Saturday, December 30, 2023

Panduan Damai Sejahtera (4)

 (Sambungan)

Ambil satu contoh saja saat kita mengambil keputusan disaat mood atau emosi kita sedang labil. Pada saat kita memutuskan dalam keadaan kesal, keputusan yang dipengaruhi suasana hati pada akhirnya akan menghasilkan hal-hal yang kemudian akan kita sesali. Ada yang mengambil keputusan cerai karena emosi kemudian menyesal saat sudah terlanjur terjadi. Pasangan-pasangan yang kemudian putus karena berbagai keputusan yang salah akibat didasari rasa cemburu berlebihan, orang yang kemudian merugi dalam usaha karena salah mengambil keputusan, orang yang kemudian menyakiti orang lain atau tindak kejahatan karena tidak bisa menguasai hatinya dari rasa sakit, cemburu atau iri. Itupun tentu berawal dari keputusan kita sendiri.

Semua ini adalah sedikit contoh dari banyaknya kasus lain yang merugikan bahkan menghancurkan karena pengambilan keputusan salah dengan didasari oleh keadaan hati yang sedang tidak tenang atau tidak stabil.

Jika dua contoh teman saya di awal menunjukkan bahwa mereka sebenarnya sudah berdoa dan bertanya tapi dengan hati yang tidak 'netral' dan sepenuhnya mau taat pada Tuhan, ada banyak orang pula yang mengikuti pikirannya sendiri dalam memutuskan tanpa bertanya terlebih dahulu pada Tuhan. Keuntungan yang memikat membuat kita terlalu cepat berpikir bahwa itulah yang terbaik. Kita melakukan dan memaksakan, meski hati nurani sebenarnya sudah mengingatkan agar setidaknya kita hati-hati dan mempelajari secara seksama terlebih dahulu. Dan pada akhirnya ketika kita mengalami kerugian akibat terburu-buru dalam mengambil keputusan. Setelah itu terjadi, barulah kita teringat bahwa sebenarnya Roh Kudus sudah berulang kali berbicara menasihati, tapi pikiran dan hati kita sedang tercemar sehingga kita tidak lagi mendengar Roh Allah sebenarnya sudah mengingatkan lewat hati nurani kita.

Adakah indikasi saat kita menuju pada pengambilan keputusan yang keliru? Dari pengalaman saya, salah satu indikasi yang paling sering dan paling mudah dirasa adalah tidak adanya rasa damai sejahtera ketika melakukan hal yang keliru itu, atau saat menjurus pada pengambilan keputusan yang keliru. Pernahkah anda merasa mulai kehilangan damai sejahtera saat melakukan sesuatu atau saat hendak mengambil keputusan? Kenapa kok rasanya tidak enak ya, seperti ada yang salah. Itu sederhananya yang mungkin kita rasa. Dan itu bisa menjadi salah satu indikasinya.

(bersambung)

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...