Tuesday, July 2, 2024

Doa Epafras (3)

 (sambungan)

Berikutnya, bukankah orang percaya sudah seharusnya secara natural hidup dipenuhi doa secara bersama-sama? Idealnya tentu saja demikian. Itu yang seharusnya dilakukan atau dihidupi oleh orang percaya. Sayangnya, seringkali kesibukan dan pergumulan dalam hidup menyita hampir seluruh waktu kita sehingga kita tidak lagi punya waktu untuk berdoa secara 'korporat' atau bersama-sama hari ini seperti halnya gereja mula-mula di masa lalu. Kita tidak punya waktu untuk itu, kita tidak sempat, dan lama-lama, kita tidak lagi merasa perlu.

Doa terutama doa dalam persekutuan semakin berkurang, dan kekuatan orang percaya pun semakin tergerus, menurun kekuatannya karena tidak ditopang cukup doa. Dalam menghadapi dunia yang semakin jahat, itu tentu berbahaya. Alih-alih bisa menjadi terang dan garam, alih-alih bisa berdampak, alih-alih bisa menyatakan Tuhan dengan segala kemuliaanNya, kita hanya akan habis waktu untuk sekedar bertahan saja.

Bentuk saling mendoakan bukanlah melakukan sesuatu yang baru, tapi mengembalikan kehidupan doa yang sejati dalam kebersatuan dan kesepakatan kuat seperti yang dilakukan oleh gereja mula-mula. Kita bisa melihat bagaimana doa dalam kebersatuan dan kesepakatan itu menjadi gaya atau cara hidup jemaat mula-mula dalam Kisah Para Rasul 2:41-47. Dan disana jelas disebutkan bagaimana dampaknya, yaitu:

- ada banyak sekali mujizat dan tanda yang terjadi atas mereka (ay 43)
- mereka disukai semua orang, artinya termasuk orang yang belum percaya (ay 47)
- Tuhan terus menambahkan jumlah dengan orang-orang yang diselamatkan (ay 47)

No comments:

Bandel atau Taat? (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 1:12 ========================= "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak A...