Thursday, August 15, 2024

Keluarga Sepakat, Keluarga Bahagia (4)

 (sambungan)

Jatuh cinta, pacaran, nikah. Begitulah secara garis besar proses pada umumnya. Meski saling mencintai, seringkali kehidupan berumah tangga tidak serta merta berjalan mudah. Bagaimana tidak, dua orang dengan dua latar belakang, dua sifat, dua tingkah laku, dua pola pemikiran dan sebagainya seringkali membuat adanya pertentangan dalam pengambilan keputusan.

Semirip-miripnya sifat dari pasangan suami istri, tentu ada saja perbedaan di antara keduanya dan apabila ini tidak disikapi dengan baik, maka perselisihan atau pertengkaran pun bisa menjadi akibatnya. Apalagi kalau kebetulan sifat dan gaya keduanya bertolak belakang, maka potensi perselisihan pun semakin besar. Ada pula yang tidak melawan tapi di dalam merasa tertekan. Sebaliknya ada yang memberontak sehingga pertengkaran besar pun terjadi meski mungkin sumber masalahnya pada mulanya kecil. Bagai api, bisa kecil saat baru menyala tapi kemudian sanggup membakar habis sebuah hutan yang luas dan sulit sekali dipadamkan.

Lalu ada juga pasangan yang sebenarnya belum siap nikah, belum siap membentuk keluarga tapi sudah mengambil keputusan untuk itu. Ada juga yang belum sempat membangun pondasi kuat antara suami istri, anak langsung hadir. Fokus kesibukan berpindah. Belum lagi kesibukan kerja atau kegiatan masing-masing yang membuat komunikasi dan kedekatan antar suami istri terus bertambah renggang. Mungkin ketemu saja sudah jarang, apalagi ngobrol.  

Kalau sudah begini, mau bagaimana bisa sepakat? Untuk sepakat dalam hal ringan saja sudah tidak lagi, apalagi dalam pengambilan keputusan-keputusan penting yang seharusnya melibatkan Tuhan, bersepakat untu sepakat dalam Tuhan.

(bersambung)

No comments:

Menjalankan Amanat Agung (6)

 (sambungan) Paulus tidak menutup diri dan tidak berhenti melayani. Ia membuka rumahnya seluas-luasnya bagi semua orang tanpa terkecuali, me...