan penderitaan agar kita semua selamat, dan itu adalah sebuah gambaran bagaimana besarnya kasih Tuhan terhadap ciptaanNya yang teristimewa. Betapa menyedihkannya ketika kita terus berlaku munafik agar mendapat pujian dari orang lain lalu menolak dan mengabaikanNya dalam hidup kita.

Kita harus menyadari bahwa apa yang dilakukan Yesus untuk kita sesungguhnya sangatlah besar. Alangkah keterlaluan jika kita tidak menghargai itu semua dan lebih mengejar popularitas, pamor, kekuasaan, citra atau persepsi di mata orang lain. Alangkah sayangnya kalau kita hanya mencari pujian dari orang lalu mengabaikan bagaimana Tuhan memandang kita, kalau kita cuma peduli kepada semua kemegahan semasa di dunia yang sangat singkat ini kemudian mengabaikan sesuatu yang kekal. Untuk waktu singkat mungkin bisa mendatangkan keuntungan pribadi, itu benar. Tetapi apalah artinya itu jika kita malah kehilangan kesempatan untuk menerima anugerah terbesar dari Tuhan?

Dunia terus semakin melakukan hal-hal seperti itu. Sebagai orang percaya yang ingin hidup sesuai kebenaran, hendaklah kita tidak ikut-ikutan melakukan itu. Tidak ada gunanya membuat-buat pencitraan untuk memperoleh penghargaan dari manusia. Apa yang penting adalah bagaimana kita dipandang indah di mata Tuhan. Meski kita tidak mendapat pujian apa-apa dari manusia, apaila kita melakukannya demi kemuliaan Tuhan, melakukan Firman Tuhan yang memberkati orang lain dengan sungguh-sungguh, menaati perintahNya dan menjauhi laranganNya lalu Tuhan memandangnya sebagai sesuatu yang baik, yang berkenan, yang berharga, bukankah itu jauh lebih penting?

Oleh sebab itu, hindarilah bentuk-bentuk keinginan untuk terlihat sempurna di mata orang lain lewat kemunafikan dan pencitraan. Hiduplah jujur dalam hubungan dengan Tuhan. Patuhilah semua perintahNya dan lakukan tepat seperti yang Dia kehendaki. Saya percaya, orang yang hidup benar akan memancarkan kebenaran pula. Tanpa kita minta sekalipun, percayalah bahwa cepat atau lambat orang akan bisa melihat dan merasakan Kristus dan segala kebenarannya lewat diri kita.

Bukan apa kata orang tapi apa kata Tuhan, bukan yang dilihat manusia tapi hati yang dilihat Tuhan


Tuesday, October 3, 2023

Pencitraan (5)

 (sambungan)


Tuhan yang mengasihi kita sudah menjamin keselamatan kita, dan Dia ingin kita kelak bersama dengan Dia menikmati kehidupan kekal yang penuh damai, sukacita tanpa ratap tangis. Bisakah manusia yang sama dengan kita memberikan itu? Tentu tidak. Lalu buat apa kita repot-repot mencari pujian dan popularitas di mata manusia untuk sebuah fase waktu yang singkat lantas mengabaikan atau melupakan pentingnya memelihara hidup agar berkenan bagi Tuhan? Singkatnya seperti bagaimana Firman Tuhan berkata: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya." (Markus 8:36).

Apa yang dikejar menurut pola ajaran dunia tidak ada gunanya. Inipun sudah dinyatakan di dalam Alkitab. "Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya." (1 Yohanes 2:17).

Lihatlah bahwa hanya orang-orang yang terus melakukan kehendak Allah, menjauhkan diri dari kecemaran dan memelihara hidupnya seturut keinginan Tuhan, itulah yang akan hidup kekal selama-lamanya. Sementara dunia akan terus menyeret orang-orang yang tertipu dibalik kuasanya untuk jatuh dan lenyap bersama-sama.

Pesan ini sudah disampaikan dari sejak lama sekali, tapi ternyata masih belum mampu diterima, dimengerti apalagi dilaksanakan oleh banyak pengikut Kristus. Ternyata, keduniawian masih mendominasi alam pemikiran dan perilaku banyak orang percaya. Apakah mereka belum pernah membaca ayat-ayat ini? Apakah mereka tidak mengetahui seperti apa seharusnya hidup sebagai murid Kristus? Kalau mereka tahu, lantas kemana semua itu menguap sampai-sampai mereka bisa hidup sangat jauh dari kualitas yang diharapkan Tuhan bagi anak-anakNya?

