Friday, September 20, 2024

Bandel atau Taat? (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 1:12
=========================
"Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya"


Anak saya perempuan, sekarang berusia 5 tahun. Meski perempuan, ia termasuk anak yang sangat aktif dan cerewet sejak balita. Lari sana, lari sini, panjat sana, panjat sini, suaranya kedengaran dimana-mana hampir setiap saat. Saya masih ingat waktu masih berusia 2 tahun, saya terperanjat kaget karena ia ternyata diam-diam memanjat tangga bambu dan sudah sampai ke atas. Padahal baru sebentar saja saya lengah, dan dia sudah ada di puncak tangga bambu yang cuma disandarkan di dinding.

Kalau soal jatuh, itu seperti makanan sehari-hari saja. Mau di sekolah, di rumah, dimanapun, ia seolah tidak mungkin duduk tenang. Untungnya meski ia tidak bisa diam, pelajaran dan tugas-tugas di sekolah selalu ia serap dan selesaikan dengan baik. Hanya saja dia punya asma, itu artinya ia tidak boleh kecapaian. Apalagi kalau cuaca sedang buruk, karena ia alergi cuaca maka alerginya bisa kumat tiba-tiba. Dan kalau sudah begitu, kami pun mencoba meredam kesibukannya bergerak sana sini. Di satu sisi kami tidak boleh membuatnya merasa salah kalau beraktifitas fisik, tapi di sisi lain kami juga harus mengingatkannya agar asmanya tidak sampai kumat.

Untungnya, meski ia termasuk anak yang sangat aktif bergerak, ia bukan tipe ceroboh. Ia selalu berhati-hati misalnya saat naik turun tangga, saat berjalan di jalan ramai dan sebagainya, sehingga sejauh ini luka-luka lecetnya minimalis. Ia pun termasuk anak yang penurut. Benar, ia terkadang beragumen, mencoba membantah, tapi semua masih sesuai usianya yang memang sedang mencoba mengekspresikan dirinya dan belajar mengontrol emosi.

Saya sulit membayangkan bagaimana pontang panting dan kalang kabutnya kami sebagai orang tuanya apabila ia bertipe keras kepala, bandel dan sulit diatur/diingatkan. Kemarin istri saya berseloroh berkata, seandainya ia termasuk anak yang tidak bisa dibilangi, melawan kalau diingatkan atau ditegur, entah bagaimana lagi letihnya kami. "Untungnya dia punya telinga yang berfungsi baik mendengar kita ya," kata istri saya sambil tertawa. Ya, itu membuat kami bersyukur, karena pada kenyataannya ada banyak anak yang karakternya lebih keras, ada yang cenderung ceroboh, dan sebagai orang tua dari karakter seperti ini tentu tantangannya jauh lebih besar.

(bersambung)

No comments:

Lanjutan Sukacita Kedua (7)

 (sambungan) Jangan bergembira karena roh-roh jahat itu takluk, tapi bersukacitalah justru karena itu berarti nama kita tercatat di surga. S...