Thursday, July 18, 2024

Bersih dan Murni (3)

 (sambungan)


Karena itulah air murni secara ilmiah terbukti punya peran penting dalam kesehatan, pengobatan atau usaha preventif untuk menghindarkan kita dari sakit. Anda pilih air minum yang cukup dimasak, yang punya kandungan mineral tidak berbahaya dan baik bagi tubuh, atau yang benar-benar murni tanpa kandungan mineral apapun, semua tergantung pilihan sendiri.

Saya memulai renungan kali ini dengan ilustrasi tentang air murni sebagai awal untuk menggambarkan seruan Firman Tuhan untuk memperhatikan pentingnya kemurnian hati. Mencari orang yang punya gelar itu gampang. Minimal SMA, sarjana, itu sudah bisa menjadi bekal untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Ijazah bahkan sekarang bisa dibeli.

Tapi bagaimana dengan nilai-nilai atau kualitas seseorang seperti integritas, kesetiaan, ketulusan, kejujuran dan sejenisnya? Bagaimana dengan orang dengan hati yang murni, bebas dari 'mineral-mineral' yang bisa mendatangkan kecemaran dan masalah lainnya? Hal ini sering luput dari perhatian orang dalam melakukan recruitment maupun dalam kehidupan sosial kemasyarakatan secara umum.

Hari ini kualitas hati yang murni semakin jarang dianggap sebagai faktor penting. Tidaklah heran jika moral manusia pun terus semakin buruk. Korupsi, kolusi, nepotisme, penipuan, sikap eksklusif, sikap memandang perbedaan sebagai dasar permusuhan, penyebaran kebencian dan sebagainya semakin menguasai kehidupan manusia.

Kalau kehidupan manusia itu dikatakan Firman Tuhan terpancar dari hati, maka berarti masalah sesungguhnya berada disana. Sikap, kondisi atau keadaan hati, suasana hati akan menentukan buah yang dihasilkan. Jika hati diibaratkan taman bisa dirusak bahkan oleh penyelusup-penyelusup kecil yang secara umum seolah tidak berbahaya. Sedang kalau diibaratkan kerajaan, seperti yang sudah sempat saya singgung di beberapa renungan sebelumnya, siapa yang memerintah dan berkuasa di hati kita akan menentukan hal-hal seperti apa yang terpancar dari kehidupan kita.


(bersambung)

No comments:

Lanjutan Sukacita Kedua (7)

 (sambungan) Jangan bergembira karena roh-roh jahat itu takluk, tapi bersukacitalah justru karena itu berarti nama kita tercatat di surga. S...