Yesus sendiri dengan tegas mengatakan: "Aku tidak memerlukan hormat dari manusia." (Yohanes 5:41). Yesus tidak butuh itu. BagiNya, sebuah misi yang diemban sesuai perintah Bapa jauh lebih penting untuk dilakukan ketimbang mencari pamor di mata orang. Keselamatan bagi manusia, pemulihan hubungan antara Tuhan dan ciptaanNya yang teristimewa, penebusan atas dosa dan kutuk-kutuk serta mengalahkan iblis dan kuasanya, semua itu jauh lebih penting dan itulah yang dilakukan Yesus.

(Bersambung)

Monday, October 2, 2023

Pencitraan (4)

 (sambungan)


Perilaku seperti itu dilakukan oleh orang-orang munafik, kata Yesus. Kemunafikan merupakan racun yang mematikan bagi keselamatan kita. Orang Farisi dan para ahli Taurat melakukannya. Mereka hanya sibuk memoles image tapi tidak peduli pada Tuhan. Mereka melupakan apa yang seharusnya menjadi tugas mereka, bahkan mereka tidak peka akan kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka.

Hari ini ironisnya masih banyak orang yang terjebak pada hal yang sama. Kita bisa melihat perilaku seperti ini dengan mudah di mana-mana, termasuk di kalangan orang percaya. Mereka lebih tertarik kepada tata cara dan tradisi peribadatan, lebih peduli terhadap apa kata orang, ingin selalu terlihat begitu suci di luar,tampak ramah tetapi di dalam penuh kebencian. Atau begitu mudah menghakimi orang lain karena menganggap diri paling benar dan berhak untuk itu. Apa yang mereka pertontonkan berbanding terbalik dengan kehidupan mereka yang sesungguhnya.

Apa yang dilakukan para orang Farisi di masa dulu masih dilakukan hingga hari ini. Ragi Farisi ternyata masih mengkhamirkan atau mengkontaminasi hidup dari banyak orang percaya sampai sekarang.

Jangan sampai kita lupa terhadap cara pandang Tuhan. Kalau manusia cenderung memandang tampilan luar, Tuhan justru melihat apa yang jarang dilihat orang lain, yaitu hati. Firman Tuhan berkata: "Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7).

Mencari ketenaran, pamor, popularitas atau pujian di mata orang lain di muka bumi yang fana ini tidaklah penting. Perjalanan di bumi ini teramat sangat singkat jika dibandingkan dengan kekekalan yang akan kita masuki setelahnya. Apa yang kita lakukan seharusnya untuk Tuhan dan bukan untuk dipertontonkan kepada orang lain.

(Bersambung)

Sunday, October 1, 2023

Pencitraan (3)

 (sambungan)


Mereka lebih ingin menonjolkan kehidupan beragama mereka di hadapan publik, bahkan tidak segan-segan mempertontonkannya sebanyak mungkin. Berdiri di pasar-pasar dan beraksi. Mereka lebih mementingkan status dan penghormatan di mata orang. Mereka ingin terlihat paling suci, paling benar dan paling terkemuka. Tapi sebenarnya mereka tidak lagi peduli terhadap Tuhan, karena apa yang mereka butuhkan hanyalah pencitraan agar bisa memanipulasi dan mengeruk keuntungan dari masyarakat.

Yesus dengan tegas menentang hal ini. Yesus membongkar kemunafikan mereka dan mengingatkan bahwa apa yang penting sebenarnya jauh lebih besar dari pembentukan pencitraan di mata masyarakat. Bagaimana kita hidup dan sikap hati yang berkenan di hadapan Tuhan itu jauh lebih penting. Bagaimana citra kita di mata Tuhan itu sungguh jauh lebih bernilai ketimbang pencitraan di mata orang lain.

Lihat apa yang dikatakan Yesus berikut ini. "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga." (Matius 6:1). Betapa sia-sianya orang yang sibuk beribadah dan melakukan kewajiban-kewajiban agama seperti berbuat baik, membantu sesama, memberi sedekah dan lain-lain yang ditujukan hanya untuk membentuk kesan, persepsi atau citra di mata masyarakat dan hanya mengharap pujian dari orang. Yesus dengan tegas mengatakan semua itu tidak ada upahnya, alias sia-sia.

Kalau banyak orang hari ini sibuk memamerkan tampilan luarnya, Yesus berkata "Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (ay 2).

(Bersambung)

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...