Thursday, October 31, 2024

Sukacita Kedua (4)

 (sambungan)

Akan hal ini, mari kita lihat sekali lagi peristiwa heroik sekaligus meragukan dari empat orang yang menggotong sahabat mereka yang lumpuh untuk bertemu dengan Tuhan. Semoga teman-teman belum bosan melihat lagi kisah ini, karena ada sisi lain yang rasanya jarang diulas dan ini berasal dari perenungan saya.

Kisah ini setidaknya tertulis dalam Injil Matius, Markus dan Lukas. Saat itu Yesus tengah berada di Kapernaum. Mendengar Yesus ada di sana, orang pun datang berkerumun. Yesus pun mulai mengajar. Injil Lukas mencatat bahwa bukan hanya rakyat yang datang, tapi ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat juga yang turut mendengarkan. Mereka ini datang dari semua desa di Galilea, Yudea dan Yerusalem. (ay 17). Masih di ayat yang sama dikatakan bahwa "kuasa Tuhan menyertai Yesus sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit."

Lalu terjadilah kisah heroik dan mengharukan itu. Datanglah seorang lumpuh yang digotong oleh beberapa temannya. Berapa orang yang menggotong? Injil Markus menyebutkan berapa jumlahnya, yaitu empat orang (2:3).

Tapi ternyata yang terjadi tidaklah semudah itu. Mereka tidak dapat langsung bertemu Yesus karena ayat sebelumnya mengatakan disana sudah tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Dan yang terjadi selanjutnya menunjukkan bagaimana determinasi yang dimiliki oleh keempat orang ini demi menolong sahabat mereka yang lumpuh.

"Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus." (Lukas 5:19).

(bersambung)

Wednesday, October 30, 2024

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan)

Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama lebih dari 20 tahun. 20 tahun lalu, ia bertobat setelah mendengar apa yang terjadi pada saya. Bagaimana saya mengalami rentetan pengalaman spiritual hingga bertemu Yesus. Mungkin melihat saya yang modelnya luar biasa bandel dan keras kepala bisa bertobat seperti itu, ia tergerak pula untuk mengikuti jejak saya. Hebatnya, ia bergerak jauh lebih dibanding saya. Ia mengambil sekolah Alkitab kemudian menjadi pendeta.

20 tahun lebih berlalu, ia masih tetap setia melayani. Kami masih suka bertukar cerita, berbagi pengalaman dan saling menguatkan. Setelah selesai berbincang via telepon, saya merasakan sebuah sukacita. Sukacita yang kali ini bukan berasal dari diri saya melainkan dari diri teman saya. Sukacita itu hadir melihat bagaimana setelah ia bertobat, ia terus aktif melayani dengan penuh semangat. Dan saya menyebutnya sebagai jenis sukacita kedua.


Bagaimana reaksi kita saat kita melihat ada orang yang dijamah Tuhan, saat ada pertobatan, saat ada yang mengalami mukjizat? Apakah kita turut bergembira dan bersukacita bersama mereka atau kita malah iri melihatnya? Pertanyaan selanjutnya, apakah kita berpikir untuk bisa menghadirkan itu semua pada orang lain lewat kita? Apakah kita mau berusaha melakukan sesuatu untuk itu?

Lantas yang perlu juga kita renungkan, apakah saat orang lain mengalami kuasa Tuhan tapi sedikit banyak merugikan kita, apakah kita bisa tetap bersukacita bagi mereka atau kita marah dan menuntut mereka? Merugikan kita? Mungkin terdengar sedikit aneh, tapi itu bisa terjadi.

(bersambung)

Tuesday, October 29, 2024

Sukacita Kedua (2)

 (sambungan)

Saya terus berproses untuk tetap bisa bersukacita dalam pengertian yang sungguh-sungguh, bukan pura-pura, meski himpitan beban hidup bagai membuat saya sesak nafas. Saya terus mengingatkan hati dan pikiran saya bahwa sukacita itu seharusnya tidak memandang pada kesulitan-kesulitan dalam hidup, melainkan mengarahkan pandangan saya untuk tertuju pada Bapa.

Saya harus terus melatih mata hati dan pikiran saya untuk memandang kepadaNya, juga memandang kepada putri saya yang lucu dan pintar, istri saya tersayang, dan segala apa yang masih Tuhan percayakan untuk kami punyai. Sebagai manusia biasa, ada kalanya saya merasa down, tapi saya tidak akan membiarkannya berlarut-larut, atau berlama-lama.

Saya terus melatih diri untuk bisa merasakan sebuah sukacita yang Tuhan ingin kita miliki, yaitu sebuah sukacita yang tidak terpengaruh oleh apapun yang tengah dialami saat ini. Sukacita sejati sesungguhnya berasal dari Tuhan, karena Tuhan dan tidak tergantung dari situasi dan kondisi yang sedang dihadapi.

