Sunday, December 24, 2023

Room for Jesus (4)

 (sambungan)

Kalau kita geleng-geleng kepala saat menyaksikan bahwa Yesus harus lahir di palungan karena tidak ada sama sekali tempat untukNya, apakah kita hari ini sudah menyiapkan tempat yang pantas bagiNya? Jika kita masih termasuk orang yang menomorsekiankan urusan Tuhan demi segala kesibukan maupun agenda padat jadwal kita, apakah pantas memperlakukan Tuhan yang sudah meninggalkan tahtaNya untuk turun ke dunia yang penuh penderitaan ini untuk menyelamatkan kita dengan sikap dan perlakuan seperti itu?

Seringkali yang terjadi adalah urutan Tuhan ditempatkan pada nomor buncit alias terakhir. Kita akan berpikir, sudahlah skip saja berdoa satu kali, tidak apa-apa, kan kita sudah terlalu lelah bekerja atau sibuk seharian. Sudahlah, nanti saja saat teduh kalau ada waktu, agenda saya padat hari ini jadi harus mulai sepagi mungkin. Kita bisa sakit kalau kurang istirahat, jadi langsung tidur saja urusan doa dan lain sebagainya nanti saja kalau sudah ada waktu lowong. Bukankah itu menjadi hal biasa di pikiran kita?

Atau, sekali-kali tidak apa-apalah berbuat dosa. Bukan dosa serius kok, ini biasa saja. Cuma untuk fun doang, itupun bukan sering-sering. Nanti tinggal minta ampun saja beres. Kan Tuhan itu Mama Pemurah, Maha Pemaaf, Maha Penyayang, jadi pasti Dia mengampuni. Santai saja. Itu pun sering menjadi paradigma berpikir kita yang keliru dalam menyikapi kebaikan, kemurahan dan kasih Tuhan bagi kita.

Mari kita ingat hal penting berikut ini bersama-sama. Kalau hari ini kita bisa hidup dengan janji yang teguh akan keselamatan, hari ini kita bisa memasuki tahta Allah yang kudus dengan keberanian, hari ini kita bisa berhak untuk menerima segala janji Allah dalam kelimpahan, semua itu adalah berkat Yesus. Sepanjang hidup kita sudah merasakan kasihNya yang begitu besar. Sudah seharusnya Dia mendapatkan posisi yang paling utama kapanpun, dimanapun dari kita. Sudah seharusnya Yesus mendapatkan yang terbaik dari kita. Sudah seharusnya kita menyerahkan seluruh diri kita kepadaNya, mengasihiNya dengan segenap hati dan hidup kita. Dan, sudah seharusnya kita jangan sampai mengecewakan atau mendukakanNya dengan perilaku kita dalam hidup ini. Seharusnya Dia menerima segala yang terbaik dari kita. Dia lebih dari layak untuk menerima itu.

(bersambung)

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...