Saturday, August 31, 2024

To Be Or Not To Be (1)

 Ayat bacaan: 2 Korintus 1:8-9a
============================
"Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati."


Adakah diantara teman-teman yang menggemari sastra klasik? Jika ada, anda tentu tidak asing lagi dengan nama William Shakespeare.

William Shakespeare merupakan pujangga dan penulis terbesar dalam sejarah literatur Inggris. Masa hidupnya adalah di pertengahan tahun 1500-an sampai awal 1600-an. Meski ia sudah lama tiada, tapi karya-karyanya masih dikenang orang hingga hari ini.

Film dan teater masih terus menampilkan karya-karya terkenalnya sampai detik ini. Beberapa judul tentu sudah tidak asing lagi bagi kita, seperti Romeo and Juliet, Hamlet dan Midsummer Night's Dream. Selain karya-karya monumental dan abadi, ada banyak pula quote atau kutipan kalimat yang terkenal sepanjang masa.

Salah satunya tentu saja "To be or not to be, that is the question." Kutipan ini berasal dari naskah Hamlet. Banyak yang mengira kalimat ini mengacu pada kebingungan orang untuk melakukan sesuatu atau memilih/memutuskan sesuatu. Tidak terlalu salah, tapi lebih tepatnya kalimat ini sebenarnya mengacu kepada rasa perih hati yang dirasa sang tokoh utama sehingga kemudian mengarahkannya pada dua pilihan, apakah ia mau terus hidup atau tidak.

Pangeran bernama Hamlet merasakan kepedihan luar biasa sewaktu pamannya membunuh ayahnya, dan menikahi ibunya. Begitu sakit dan perih rasanya, hingga ia sempat berpikir haruskah ia terus hidup ("to be") atau mengakhiri saja hidupnya, ("or not to be").

Adakah diantara teman-teman yang pernah atau mungkin sedang merasakan rasa sakit dan penderitaan yang begitu berat yang rasanya tidak lagi tertahankan? Ada kalanya kita merasakan rasa sakit yang tidak terperikan, begitu perihnya sehingga kita mulai merasa putus asa dan perlahan mulai kehilangan harapan.

(bersambung)

Friday, August 30, 2024

Kisah Rahab (12)

 (sambungan)

Kisah Rahab juga merupakan cerminan dari kisah hidup kita. Kita bukan keturunan Israel yang menjadi umat pilihan Allah di masa dahulu kala, lewat dosa-dosa kita, yang terus hidup dalam berbagai ketidaktaatan, pembangkangan, mengikuti hawa nafsu dan keinginan daging, hidup dalam kejahatan seperti iri hati, kebencian, mementingkan diri sendiri kalau tidak bahkan lebih seperti mencuri, menipu, zinah, membunuh dan sebagainya, seharusnya kita pun tidak layak untuk selamat.

Tapi Tuhan memberikan kita kasih karuniaNya dalam Kristus yang akan kita terima lewat iman. Dalam Efesus dikatakan "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9).  

Ketika kita menghadapi hari-hari yang sulit hari ini, apakah kita bisa seperti Rahab yang memiliki keteguhan iman kepada Tuhan dan mengaplikasikan iman tersebut dengan sebentuk perbuatan nyata?

Mampukah kita terus percaya kepada Tuhan dengan segenap hati kita meski apa yang sedang kita hadapi hari ini seolah belum mengarah kepada jalan keluar atau titik terang?

Mampukah kita tetap bersukacita dan percaya bahwa Tuhan pasti akan memberikan solusi meski kita belum melihat apa-apa saat ini?

Dan, apakah kita mau mengaplikasikan iman dalam tindakan-tindakan nyata? Iman yang kokoh dan disertai perbuatan nyata akan sangat menentukan seperti apa hidup kita sekarang maupun kelak. Hendaklah kita bisa belajar dari iman Rahab agar pada suatu hari nanti kita bisa berada dalam daftar pahlawan-pahlawan atau saksi-saksi iman seperti halnya Rahab dan para tokoh besar lainnya.

Iman bukan hanya untuk dipendam tapi seharusnya aplikatif dalam kehidupan lewat tindakan-tindakan nyata


Thursday, August 29, 2024

Kisah Rahab (11)

 (sambungan)

Iman jangan berhenti hanya pada pengakuan percaya saja, melainkan harus disertai dengan perbuatan, karena hanya lewat perbuatanlah iman bisa disempurnakan. "Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (ay 22). Tanpa perbuatan, iman dikatakan kosong (ay 20), bahkan pada hakekatnya adalah mati (ay 17).

Lewat kisah Rahab kita bisa belajar mengenai bagaimana sebuah iman yang kuat itu. Sudah menjadi Kristen sejak lahir tidak serta merta menjamin kuatnya iman. Sebaliknya, orang yang baru mengenal Tuhan bisa memiliki iman yang kuat apabila mereka menyadari betul keberadaan, kekuatan kuasa, kedaulatan dan belas kasihan Tuhan yang begitu besar dan deras melimpah di muka bumi ini.

Jika kita seperti Rahab, menyadari kebesaran Tuhan ada diatas segalanya baik di langit maupun di bumi, alangkah bodohnya apabila kita masih melawan kehendakNya, menduakanNya dan mengikut atau mencari alternatif-alternatif lain yang ditawarkan kegelapan di luar sana. Alangkah sayangnya jika kita masih labil, bimbang dan terus terpengaruh tipu daya si jahat yang datang dari segala hal di sekeliling kita.

Satu hal lagi yang tidak kalah penting adalah, Rahab tidak berhenti hanya pada percaya lewat imannya tapi ia mengaplikasikan imannya tersebut dalam perbuatan nyata.

(bersambung)

Wednesday, August 28, 2024

Kisah Rahab (10)

 (sambungan)

Kembali ke kitab Yosua, dalam Yosua 6 kita bisa melihat bahwa Rahab dan keluarganya selamat. "Demikianlah Rahab, perempuan sundal itu dan keluarganya serta semua orang yang bersama-sama dengan dia dibiarkan hidup oleh Yosua. Maka diamlah perempuan itu di tengah-tengah orang Israel sampai sekarang, karena ia telah menyembunyikan orang suruhan yang disuruh Yosua mengintai Yerikho." (Yosua 6:25). Rahab menerima belas kasihan Tuhan lewat imannya yang besar.

Tapi lihatlah fakta berikutnya. Ternyata keselamatan bukan satu-satunya yang dia peroleh, karena kemudian kita pun bisa melihat bahwa Rahab tertulis dalam silsilah Yesus yang ada dalam Matius 1:5.

Berawal dari keputusannya untuk menyelamatkan para pengintai yang diutus oleh Yosua dengan didasari iman yang kuat kepada Tuhan yang pada saat itu bukanlah Pribadi yang disembah oleh bangsanya.

Apa yang ditunjukkan oleh Rahab adalah iman. Dikatakan "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." (Ibrani 11:1). Dan itulah yang dimiliki Rahab. Bukankah ia mendasari keputusannya dengan iman yang  percaya kepada Tuhan yang ia dengar? Ia tidak mengetahui apa yang terjadi selanjutnya, tetapi ia percaya. Itulah sebuah iman, dan Rahab memilikinya.

Berkaitan dengan surat Yakobus, kita juga harus melihat bahwa iman Rahab itu menjadi sempurna karena disertai dengan perbuatan. Rahab tidak berhenti hanya kepada percaya saja, tetapi ia pun mengaplikasikannya dalam perbuatan nyata. Iman Rahab bukanlah iman yang kosong, imannya adalah iman yang disertai perbuatan.

(bersambung)

Tuesday, August 27, 2024

Kisah Rahab (9)

 (sambungan)


Belakangan dalam kitab Ibrani ia digolongkan sebagai salah satu saksi iman. Ayatnya berbunyi sebagai berikut:

"Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik." (Ibrani 11:31).

Seperti yang saya sudah sebutkan diawal renungan ini, Rahab berada dalam sebuah kelompok saksi iman bersama-sama dengan Habel, Henokh, Nuh, Abraham dan istrinya Sara, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel.

Kalau diibaratkan hall of fame, maka Rahab berada disana bersama sederetan nama-nama besar yang pasti tidak asing lagi bagi kita.

Dalam Yakobus 2:25 ia dijadikan contoh pula tentang iman yang disertai perbuatan. "Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain?" Hanya ada dua nama yang diangkat Yakobus akan hal ini, dan satunya lagi adalah Abraham.

Kembali ke kitab Yosua, ...

(bersambung)

Monday, August 26, 2024

Kisah Rahab (8)

 (sambungan)

4. Rahab percaya bahwa Tuhan penuh belas kasihan

"Maka sekarang, bersumpahlah kiranya demi TUHAN, bahwa karena aku telah berlaku ramah terhadapmu, kamu juga akan berlaku ramah terhadap kaum keluargaku; dan berikanlah kepadaku suatu tanda yang dapat dipercaya, bahwa kamu akan membiarkan hidup ayah dan ibuku, saudara-saudaraku yang laki-laki dan yang perempuan dan semua orang-orang mereka dan bahwa kamu akan menyelamatkan nyawa kami dari maut." (ay 12-13)

Kebesaran iman Rahab ternyata tidak berhenti pada kebesaran, kekuasaan dan kedaulatan Tuhan saja tapi ia juga menyadari bahwa Tuhan itu penuh belas kasih. Jika tidak, ia tentu tidak akan memohonkan keselamatan turun atas dirinya beserta keluarga, bahkan lebih luas lagi ia pun minta keselamatan juga turun kepada semua orang-orangnya mereka.

Perhatikan hal unik berikut. Dalam menggambarkan perasaan dan situasi warga Yerikho, Rahab menggunakan kata 'kami'. Tapi untuk menunjukkan iman, Rahab menggunakan kata 'aku'. Itu jelas menunjukkan bahwa ia menggantungkan imannya kepada Tuhan.

Maka Rahab kemudian menerima belas kasihan Tuhan. Ia dan keluarga besarnya diselamatkan. Kebesaran imannya tercatat hingga ribuan tahun sesudah jamannya.

(bersambung)

Sunday, August 25, 2024

Kisah Rahab (7)

 (sambungan)

3. Rahab percaya pada kebesaran dan kedaulatan Tuhan

"...sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah." (ay 11b)

Bagi saya ini merupakan bagian yang paling menarik.

Kalau dalam dua poin sebelumnya Rahab menyatakan keyakinannya dengan berdasarkan pada apa yang ia tahu dari berita yang sampai kepada diri dan bangsanya, ayat 11 ini mengungkapkan isi hatinya secara pribadi, siapa Tuhan dimatanya. Apa yang ia rasakan, apa yang ia percaya, apa yang ia yakini.

Bukankah luar biasa bahwa kalimat ini dikatakan oleh seorang wanita yang berprofesi sebagai pelacur dan merupakan warga dari bangsa yang menyembah berhala? Rahab sampai pada kesimpulan bahwa Tuhan bangsa Israel adalah Allah atas langit dan bumi. Itu ia percaya tanpa keraguan sedikitpun dan disampaikannya dengan tegas dan lugas pula.

Jadi kalau bangsa Israel dilepaskan dari bangsa Mesir oleh Tuhan, dituntun dalam perjalanannya, bisa menumpas bangsa-bangsa yang menghalangi mereka dan kemudian ada dalam rencana Tuhan untuk memperoleh kota dimana ia tinggal, itu tidak lain karena Tuhan berkuasa dan berdaulat atas segala-galanya baik di Surga dan bumi. Rahab percaya akan hal itu.

(bersambung)

Saturday, August 24, 2024

Kisah Rahab (6)

 (sambungan)

2. Rahab percaya pada kuasa Tuhan

Ayat berikutnya berbunyi: "Sebab kami mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas. Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu..." (ay 10-11a)

Berita tentang kebesaran kuasa Tuhan sudah sampai ke Yerikho. Tuhan melepaskan bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir, menyertai perjalanan mereka di padang gurun, melepaskan mereka dari pengejaran Firaun beserta bala tentara dan kekuatan persenjataan lengkap dengan membelah laut sehingga bangsa Israel bisa berjalan melewatinya lalu menutup laut itu kembali menenggelamkan Firaun dan prajuritnya.

Bangsa Sihon dan Og juga berhasil ditumpas dengan Allah di pihak mereka. Hal itu membuat Rahab tahu Tuhannya orang Israel Maha Kuasa dan tidak akan ada yang sanggup melawan.

(bersambung)

Friday, August 23, 2024

Kisah Rahab (5)

 (sambungan)

Dari apa yang dikatakan Rahab diatas setidaknya ada empat alasan yang bisa temukan. Mari kita lihat satu persatu.

1. Rahab tahu rencana Tuhan, dan ia percaya tidak akan ada yang bisa menghalanginya

Rahab bilang: "Aku tahu bahwa Tuhan telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu." (ay 9).

Lihatlah Rahab memulai perkataannya dengan "Aku tahu". Ia tidak berkata, "Dengar-dengar sih...", "kata orang..", "sepertinya", "siapa tahu", "mungkin" dan sejenisnya, tapi ia tegas menggunakan kata "Aku tahu". Itu jelas menunjukkan kepercayaannya kepada Tuhan orang Israel pada masa itu.

Rahab tahu:
- Apa yang jadi rencana Tuhan, dan:
- apabila memang Tuhan berkehendak untuk memberikan Yerikho kepada bangsa Israel, tidak ada satu orang pun yang bisa menghalangi hal itu untuk terjadi.

Karena itu Rahab memutuskan untuk mengikuti rencana Tuhan.

(bersambung)

Thursday, August 22, 2024

Kisah Rahab (4)

 (sambungan)

Kenapa Rahab berani melakukan itu? Ini kata Rahab setelah orang suruhan raja Yerikho pergi meninggalkan rumahnya dengan tangan hampa, yaitu dalam kitab Yosua 2:9-13, yaitu sebagai berikut:

Aku tahu, bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu. (9)

Sebab kami mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas. (10)

Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah. (11)

Maka sekarang, bersumpahlah kiranya demi TUHAN, bahwa karena aku telah berlaku ramah terhadapmu, kamu juga akan berlaku ramah terhadap kaum keluargaku; dan berikanlah kepadaku suatu tanda yang dapat dipercaya, (12)

bahwa kamu akan membiarkan hidup ayah dan ibuku, saudara-saudaraku yang laki-laki dan yang perempuan dan semua orang-orang mereka dan bahwa kamu akan menyelamatkan nyawa kami dari maut." (13)

Dari apa yang dikatakan Rahab diatas setidaknya ada empat alasan yang bisa temukan. Mari kita lihat satu persatu.

(bersambung)

Wednesday, August 21, 2024

Kisah Rahab (3)

 (sambungan)

Diluar masalah iman, mereka manusia yang sama dengan kita, yang punya kelemahan, kekurangan dan keterbatasan. Bahkan beberapa di antara mereka pernah mengalami kejatuhan.

Lantas, dari Rahab kita tahu bagaimana Tuhan memperhitungkan iman manusia tanpa memandang muka atau status, juga masa lalu. Semua orang punya kesempatan yang sama untuk menerima kasih karunia dan belas kasihanNya tanpa terkecuali.

Kisah Rahab muncul dalam perikop mengenai Pengintai-pengintai di Yerikho dalam Yosua 2:1-24. Rahab disebutkan berprofesi sebagai pelacur yang tinggal di balik tembok tebal menjulang kota Yerikho.

Pada suatu hari Yosua melepas dua orang pengintai untuk mengamati kota Yerikho. Mereka ini kemudian bertemu dengan Rahab. Meski kedua mata-mata ini masuk diam-diam, ternyata kedatangan mereka diketahui oleh Raja Yerikho. Sang raja pun segera mengirimkan utusannya untuk menggeledah rumah Rahab, yang dicurigai sebagai tempat persembunyian para pengintai itu. Rahab lalu memutuskan untuk menyembunyikan kedua pengintai itu di atas sotoh (sotoh adalah bagian atas atau atap rumah yang dibangun dari tembok batu) rumahnya sehingga mereka pun selamat dari penangkapan.

Tindakan Rahab jelas sebuah tindakan yang beresiko. Menyembunyikan mata-mata, jika ketahuan tentu ia harus bayar dengan nyawa. Tetapi ia dengan berani melakukannya.

(bersambung)

Tuesday, August 20, 2024

Kisah Rahab (2)

 (sambungan)

Kalau komik-komik ini punya tokoh-tokoh supernya, Alkitab pun punya daftar pahlawan iman yang bersinar pada jamannya masing-masing dimana sinarnya masih terang benderang pula buat kita hari ini.

Coba perhatikan daftar para saksi iman dalam Ibrani 11:1-40 yang berisi nama-nama tokoh luar biasa yang sudah membuktikan kehebatan atau kebesaran iman mereka sehingga pantas dijadikan teladan sepanjang masa. Dan mereka ini bukanlah tokoh fiksi atau fiktif melainkan pernah hidup pada jamannya masing-masing dan masih menginspirasi hingga hari ini.

Dari nama-nama yang disebutkan dalam Ibrani 11:1-40 ini ada dua orang wanita, yaitu Sara dan Rahab. Hal yang unik, Rahab bukanlah wanita terhormat seperti Sara melainkan seorang pelacur. Bagaimana seorang dengan profesi bergelimang dosa seperti Rahab bisa masuk dalam daftar saksi atau pahlawan iman ini? Seperti apa imannya sampai ia bisa berada dalam satu daftar dengan tokoh-tokoh seperti Habel, Henokh, Nuh, Abraham dan istrinya Sara, Ishak, Yakub, Yusuf, Musa, Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel?

Itu dari surat Ibrani. Kalau dalam surat Yakobus,  Rahab adalah satu dari hanya dua nama yang disebutkan sebagai pahlawan iman. Satunya lagi adalah Abraham. Disandingkan dengan Abraham dalam surat Yakobus, itu tentu sangat istimewa. Jika anda ingin membaca tentang iman Rahab, anda bisa membacanya dalam Yakobus 2:25.  

Bagi saya, keberadaan Rahab dalam daftar ini sangat memperkuat kesan bahwa para saksi/pahlawan iman ini bukanlah manusia super atau superhero dengan kekuatan ajaib tapi mereka adalah manusia biasa sama seperti kita. Bedanya, mereka punya iman yang kuat yang sudah teruji di saat mereka menghadapi situasi sulit dalam masa hidupnya.

(bersambung)

Monday, August 19, 2024

Kisah Rahab (1)

 Ayat bacaan: Yosua 2:9-13
==================
"Aku tahu, bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu. Sebab kami mendengar, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yang di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yang telah kamu tumpas. Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah. Maka sekarang, bersumpahlah kiranya demi TUHAN, bahwa karena aku telah berlaku ramah terhadapmu, kamu juga akan berlaku ramah terhadap kaum keluargaku; dan berikanlah kepadaku suatu tanda yang dapat dipercaya, bahwa kamu akan membiarkan hidup ayah dan ibuku, saudara-saudaraku yang laki-laki dan yang perempuan dan semua orang-orang mereka dan bahwa kamu akan menyelamatkan nyawa kami dari maut."


Apakah anda termasuk penggemar Marvel Universe? Saya rasa hampir semua generasi yang hidup di jaman sekarang suka pada film-film ini. Ada banyak superhero yang berasal dari komik keluaran Marvel. Semua punya kekuatannya sendiri, juga kelemahannya sendiri. Mereka bergabung dalam kelompok yang dinamakan The Avengers.

Kalau Marvel punya The Avengers, maka DC Comics punya Justice League, yang berisi gabungan dari superhero-superhero hasil ciptaan dari komik ini. Iron Man, Spiderman, Thor, Captain America, misalnya, itu dari Marvel, sementara Superman, Batman, Wonder Woman, itu dari DC Comics. Indonesia pun punya tokoh-tokoh superheronya sendiri seperti Gundala, Godam dan lain-lain.

Dan kita yang hidup di jaman sekarang sangat dimanjakan lewat film-film berbasiskan dua perusahaan besar komik superhero ini, karena special effect pada saat ini sudah sangat maju. Fantasi ditampilkan secara visual begitu canggih dan megah, seolah terlihat benar-benar nyata. Tokoh superhero dalam negeri pun mulai unjuk gigi di layar lebar. Siapa tahu, nanti kita bakal bisa menyaksikan para superhero dalam negeri ini bergabung menjadi satu seperti The Avengers atau Justice League. Saya yang waktu kecil mengikuti komik-komik superhero dalam negeri ini sangat menantikan hal tersebut.

Diluar para karakter fiktif dengan kemampuan superheronya, tentu saja kita juga punya pahlawan-pahlawan yang berjasa besar dalam memperjuangkan kemerdekaan. Mereka mengorbankan segalanya, termasuk nyawa mereka, agar kita, anak cucunya, bisa merasakan hidup di alam kemerdekaan, bebas dari belenggu penjajahan. Mereka bukanlah orang-orang dengan kemampuan super, melainkan manusia biasa. Dengan peralatan dan persenjataan apapun, bahkan bambu runcing mereka dengan gigih melawan dan mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Dan alangkah sangat baik apabila kita mengenang jasa-jasa mereka terlebih di saat kita merayakan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia seperti sekarang.

(bersambung)

Sunday, August 18, 2024

Keluarga Sepakat, Keluarga Bahagia (7)

 (sambungan)

Ikatan suami istri adalah ikatan kuat yang dimateraikan langsung oleh Tuhan sendiri. Yesus mengatakan "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu." (Matius 19:5-6a). Ayat ini sudah tidak asing lagi, sudah sangat familiar bahkan, tetapi masih sedikit sekali orang yang menyadari betul hal tersebut dalam membangun keluarga.

Suami istri secara fisik memang terdiri atas dua tubuh, tapi ikatan pernikahan yang dimateraikan Tuhan secara langsung membuat mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Bukan hanya dalam satu dua hal, namun dalam segala hal, termasuk dalam memutuskan sesuatu dan bersepakat dalam mengambil keputusan.

Ketika anda ingin komitmen untuk membangun dan merawat kehidupan keluarga seperti sebuah pertanian, ingatlah untuk membangun gaya hidup sepakat di dalamnya. Seperti halnya bertani, hasilnya tidak langsung jadi melainkan butuh proses. Jalani prosesnya dengan benar, nikmati setiap langkahnya, jangan langgar covenant dengan Tuhan, pegang teguh janji nikah, bersepakatlah dalam membangun mesbah keluarga, membangun keluarga yang takut akan Tuhan. Maka anda akan merasakan keindahan sebuah keluarga seperti apa yang diinginkan Tuhan untuk kita nikmati.

Keluarga yang kuat bukan lemah, keluarga yang hangat bukan dingin, keluarga yang bahagia bukan menderita. Keluarga yang bisa merasakan 'heaven on earth', bukan 'hell break loose'. Anda ingin merasakannya? Mulailah dengan membenahi hubungan dalam keluarga yang didasarkan kesepakatan untuk hidup dalam kesepakatan dengan Tuhan.

Kesepakatan antar anggota keluarga dengan melibatkan Tuhan adalah pondasi kuat sebuah keluarga

Saturday, August 17, 2024

Keluarga Sepakat, Keluarga Bahagia (6)

 (sambungan)

Kesepakatan juga bisa diibaratkan sebagai sebuah teamwork atau kerjasama tim yang harmonis. Saling dukung, saling bantu, saling dukung. Dalam pengambilan keputusan yang penting, pasangan dilibatkan, sepakat berdoa bersama dan sepakat mengambil solusi. Suami memimpin istri dan anak-anak dalam menjaga ikatan perjanjian (covenant) dengan Tuhan.

Suami istri sama-sama memegang teguh janji nikahnya, sama-sama bertanggung jawab terhadap perkembangan moral dan spirit anak. Rajin membangun mesbah keluarga sebagai sendi yang akan memperkuat seisi keluarga dalam menghadapi beragam godaan, tipuan atau penyesatan-penyesatan yang ada di dunia. Keluarga sepakat dalam Tuhan, seirama dalam melangkah.

Mungkin perselisihan atau pertengkaran kecil bisa saja terjadi di sana sini, tetapi seharusnya tidak akan membawa potensi kehancuran. Keluarga yang mendasarkan hidupnya kepada Tuhan akan kuat, kokoh dan tahan goncangan. Keluarga seperti inilah yang akan bisa berdampak besar memberkati sesamanya dan bisa merasakan kehangatan penuh kasih, sukacita dan damai sejahtera di dalamnya.

Kerjasama yang baik dalam keluarga harus melibatkan Tuhan, dimana kita sekeluarga mengikuti isi hati Tuhan dan berjalan menuju apa yang menjadi rencana Tuhan dalam hidup kita. Roh-roh perpecahan akan terus berusaha memecah belah kita, namun sebuah kesepakatan dan kerja sama tim yang kuat dalam Tuhan akan membuat kita tidak gampang diporak-porandakan iblis. Ingatlah ada Yesus ditengah-tengah kita ketika kita bersepakat bersama-sama dalam keluarga. Bukankah hal ini sungguh indah?

(bersambung)

Friday, August 16, 2024

Keluarga Sepakat, Keluarga Bahagia (5)

 (sambungan)


Dari pengalaman saya sendiri, bersepakat dalam segala hal antara suami dan istri atau kalau perlu melibatkan anak dan anggota keluarga lainnya akan menghasilkan sebuah keluarga dengan ikatan kuat dan harmonis. Hari-hari ini tidak jarang kita melihat suami dan istri berjalan terpisah.

Suami ke kiri, istri ke kanan. Istri yang tidak mendukung suami, tidak berada di sisi suaminya ketika sang suami sedang mendapat masalah. Atau sebaliknya suami yang tidak peduli kebutuhan istrinya, menganggap istrinya tidak tahu apa-apa, memutuskan segalanya sendiri. Kesibukan yang menyita waktu membuat mesbah keluarga berantakan dan terabaikan. Semua berjalan sendiri-sendiri, dan cepat atau lambat hal ini bisa membahayakan kelanggengan keharmonisan keluarga.

Padahal kesepakatan dalam keluarga itu sangat penting dalam kekristenan. Begitu pentingnya sehingga Yesus sendiri mengatakan "Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20).

Sebesar itu kuasa yang bisa ditimbulkan dari yang namanya kesepakatan. Dua atau tiga orang berkumpul, Yesus hadir, dan kesepakatan untuk meminta dalam nama Yesus akan membuat permintaan dikabulkan. Tidakkah kesepakatan itu penting jika demikian? Alangkah sayangnya jika dalam sebuah rumah tangga tidak lagi ada kesepakatan, dan itu seringkali menjadi awal dari kehancuran.

(bersambung)

Thursday, August 15, 2024

Keluarga Sepakat, Keluarga Bahagia (4)

 (sambungan)

Jatuh cinta, pacaran, nikah. Begitulah secara garis besar proses pada umumnya. Meski saling mencintai, seringkali kehidupan berumah tangga tidak serta merta berjalan mudah. Bagaimana tidak, dua orang dengan dua latar belakang, dua sifat, dua tingkah laku, dua pola pemikiran dan sebagainya seringkali membuat adanya pertentangan dalam pengambilan keputusan.

Semirip-miripnya sifat dari pasangan suami istri, tentu ada saja perbedaan di antara keduanya dan apabila ini tidak disikapi dengan baik, maka perselisihan atau pertengkaran pun bisa menjadi akibatnya. Apalagi kalau kebetulan sifat dan gaya keduanya bertolak belakang, maka potensi perselisihan pun semakin besar. Ada pula yang tidak melawan tapi di dalam merasa tertekan. Sebaliknya ada yang memberontak sehingga pertengkaran besar pun terjadi meski mungkin sumber masalahnya pada mulanya kecil. Bagai api, bisa kecil saat baru menyala tapi kemudian sanggup membakar habis sebuah hutan yang luas dan sulit sekali dipadamkan.

Lalu ada juga pasangan yang sebenarnya belum siap nikah, belum siap membentuk keluarga tapi sudah mengambil keputusan untuk itu. Ada juga yang belum sempat membangun pondasi kuat antara suami istri, anak langsung hadir. Fokus kesibukan berpindah. Belum lagi kesibukan kerja atau kegiatan masing-masing yang membuat komunikasi dan kedekatan antar suami istri terus bertambah renggang. Mungkin ketemu saja sudah jarang, apalagi ngobrol.  

Kalau sudah begini, mau bagaimana bisa sepakat? Untuk sepakat dalam hal ringan saja sudah tidak lagi, apalagi dalam pengambilan keputusan-keputusan penting yang seharusnya melibatkan Tuhan, bersepakat untu sepakat dalam Tuhan.

(bersambung)

Wednesday, August 14, 2024

Keluarga Sepakat, Keluarga Bahagia (3)

 (sambungan)

Saya sendiri sudah beberapa kali terlibat melayani keluarga di ambang kehancuran. Ada yang bahkan kambuhan. Maksudnya, setelah berhasil membuat mereka kembali rukun, pertikaian besar dan ancaman cerai bisa muncul dan muncul lagi di kemudian hari.

Dari apa yang saya lihat lewat pengalaman saya sendiri, banyak pernikahan atau keluarga hancur berawal dari pemahaman atau penetapan tujuan yang salah saat hendak membentuk keluarga. Alasan supaya bisa lebih bahagia, dapat jaminan masa depan (biasanya finansial), atau memandang pernikahan bak peternakan alias hanya cari keturunan.

Kebanyakan dari mereka ini tidak menyadari bahwa pernikahan adalah sesuatu yang harus terus diusahakan, dikerjakan, dirawat seperti halnya bertani.

Bayangkan jika anda merupakan seorang petani. Anda tentu tidak bisa mengharapkan panen baik kalau tidak terlebih dahulu menanam bibit kualitas baik di tanah gembur, disiram, kalau perlu diberi pupuk, anti hama dan sebagainya. Anda tidak menanam, maka tidak ada yang tumbuh kecuali semak ilalang atau rumput liar. Ditanam tapi tidak rajin disiram, tanaman akan sulit tumbuh. Disiram tapi tidak dirawat baik, bisa terserang hama. Disiram anti hama, disiram air tapi tanahnya tidak gembur, bakal sulit mengharapkan hasil baik.

Bagi petani, semua ini adalah kegiatan setiap hari yang harus mereka lakukan agar hasil taninya bisa mendatangkan penghasilan dan mencukupi kebutuhan keluarga. Nanti di lain waktu saya akan membahas lebih jauh mengenai kekeliruan banyak orang memandang pernikahan sebagai peternakan dan bukan pertanian. Untuk kali ini saya ingin memberi penekanan mengenai kesepakatan dan fokus kepada pentingnya kesepakatan dalam keluarga yang sepakat dalam Tuhan.

(bersambung)

Tuesday, August 13, 2024

Keluarga Sepakat, Keluarga Bahagia (2)

 (sambungan)

Ini membuat saya tambah bingung. Secara jelas Kekristenan tidak memperbolehkan cerai. Setiap pernikahan seharusnya sudah menempuh pendidikan pra-nikah, itu harusnya bisa membuat mereka bisa berpikir mau melanjutkan atau tidak sebelum disahkan. Dan kemudian saat disahkan, Tuhan sendiri yang menjadi saksi saat kita mengucapkan janji nikah. Itu jelas dikatakan dalam Maleakhi 2:14.

Kalau namanya Tuhan sendiri yang menjadi saksi, berarti seharusnya ada pertanggungjawaban yang tidak main-main di dalam sebuah pernikahan. Bentuk ikatan dengan Tuhan sendiri bertindak sebagai saksi, itu serius sekali. Ikatan perjanjian seperti ini kalau dilanggar bisa berat konsekuensinya. Kalau dengan sesama manusia saja kita bisa bermasalah besar jika melanggar perjanjian, bayangkan jika yang kita langgar adalah ikatan dengan Tuhan di dalamnya.

Lebih lanjut, menurutnya faktor yang terbanyak biasanya berikisar pada tidak ada kecocokan, tidak ada rasa lagi, kekerasan dalam rumah tangga baik fisik maupun verbal, perselingkuhan dan perilaku-perilaku buruk  dari salah satu atau keduanya. Rasa benci itu biasanya sudah terlanjur membengkak, sehingga tidak ada peluang lagi untuk rekonsiliasi atau berbaikan.

Lagi-lagi saya membayangkan alangkah ironisnya saat kedua orang tua bertikai dan berpisah dengan tidak baik-baik, anak-anak kemudian akan jadi korban. Bukan saja mereka kehilangan salah satu figur penting dalam pertumbuhan mereka, tapi biasanya seperti yang sudah saya sebut diatas, kehancuran itu bisa terjadi hingga ke mental maupun moral mereka.  

(bersambung)

Monday, August 12, 2024

Keluarga Sepakat, Keluarga Bahagia (1)

 Ayat bacaan: Matius 19:5-6a
=======================
"Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu."


Dasarnya orang berkarakter intim alias cepat akrab, saya selalu berusaha membuka percakapan dengan siapapun yang kebetulan ada di dekat saya. Pada suatu kali, saat saya sedang duduk makan, saya berkenalan dengan seseorang disebelah saya yang ternyata berprofesi sebagai pengacara. Kebetulan ia sedang santai dan juga mungkin berkarakter sama, kami pun ngobrol tentang banyak hal.

Salah satu yang kami perbincangkan adalah mengenai profesinya. Saya menanyakan kasus apa yang paling banyak ia tangani, dan ia menjawab bahwa yang paling banyak adalah kasus perceraian dan biasanya dibarengi dengan kasus pembagian harta gono gini. Kasus seperti ini mendominasi agendanya setidaknya sejak 10 an tahun terakhir.

"Saya suka heran melihat klien-klien ini. Kalau mereka bisa saling bencinya sampai seperti itu, kok bisa ya dulu mereka menikah.. bahkan sampai punya anak." katanya sambil tertawa kecil.

Saya pun jadi ikut bingung. Iya ya, kok bisa.. Apa mereka ini dulu menikah dadakan tanpa masa penjajakan dan kenalan? Atau karena dipaksa/terpaksa? Atau saking cueknya tidak pikir panjang atau anggap serius pernikahan? Menikah terlalu dini? Menikah bukan karena cinta tapi karena motif-motif atau kepentingan tertentu? Alasan orang menikah itu memang ada banyak ragamnya. Tapi saya heran, bagaimana orang yang dahulu menikah baik-baik, bisa berakhir tidak baik-baik di tengah jalan. Bagaimana kalau sudah punya anak, tidakkah mereka membayangkan kerusakan yang akan terjadi secara mental maupun moral pada buah kasih mereka?

Menariknya adalah pertanyaan berikutnya: adakah pasangan Kristen diantaranya? Menurut bapak pengacara ini bukan cuma ada, tapi banyak.

(bersambung)

Sunday, August 11, 2024

Kuasa Menikmati (8)

(sambungan)


Jangan lupa pula bahwa Yesus sudah mengingatkan kita tentang dimana kita seharusnya bergantung. "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa." (Yohanes 15:4-5).

Hendaklah kita bijaksana untuk hidup dalam ketaatan penuh kepada Tuhan, mengasihiNya sepenuh hati, memiliki hidup yang berakar di dalam Tuhan. Membuang hubungan dengan Tuhan tidak saja menghalangi berkat Tuhan tercurah buat kita, tapi juga membuat kita kehilangan kesempatan untuk memperoleh karunia untuk menikmati.

Apakah kita telah mengucap syukur dan puas terhadap segala sesuatu yang telah kita miliki? Apakah kita masih saja selalu merasa kekurangan? Apakah kita saat ini bisa menikmati hasil kerja kita atau semua itu masih saja tidak kunjung membuat kita bahagia?

Jika ini yang terjadi, sekarang waktunya untuk memperbaiki diri dan arah. Banyak atau sedikit tidak masalah, yang penting kita bisa bersukacita dan bersyukur dalam menikmati setiap berkat yang dikaruniakan Tuhan kepada kita.

Ingin bisa bahagia menikmati apa yang ada pada kita? Ingin bisa menikmati berkat Tuhan dalam hidup kita? Menikmati hubungan yang hangat dalam keluarga, menikmati hasil jerih payah dengan penuh ucapan syukur, bersukacita dengan memberkati orang lain dengan berkat yang berasal dari Tuhan, semua itu Tuhan yang punya dan selalu ingin Dia karuniakan kepada kita. Jangan salah fokus sehingga semua itu hanya akan berlalu sia-sia dan mendatangkan kemalangan serta penderitaan yang pahit.

Kekayaan tidak ada gunanya apabila kita tidak memiliki kuasa untuk menikmatinya
 

Saturday, August 10, 2024

Kuasa Menikmati (7)

 (sambungan)


Padahal Yesus sendiri sudah mengingatkan kita akan hal ini.

"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19-20).

Harta di bumi itu sifatnya fana, tidak kekal dan punya selalu punya resiko untuk ludes, musnah, sirna atau lenyap. Sekali kemalingan saja bisa hilang dalam sekejap mata. Ancamannya banyak, mulai dari ngengat, karat hingga pencuri, kata Yesus. Tapi harta di sorga, tidak ada satupun yang bisa mengambilnya dari kita.

Apakah itu berarti kita tidak boleh hidup berkecukupan atau makmur? Tentu saja boleh. Hanya saja ingat, jangan sampai fokus kita mendahulukan harta di bumi kemudian menomorduakan atau melupakan hidup dalam kebenaran sesuai Firman Tuhan. Jangan sampai kita sibuk mengejar harta kekayaan dengan segala cara, lalu terlambat untuk berpikir mengumpulkan harta di sorga.

Tidaklah heran apabila kita hanya sibuk mengumpul harta di bumi dan melupakan hubungan kita dengan Tuhan, kita bisa kehilangan segalanya termasuk kuasa untuk menikmatinya. Itu hanya akan menjadi kemalangan, kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.

(bersambung)

Friday, August 9, 2024

Kuasa Menikmati (6)

(sambungan)


Selanjutnya mari kita lihat ayat berikut ini:

"Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah." (Pengkotbah 5:19).

Kekayaan, harta benda atau berkat-berkat jasmani itu merupakan karunia Allah yang patut disyukuri. Tapi jangan lupa bahwa kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagian dan bisa bersukacita menikmati hasil jerih payah, itu pun merupakan karunia Allah pula.

Ayat ini juga berbicara jelas akan kuasa untuk menikmati sebagai karunia dari Tuhan yang tidak boleh kita abaikan atau lupakan. Jika Pengkotbah mengangkat pesan ini beberapa kali tentulah itu berarti hal ini sangat penting. Ia tentu ingin agar kita tidak melupakan dari mana kuasa menikmati itu berasal, dan memastikan agar kita tidak melewatkannya.

Kuasa inilah sebenarnya yang memampukan kita untuk bisa menikmati setiap hasil jerih payah kita dengan bersukacita. Dan itu tidak tergantung dari besaran harta yang kita miliki, melainkan dari sejauh mana kedekatan, kesetiaan dan ketaatan kita kepada Tuhan, Sang Pemberi baik berkat berbentuk fisik, kesehatan maupun sebuah kesempatan bagi kita untuk menikmati berkat-berkatNya.

Mengejar harta kekayaan di dunia dilakukan begitu banyak orang. Banyak orang tua yang sampai sekarang menginginkan anaknya untuk mencari calon suami yang kaya, tak peduli seperti apa kerohaniannya ketimbang orang yang dewasa dan matang secara iman yang takut akan Tuhan. Banyak orang yang tumbuh dewasa dengan pemahaman ini dan sulit untuk merubah paradigmanya sesuai kebenaran Kerajaan.

(bersambung)

Thursday, August 8, 2024

Kuasa Menikmati (5)

 (sambungan)


Padahal karunia menikmati adalah hal paling mendasar yang dapat membuat kita merasa bahagia. Di saat itulah kita akan merasa bahwa apa yang kita kumpulkan ternyata sia-sia adanya tanpa kehadiran karunia untuk menikmati.
Betapa malangnya, betapa menyedihkan. Betapa sia-sianya semua yang kita punya, ironis, sungguh penderitaan yang pahit, a sickening tragedy. Itulah yang disorot oleh Pengkotbah.

Lewat ayat ini sang Pengkotbah ingin memberitahukan manusia dari satu generasi ke generasi berikutnya agar jangan pernah, atau jangan sampai melupakan darimana sumber kemampuan menikmati itu berasal.

Manusia terus berusaha menjadi kaya jika mengikuti arus dunia. Berlomba-lomba dengan segala cara untuk terus menumpuk pundi-pundinya lalu melupakan satu hal yang teramat sangat penting, bahwa kuasa menikmati pun sangatlah kita perlukan.

Kalau mau direnungkan, sesungguhnya kemampuan, kuasa atau saya bisa sebut karunia menikmati ini bahkan lebih penting daripada harta, karena jika ini tidak kita miliki maka kita tidak akan bisa menikmati berkat-berkat dalam hidup kita, tak peduli seberapa berlimpahnya harta itu ada pada kita.

Itulah sebabnya ada orang-orang yang sangat kaya raya tetapi hidupnya tidak bahagia, karena mereka tidak memperoleh kuasa untuk menikmatinya. Sebaliknya ada orang-orang yang pendapatannya biasa-biasa saja, hanya secukupnya dari hari ke hari, tetapi mereka masih bisa bersyukur dan merasakan kebahagiaan yang indah bersama keluarganya.

Jadi kita butuh kuasa untuk menikmati. Dari mana kuasa itu bisa diperoleh? Tentu saja, itu merupakan karunia dari Tuhan.

(bersambung)

Wednesday, August 7, 2024

Kuasa Menikmati (4)

 (sambungan)


Kalau yang menurut dunia harta berbanding lurus dengan kebahagiaan itu benar, kenapa mereka yang saya contohkan diatas tidak merasakannya? Mengapa ada banyak orang yang hidupnya pas-pasan atau bahkan yang tengah kesulitan seperti saya tetapi bisa menikmati hidupnya dengan kebahagiaan?
Alkitab sudah menyebutkan jawabannya sejak dahulu kala. Perhatikanlah ayat berikut ini:

"Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit." (Pengkhotbah 6:1-2).

Jika kita heran bagaimana banyak orang yang sungguh kaya raya, tapi tidak bisa menikmati kekayaannya, maka itu terjawab pada ayat bacaan hari ini. Ternyata kemampuan untuk menikmati pun berasal atau bersumber dari karunia Tuhan juga.

Ketika motivasi kita beralih dari mengasihi Tuhan dan membagi berkat buat sesama yang membutuhkan kepada menimbun harta sebanyak-banyaknya tanpa pernah merasa cukup, ketika kita mulai mengorbankan waktu kita bersama Allah dan mulai fokus mencari uang sebanyak-banyaknya, pada saat itu pula kita mulai meninggalkan Tuhan. Semakin jauh hal itu terjadi, semakin jauh pula karunia-karunia pergi meninggalkan kita, termasuk karunia untuk menikmati apa yang telah kita miliki.

(bersambung)

Tuesday, August 6, 2024

Kuasa Menikmati (3)

 (sambungan)


Pada masa saya kuliah, ada seseorang yang saya kenal mendadak kaya entah dari mana. Ia tinggal tepat di depan rumah sahabat saya, jadi saya menyaksikan sendiri betapa drastis perubahannya.Tadinya tidak punya mobil dan rumah papan, dalam waktu singkat ia punya dua mobil, rumahnya menjadi sangat mewah dan sering mengadakan pesta.

Eh, tidak sampai setahun ia menderita sakit parah. Hartanya amblas dipakai untuk biaya pengobatan, dan beberapa waktu kemudian saat ia meninggal, jangankan hartanya masih tersisa, istri dan keluarganya terlilit utang dengan jumlah luar biasa besar. Dan semua ini terjadi kurang dari dua tahun.

Kalau itu terasa terlalu ekstrim, kita bisa lihat contoh-contoh sederhana dari kehidupan kita sehari-hari. Ada banyak orang yang secara materi lebih dari cukup bahkan melimpah ternyata gelisah hidupnya. Tidak bisa tidur, ketakutan kalau-kalau hartanya hilang. Ada yang terlalu sibuk mengejar harta, pergi pagi, pulang pagi, lalu keluarganya berantakan. Ada yang punya anak istri tapi tidak kunjung bisa menikmati kebahagiaan dengan keberadaan mereka dalam kehidupannya. Ada yang sibuk mencari kenikmatan sesaat diluar agar bisa merasa senang, tapi sesaat kemudian hatinya kembali hampa. Ada yang secara ekonomi sama sekali jauh dari masalah tapi hidupnya jauh dari bahagia.

Sejak pagi saat kita seharusnya memulai hari dengan sukacita, mereka memulainya dengan tidak tenang. Lihatlah semua dari mereka ini punya kesamaan. Sama-sama berkecukupan bahkan berkelimpahan secara kekayaan, tetapi tidak bisa menikmati apa yang ada pada mereka.

(bersambung)


Monday, August 5, 2024

Kuasa Menikmati (2)

 (sambungan)

Sadarilah. Dunia terus mendorong kita untuk berlomba-lomba mengejar kekayaan. Dunia menganggap kekayaan, harta benda yang kita miliki menjadi kunci jawaban dari seluruh permasalahan yang ada.

Kaya berarti anda tidak perlu lagi berpikir panjang untuk membeli sesuatu. Anda bisa pergi berlibur kemanapun anda mau tanpa perlu repot-repot mengumpul uang dulu, apalagi ngutang atau lewat pinjol alias pinjaman online.
 Rumah bisa besar, mobil yang terbaru, gadget yang terbaru atau termuktahir. Segala yang kita mau bisa kita dapatkan dengan mudah. Atau mungkin, apa yang kita ingin padahal tidak perlu pun bisa kita dapatkan langsung tanpa perlu pikir panjang kali lebar kali tinggi.

Masih bagus kalau kekayaan itu diperoleh lewat cara yang baik, benar atau halal. Tapi kKalau pada kenyataannya susah lewat jalan benar, pemikiran yang dilandasi oleh kekayaan harta benda akan membuat kita mengambil jalan yang bengkok sebagai alternatif. Yang penting kaya, yang penting menimbun harta. Itu dianggap banyak orang sebagai kunci untuk bisa menikmati hidup yang bahagia.

Tapi apakah benar demikian? Kalau kita tanyakan kepada mereka yang ditangkap karena korupsi, saya yakin sebagian dari mereka saat ini menyesali perbuatannya dan kalau bisa memundurkan waktu, mereka pasti lebih memilih untuk hidup ala kadarnya tapi jujur.

(bersambung)

Sunday, August 4, 2024

Kuasa Menikmati (1)

 Ayat bacaan: Pengkhotbah 6:1-2
=========================
"Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia:orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit."


Ada satu hal yang benar-benar saya rasakan saat tengah berada dalam kondisi keuangan yang sulit selama dua tahun terakhir. Itu adalah: saat saya mengucap syukur kepada Tuhan.

Mungkin anda bingung, kenapa saya malah menikmati dan merasakan benar mengucap syukur justu pada saat ditimpa kesulitan ekonomi? Bukankah akan mudah untuk bersyukur saat kita tengah berada dalam kelimpahan tapi susah mengucapkannya saat ada di masa-masa kekurangan? Logikanya mungkin seperti itu. Tapi saya justru merasakan betul ucapan syukur disaat seperti ini.

Kenapa? Awalnya saya pun agak bingung dengan apa yang saya rasakan. Tetapi kemudian, setelah saya merenungkannya secara khusus, saya mendapat jawabannya.

Jawabannya adalah: karena apa yang masih saya peroleh atau miliki ditengah krisis keuangan selama ini, semuanya benar-benar bisa saya nikmati. Meski sedikit atau bahkan seringkali kurang, tapi semua dalam kekurangan itu justru terasa nikmatnya, yang bisa jadi justru lebih terasa dari saat hidup masih baik-baik saja.

Masih bingung? Saya beri contoh. Misalnya, sepotong ayam. Dulu saat masih mampu, setidaknya saya makan sepotong, istri sepotong. Di saat sulit, kami hanya membeli sepotong lalu membagi dua, dan itu untuk sehari. Tapi setengah potong ayam untuk sehari itu benar-benar nikmat rasanya, dan saya bersyukur disaat sulit seperti sekarang kami masih bisa merasakan nikmatnya ayam. Sesuatu yang mungkin tidak begitu terasa pada saat kami masih mampu membeli sesuai keinginan. Dan saya sangat menikmati bersyukur.

I even really feel that every day is a gift from God. Sebuah hari baru, dimana akan ada kesempatan baru, yang masih bisa saya jalani dengan sebaik-baiknya, karena Tuhan pun sudah memberikan kesehatan dan kemampuan bagi saya untuk mengusahakannya.

Jadi, pada intinya saya menyadari bahwa dibalik semua berkat yang Tuhan bisa, mau, akan dan sudah sediakan, ada kuasa yang sangat penting untuk kita miliki agar bisa menikmatinya. Itu saya sebut dengan KUASA MENIKMATI.

(bersambung)

Saturday, August 3, 2024

Gaya Gesek Dalam Pelayanan (9)

 (sambungan)

Dalam pelayanan pertengkaran harus dihindari, dalam keluarga dan berbagai lingkungan dimana kita ada pun sama. Sesungguhnya kesabaran, kebesaran hati untuk memaafkan dan mendoakan orang yang bersalah pada kita bukanlah tergantung dari orang lain maupun situasi/kondisi melainkan tergantung keputusan kita. Bisa jadi Tuhan sedang ingin mengasah mental dan menguji iman kita dengan menempatkan orang-orang sulit untuk berada dekat dengan kita. Atau, bisa jadi pula Tuhan sedang memberi kesempatan bagi mereka untuk bertobat dan menjadikan anda sebagai penuntunnya.

Jika dalam menghadapi gesekan belum apa-apa kita sudah bereaksi dengan emosional dan mengambil tindakan-tindakan tidak dewasa, itu artinya kita belumlah menjadi pelayan yang taat terhadap tuannya. Kita harus periksa akar iman kita karena jelas buah yang dihasilkan belum baik.

Ingatlah bahwa di atas segalanya kita melayani karena mengasihi Kristus lebih dari segalanya. Taklukkanlah hal-hal lain yang mungkin merintangi pelayanan kita dengan kasih dan saling memaafkan dan fokuslah kembali pada tujuan dan visi yang sesungguhnya. Jangan biarkan motivasi menjadi kabur lalu membiarkan hal-hal negatif muncul karena adanya pergeseran arah tujuan pelayanan.

Si jahat selalu dengan senang hati mencoba merusak tujuan anda lewat hal-hal seperti ini. Seperti gaya gesekan akan muncul saat ada benda yang bersentuhan, kita pun bisa mengalami gaya gesekan yang sama setiap saat. Tapi, seperti halnya minyak pelumas yang bisa memperpanjang umur benda dengan menghindarkannya dari aus dan rusak, kita pun memiliki minyak pelumas yaitu Firman Tuhan.

Pertanyaannya, apakah kita mau memberi minyak pelumas atau membiarkan gesekan itu terjadi pada dua permukaan keras sampai panas dan api terpercik disana? Itu tergantung kita.

"Peace is not the absence of conflict, but the ability to cope with it" - Dorothy Thomas




Friday, August 2, 2024

Gaya Gesek Dalam Pelayanan (8)

 (sambungan)

Bayangkan kalau diantara pelayan Tuhan saja saling bertengkar, mau bagaimana bisa menuntun orang lain untuk mengenal kebenaran, dengan lemah lembut pula? Bayangkan saat Tuhan buka kesempatan bagi seseorang untuk bertobat, tapi tidak ada satupun dari kita yang siap karena pada sibuk bertengkar dan saling benci? Kalau anda ada di posisi Tuhan yang sudah menganugerahi keselamatan bagi semua orang, memberi berkat dan rahmat yang baru setiap pagi, memberi kasih setia yang tak terbatas panjang, lebar dan besarnya, tapi yang diberi masih belum mampu menundukkan dirinya, bagaimana reaksi anda?

Orang-orang menjengkelkan mungkin akan terus ada. Orang yang dengan gampang mengkritik dengan cara yang kurang pantas bisa terus berada di sekitar kita.
Perselisihan dalam pelayanan bisa terjadi kapan saja. Gesekan-gesekan akan selalu ada ketika kita berada dalam sekelompok orang yang sama setiap hari. Itu sangat wajar.

Gesekan menimbulkan panas, itu benar. Tetapi yang harus kita perhatikan adalah sikap hati kita dalam menghadapi hal itu. Daripada membiarkan diri panas dan aus karena terus bergesek keras dengan mereka, lebih baik bersabar, maafkan dan doakan mereka. Kalaupun memang mereka keterlaluan, bicaralah baik-baik tanpa mengganggu pelayanan. Jangan biarkan emosi atau kemarahan mengalahkan dan menjauhkan anda dari tugas utama anda sebagai murid Kristus.

(bersambung)

Thursday, August 1, 2024

Gaya Gesek Dalam Pelayanan (7)

 (sambungan)

Kita bisa meneladani mereka, seperti yang diingatkan oleh Yakobus. "Saudara-saudara, turutilah teladan penderitaan dan kesabaran para nabi yang telah berbicara demi nama Tuhan." (Yakobus 5:10). Kedatangan Yesus ke dunia pun tidak lepas dari berbagai penderitaan. Tapi karena kasihNya yang luar biasa besar bagi kita, Dia menggenapkan kehendak Bapa hingga tuntas, mati di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa kita.

Lantas bagaimana jika  gesekan atau perselisihan sudah terlanjur terjadi?

Yang terbaik adalah berusaha secepatnya untuk berdamai dan saling memaafkan. Kembali kepada tujuan semula dan belajar untuk saling lebih mengerti serta menghormati satu sama lain. Meski beda sifat, gaya dan cara, belajarlah untuk memikirkan orang lain sebelum kita berbuat atau mengatakan sesuatu. Dan, hendaknya bisa sehati sepikir dalam persatuan yang erat.

Itu tepat seperti apa yang diingatkan oleh Paulus agar menghindarkan diri dari perpecahan. "Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir." (1 Korintus 1:10).

Seperti halnya Tuhan selalu siap membukakan pintu pengampunanNya bagi kita, demikian pula kita harus selalu siap untuk saling memaafkan satu sama lain. "Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu." (Efesus 4:32).

Dengarkan pula nasihat Paulus kepada Timotius berikut: "sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran." (2 Timotius 2:24-25).

(bersambung)

Menjalankan Amanat Agung (4)

 (sambungan) Padahal kita memiliki tugasnya sendiri-sendiri. Paulus menggambarkannya seperti ini: "Sebab sama seperti pada satu tubuh k...