Lewat momen-momen perenungan, saya kemudian juga menyadari bahwa sukacita sebagai sebuah kemampuan luar biasa yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Coba bayangkan kalau kita tidak dianugerahi rasa sukacita. Suram, kelam, sedih, perih, lantas takut, kalut, cemas, kuatir terus menerus, itu tentu tidak enak sama sekali.

Tentu saja sukacita akan jauh lebih mudah dirasakan saat hidup sedang berada dalam keadaan baik. Tanpa masalah, tanpa pergumulan, tanpa kendala. Baik ketika tidak mengalami masalah maupun karena merasakan kehadiran Tuhan, orang yang bersukacita akan mudah terlihat dari raut mukanya.

Senyum merekah, hati riang dan hidup pun terasa ceria. Ini adalah reaksi normal dari orang yang sedang berbahagia, atau bersukacita. Dan saya mau bisa tetap seperti itu tanpa terpengaruh situasi sulit yang sepertinya belum mau beranjak pergi dari hidup saya. Sekali lagi, saya terus latih diri saya untuk tidak salah mengarahkan pandangan. Bukan kepada masalah tetapi kepada Tuhan yang saya percaya tidak akan pernah meninggalkan kami.

Hari ini, saya menyadari satu hal, yaitu bahwa semua sukacita seperti ini adalah jenis sukacita pertama. Sukacita pertama? Ya, saya menyebutnya seperti itu. Lantas, kalau ada  sukacita pertama, tentu ada sukacita kedua. Seperti apa bentuk sukacita kedua?


(bersambung)

Monday, October 28, 2024

Sukacita Kedua (1)

 Ayat bacaan: Lukas 5:19
==================
"Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. "


Belakangan ini saya merasa bahwa otot-otot iman saya tengah digembleng habis-habisan. Bukan hanya dalam hal tetap memegang teguh pengharapan dan kuat saat berada di masa kesukaran, tetapi terlebih dalam hal sukacita.

Ada kalanya saya sudah benar-benar kehilangan mood untuk bisa tetap ceria, tapi mau tidak mau saya harus tetap bisa ceria dan ramah dalam melayani pembeli, dan tentu saja, saat saya pulang ke rumah dan 'ditodong' putri tercinta saya untuk bermain bersamanya. "Hore papa pulang! Ayo main, pa." Begitulah sambutannya begitu melihat saya ada di depan pintu. Terkadang saya sudah merasa terlalu letih, baik fisik maupun mental, kalau ditanya saya lebih memilih untuk bisa langsung beristirahat, calling it a day and look forward to a new day with new chance tomorrow. Tapi bagaimana mungkin saya bisa mengecewakannya?

Dan kemarin, saat anak saya memimpin doa sebelum tidur, saya sempat kaget sekaligus terharu. Ia membuka doanya dengan "Tuhan Yesus, terima kasih karena hari ini saya bisa bermain lama sama papa. Terima kasih sudah mendengarkan doa saya tadi malam."

Itu membuat saya kaget, karena saya tidak menyangka bahwa ia ternyata secara khusus berdoa agar ia dapat kesempatan untuk bisa bermain bersama saya dalam jangka waktu yang cukup untuk membuatnya puas. Saya pun merasa lega bahwa saya tidak menolak untuk meluangkan waktu bersamanya meski saya merasa sangat letih dari segala arah. Dan itu mendatangkan sukacita dalam hati saya.

(bersambung)

Sunday, October 27, 2024

Rekan Setim Tuhan (7)

 (sambungan)

Seperti kisah di atas, si lumpuh tidak akan sembuh kalau tidak ada kerjasama yang padu dari keempat temannya, tapi meski ia ditolong temannya, ia tetap tidak sembuh apabila tidak ada Tuhan dilibatkan disana. Lihatlah sebuah kerjasama antar manusia yang melibatkan Tuhan, membangun network dan teamwork dengan Tuhan, itu akan membawa hasil luar biasa.

Jangan bersikap sombong dan selalu mau menang sendiri, jangan bersikap antipati, saling curiga dan memusuhi seperti sebagian orang yang tidak mengenal Kristus, tapi ingatlah bahwa kita diajar unuk selalu bersikap rendah hati, lembut dan sabar, serta menyatakan kasih kita kepada sesama manusia dengan jalan saling membantu. (Efesus 4:2).

