Ayat bacaan: Ibrani 13:1
=======================
"Peliharalah kasih persaudaraan!"
Ada seorang teman yang memutuskan untuk pindah berjemaat ke gereja lain. Saat saya tanyakan bagaimana ia disana, ia berkata bahwa sejauh ini ia merasa lebih nyaman di tempat barunya. "Oke sih, tidak se-fake di sana" katanya sambil tersenyum tipis. Sedikit catatan, teman saya ini sudah bertahun-tahun aktif melayani di gerejanya yang lama, dan pada akhirnya memutuskan untuk pindah karena ia sudah jenuh melihat segala kepalsuan yang ada di sana.
Saya tidak ingin menghakimi siapa yang benar siapa yang salah. Apakah teman saya itu benar, atau ia hanya berburuk sangka atau terlalu negatif, entahlah. Apa yang ada di pikiran saya adalah bahwa ternyata sikap ketulusan merupakan faktor yang sangat penting dan berpengaruh dalam sebuah perkumpulan termasuk di gereja. Saya berpikir, kalau saudara seiman saja bisa pergi meninggalkan gerejanya, bagaimana kita bisa berharap untuk menjangkau jiwa di luar sana? Jangan-jangan untuk mengenal sesama saudara seiman yang sama-sama berjemaat di gereja yang sama saja terasa berat, padahal Setiap minggu bertemu. Kalau berat untuk saling kenal, apakah sekedar menyapa atau tersenyum saja masih sulit? Atau hanya sebatas formalitas saja?
Kasih merupakan hukum yang terutama yang menjadi dasar utama dari kekristenan, yang secara luas seharusnya mampu menyentuh siapapun yang berada di sekitar kita tanpa terkecuali. Jika kita mengasihi Tuhan dengan segenap diri kita, sudah seharusnya kita mengalirkan kasih Tuhan kepada semua orang di sekitar kita. Tapi bagaimana mungkin itu bisa kita lakukan kalau terhadap saudara-saudara kita seiman saja masih sulit? Masih ada begitu banyak sekat-sekat duniawi yang selalu kita sematkan kepada perorangan, golongan atau kelompok tertentu. Kaya-miskin, suku, budaya, bahasa, bangsa, status, latar belakang, usia dan sebagainya, seringkali menjadi hambatan bagi kita untuk bisa saling kenal dan saling mengasihi. Perbedaan dikedepankan, persamaan dikesampingkan, dan alangkah sulitnya berharap akan tumbuhnya kasih persaudaraan di antara saudara seiman, apalagi berharap bahwa kasih itu bisa menjangkau saudara-saudara kita di luar sana.
Hari ini kita masih terus melihat besarnya potensi perpecahan yang terjadi di masyarakat. Semakin lama orang hanya semakin peduli pada kelompoknya dan anti kepada yang berbeda pandangan atau paham dengan mereka. Sadar atau tidak, kalau sikap membeda-bedakan ini dipelihara, seperti penyakit itu bisa menular dan bertambah parah. Kalau tadinya masih peduli pada kelompok sendiri, lama-lama dalam kelompok yang sama pun friksi bisa terjadi. Dari hanya peduli pada kelompok, orang kemudian menjadi individualis yang egoistis. Ironisnya ini pun terjadi di kalangan orang percaya. Mungkin kita sudah bisa menyapa dan tersenyum dengan tulus, mungkin kita sudah terbiasa mengatakan happy Sunday, God bless you dengan sungguh-sungguh kepada orang lain, tapi ketika mereka membutuhkan pertolongan, sudahkah kita peduli?
(bersambung)
No comments:
Post a Comment