Friday, September 27, 2024

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (1)

 Ayat bacaan: Lukas 6:36
==================
"Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."


Ada artikel menarik yan pernah saya baca tentang sebuah biara tua berusia sekitar 9 abad yang terletak disekitar belahan utara pegunungan Alpen. Di sana ada sebuah mata air yang keluar dari sisi bukit. Aliran air tersebut dialirkan melalui sebatang pohon yang sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga mirip bentuknya seperti pipa. Batangan pohon tersebut bersambung dengan batangan pohon lainnya, begitu seterusnya. Derasnya aliran air yang mengalir melalui sambungan batang pohon ini membuat suara gemericik yang kemudian menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung kesana.

Menariknya, disana terdapat sebuah tulisan dalam bahasa Jerman yang kalau diterjemahkan berbunyi kurang lebih begini: "Kalau ada orang yang datang dan meminum air ini, akankah mereka berterima kasih? Tapi, tidak apa-apa, karena biar bagaimanapun saya akan terus mengalir dan bergemericik. Betapa indah dan sederhananya hidup saya: saya memberi dan terus memberi."

Saya pikir siapapun yang membuat tulisan ini secara luar biasa menggugah hati siapapun yang membacanya. Betapa indah dan sederhananya hidup yang memberi dan terus memberi. Bukan hidup yang terus meminta dan menerima tanpa pernah mau memberi. Memberi yang didasari keikhlasan hati dan kasih, bukan memberi yang mengharapkan pamrih. Atau, memberi bukan hanya saat kita berlebih, tapi terlebih memberi di saat kita pas-pasan atau bahkan kekurangan.

Apalagi, memberi bukan hanya kepada yang kita kenal, bukan memberi hanya sebagai imbalan balas jasa, atau memberi karena yang diberi berbuat baik, tapi bahkan bersedia memberi kepada mereka yang jahat. Saya berpikir, mata air yang sudah berabad-abad itu terus mengalir tanpa memperhitungkan siapa yang menggunakannya. Dia tidak peduli siapa yang datang, apa latar belakangnya, apakah mereka berterima kasih atau tidak, ia hanya tahu satu hal: terus mengalir dan memberkati siapapun yang menghampirinya. Terus begitu, dan terus begitu. Itu buat saya, indah sekali, mencerahkan dan menginspirasi.

(bersambung)

No comments:

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (2)

 (sambungan) Saya kemudian sampai pada sebuah pertanyaan: kapan kita bisa memberi buat orang lain? Atau pertanyaannya dipertajam, harus bera...