(sambungan)
Yang jadi masalah, seringkali orang mencampurkan antara tegas dan keras. Jangankan kepada pegawai atau karyawan, terhadap anak istri pun banyak pria yang bersikap keras dengan alasan untuk mendisplinkan, agar tidak manja, agar mandiri dan sebagainya. Saya bisa tegas. Dan harus tegas. Tapi tidak boleh kasar. Itu yang selalu saya pegang dari dulu sampai sekarang. Intinya, jika saya tidak mau diperlakukan kasar, jangan sampai saya melakukannya kepada orang lain.
Hal lainnya yang ingin saya capai dengan cara saya ini adalah agar karyawan saya bisa bekerja dengan nyaman dan happy. Itu akan memancar dan terasa bagi pembeli yang datang, sehingga saya harapkan mereka pun nyaman berbelanja di tempat kami. Sebaliknya, jika karyawan tidak nyaman apalagi sakit hati, selain itu bisa membuat mereka melayani dengan tidak ramah, berbagai hal buruk lain pun bisa muncul dari sana. Disamping itu, saya pun tetap terjun langsung berhadapan dengan pembeli. Buat saya hal ini penting, agar saya tetap bisa merasakan dan memahami kondisi di lapangan itu seperti apa. Jadi saya tidak serta merta menekan dan menyalahkan mereka, tapi saya akan bisa melihat kondisi secara lebih bijaksana karena saya merasakan bertugas di posisi mereka.
Di jaman yang keras seperti sekarang, kita pun tentu harus semakin lebih tahan banting dan lebih kuat. Kita tidak boleh lemah, kita harus kuat. Itu tentu benar. Tapi kalau keras? Nanti dulu. Keras yang seperti apa dulu nih maksudnya? Kalau keras dalam arti kasar, ketus, provokatif, konfrontatif, wah.. jangan. Itu jelas bukan cerminan orang-orang yang mengaku sebagai murid Kristus. Kita semua tahu itu. Bahkan saya sebelum bertobat tidak melakukan itu, apalagi sekarang.
Tapi pada pelaksanaannya di dunia nyata, berapa banyak yang benar-benar mengadopsi hal tersebut dalam kehidupannya? Kalau masalahnya biasa saja, kalau orang bikin masalah yang tidak terlalu parah, mungkin kita masih bisa sabar. Tapi kalau sudah keterlaluan, pertahanan kita pun runtuh. Daripada mengajak bicara baik-baik, kita cenderung membalas dengan keras pula.
Fight fire with fire, atau ada juga yang menggambarkannya seperti laga kambing. Orang jual, saya beli. Yang penting bukan saya yang mulai. Banyak yang bersikap seperti ini. Ada pula yang membentengi dirinya dengan sikap-sikap kasar untuk menutupi kelemahan dan rasa tidak percaya diri pada karakternya. Dan ada juga yang mentang-mentang. Mentang-mentang menggaji jadi merasa punya hak bersikap kasar. Gampang menimpakan kesalahan, gampang menekan, gampang menindas. Dan itu dilakukan oleh banyak atasan, termasuk dari mereka yang padahal seharusnya menjadi teladan.
(bersambung)
Monday, January 22, 2024
Be Nice , Be Wise (2)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kreasi (1)
Ayat bacaan: Yesaya 64:8 ====================== "Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yan...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment