Ayat bacaan: Matius 11:28
====================
"Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."
Beberapa hari lalu saya mendapati adanya coretan spidol di atas karpet di ruang tamu. Tersangka utamanya jelas putri saya yang sedang gemar-gemarnya coret menyoret. Ketika saya tanya, ia menjawab bahwa yang melakukan itu bukan dia melainkan salah seorang teman mainnya. Ya sudah, selama ini ia tidak belum pernah bohong, jadi saya percaya saja.
Nah, setelah ia mengatakan itu, ia terlihat mendadak jadi pendiam. Terlihat seperti ada beban yang membuatnya berubah dari hiperaktif menjadi duduk diam termenung seperti itu. Saya kemudian duduk didekatnya dan bertanya kenapa dia mendadak diam seperti itu. Ia kemudian menarik napas dan berkata, "pa, sebenarnya yang mencoret karpet itu saya... tapi saya takut dihukum." Saya lalu memeluknya dan berkata bahwa ia tidak boleh bohong. Apapun konsekuensinya, dia harus selalu berani untuk berkata jujur. Lalu saya mengatakan bahwa untuk kali ini saya memaafkannya. Tidak dihukum, tapi harus janji jangan mengulangi lagi. Wajahnya pun berubah langsung menjadi ceria lagi. Lucunya, ia nyeletuk: "Sekarang saya lega pa..." Lega, karena ia tidak dihukum, juga lega karena ia tidak harus menyimpan kebohongan dan merasa didera perasaan bersalah. Lega, seolah ada beban berat yang kemudian lepas dari pundaknya sehingga ia merasa ringan dan plong kembali.
Hal ini mengingatkan saya pada saat seorang teman ada yang curhat tentang keadaan rumah tangganya pada suatu kali. Masalahnya termasuk cukup pelik karena melibatkan orang-orang diluar keluarga inti, sehingga saya sempat tidak tahu harus menjawab apa. Daripada saya asal jawab, saya memilih untuk lebih banyak diam tapi serius mendengarkan curhatnya. Saya hanya sesekali merespon untuk menguatkan dan menenangkannya.
Waktu itu dalam hati saya merasa kurang maksimal dalam memberi solusi. Tapi di akhir curhatannya, ia berkata bahwa ia merasa lega. Ia mengaku sudah curhat dengan beberapa teman lain, tapi mereka justru lebih banyak ngomong ketimbang mendengarkan. Malah ada yang menyalahkannya, the last thing he would expect during that time. Dan menurutnya, ia sadar ternyata apa yang paling ia butuhkan bukanlah wejangan, nasihat apalagi didakwa, tapi kelegaan. Saat ia menumpahkan isi hatinya ia merasa lega, hati terasa lebih lapang, tidak sesak seperti sebelumnya. Dan itu justru ia dapatkan dari saya yang lebih banyak diam menyimak apa yang ia katakan.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment