Tuesday, September 17, 2024

Menjalankan Amanat Agung (5)

 (sambungan)

Di dalam penjara sekalipun ia terus menulis surat untuk jemaat-jemaat. Sulit bagi kita untuk membayangkan seperti apa jadinya kita tanpa adanya Paulus. Ia ditangkap, didera, disiksa, dan menunggu waktu dieksekusi, bagi sebagian besar orang apa yang dialami Paulus mungkin akan dianggap sebagai akhir dari pelayanan. Bukankah secara manusiawi kesulitan bisa membuat kita patah semangat, putus asa lalu menyerah?

Tapi tidaklah demikian bagi Paulus. Dia tidak memandang halangan sebagai akhir dari segalanya. Justru Paulus memandang keterbatasan-keterbatasannya bergerak sebagai sebuah kesempatan. Kemanapun ia pergi, apapun resiko yang ia hadapi, seperti apapun keadaan yang ia hadapi, ia terus maju menjangkau banyak jiwa, meski jiwanya sendiri harus rela ia korbankan.

Salah satu contoh keseriusan Paulus dalam melayani bisa kita lihat lebih jauh saat ia berada di Roma. Saat itu ia dikawal dan diawasi oleh seorang prajurit. Tetapi untunglah ia masih diijinkan untuk menyewa sebuah rumah sendiri meski harus tetap hidup dalam pengawasan alias menjadi tahanan rumah.

"Setelah kami tiba di Roma, Paulus diperbolehkan tinggal dalam rumah sendiri bersama-sama seorang prajurit yang mengawalnya." (Kisah Para Rasul 28:16).

Keterbatasan gerak sebagai tahanan rumah yang dialami Paulus ternyata tidak menghentikannya. Dalam beberapa ayat berikutnya kita bisa melihat ia tetap beraktivitas seperti sebelumnya. "Dan Paulus tinggal dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri itu; ia menerima semua orang yang datang kepadanya. Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus." (ay 30-31).

(bersambung)

No comments:

Menjalankan Amanat Agung (7)

 (sambungan) Semakin sulit orangnya maka pengorbanan yang diperlukan akan semakin besar, tapi lakukanlah dengan sukacita dengan didasari bel...