Sesuai dengan hakekat manusia sebagai mahluk sosial, demikianlah kita diciptakan Tuhan, hendaklah kita peka terhadap keadaan sesama manusia setidaknya yang berada di sekitar kita. Bantulah mereka jika butuh, karena dengan itulah kita memenuhi hukum Kristus. Menjadi terang dan garam. Suatu waktu nanti kita pun akan butuh bantuan orang lain, dan di saat itu orang lain akan menjadi berkat buat anda. Libatkan Tuhan di dalamnya untuk ambil bagian, dan lihatlah bedanya.

Kerjasama antar manusia yang terjalin kompak dan kemudian terjalin pula secara harmonis dengan Tuhan akan mendatangkan mukjizat yang luar biasa.

Kerjasama yang melibatkan Tuhan akan membawa hasil luar biasa

Saturday, October 26, 2024

Rekan Setim Tuhan (6)

 (sambungan)

Jangan cuek, jangan menutup mata dari permasalahan saudaramu. Ingatlah bahwa meski Tuhan mampu menurunkan mukjizatNya secara langsung, namun di sisi lain Tuhan pun bisa memakai anda! Tuhan sangat ingin membangun teamwork bersama anak-anakNya. Tuhan ingin kita menjadi rekan sekerjaNya, rekan satu tim.

Saling tolong menolong menunjukkan sikap mengasihi, dan ini sesuai dengan hukum Kristus. Kepada jemaat Roma pun Paulus mengingatkan hal yang sama. "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya." (Roma 15:1-2).

Sudah saatnya kita berhenti untuk mencari kesenangan atau kepuasan diri sendiri saja. Sekarang waktunya bagi kita untuk mulai peduli pada keadaan di sekitar kita. Ada begitu banyak orang yang sedang membutuhkan uluran tangan. Bahkan ada banyak orang yang belum mengenal siapa Yesus sesungguhnya.

Bertolong-tolonglah. Bekerjasamalah. Bersepakatlah. Baik dalam pekerjaan maupun pelayanan. Dan diatasnya, lakukanlah semua dalam nama Yesus, dimana dalam setiap kerjasama yang anda lakukan, ada Tuhan yang dilibatkan dan dimuliakan di dalamnya.


(bersambung)

Friday, October 25, 2024

Rekan Setim Tuhan (5)

 (sambungan)

Perhatikan ketika Yesus mengutus kedua belas rasulnya untuk melakukan tugas pelayanan. "Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua." (Markus 6:7a). Tuhan Yesus tidak mengutus mereka sendiri-sendiri, atau membiarkan mereka menentukan sendiri, tapi secara spesifik Yesus mengutus mereka berpasangan. Yesus tahu betul bahwa manusia punya keterbatasan dan tergolong lemah, sehingga jika mereka pergi berdua, ada satu yang akan menguatkan seandainya yang satu menjadi lemah. Dari sini kita pun bisa melihat bahwa Tuhan menginginkan bentuk kerjasama di antara anak-anakNya.

Dalam ayat selanjutnya Yesus malah berpesan agar mereka tidak membawa apa-apa. Tidak bekal, tidak uang, tidak juga baju ganti. Hanya tongkat yang Dia ijinkan (ay 8).  

Apa yang saya tangkap dari kisah ini adalah sebuah penekanan dari Tuhan bahwa kerjasama di antara manusia itu akan mampu mengatasi masalah yang bisa jadi pada suatu ketika akan merintangi jalan kita menuju kesuksesan. Selengkap dan sekaya atau sepintar apapun seorang manusia, semua itu tidaklah berguna apabila hidup sendirian. Namun adanya kesepakatan dan keakraban dengan sesama manusia lainnya, itu akan membawa manfaat yang jauh lebih besar daripada kelengkapan secara harta, materi, intelegensia dan sebagainya.

Kita pun sampai pada sebuah pertanyaan: sudahkah kita peduli pada saudara-saudara kita yang mungkin sedang melemah baik fisik maupun rohaninya? Rasul Paulus mengingatkan "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2).

(bersambung)

Thursday, October 24, 2024

Rekan Setim Tuhan (4)

 (sambungan)

Setelah kemarin saya menyinggung bagaimana kerjasama yang terjalin erat antara beberapa orang ternyata mampu mendatangkan hasil yang luar biasa, dari kisah ini kita juga bisa melihat bagaimana keterlibatan Tuhan dalam sebuah kerjasama membawa sebuah hasil yang luar biasa pula.

Pertama, lihatlah ada empat orang mengusung orang lumpuh di atas tempat tidur, membawanya ke atas atap lalu menurunkannya. Tidak ada catatan bahwa si lumpuh terguling jatuh. Yang ada, Alkitab mencatat dengan jelas bahwa Yesus menyembuhkannya. Artinya, ke empat-empatnya tentu bekerjasama dengan baik untuk menjaga kasur itu tetap seimbang. Tanpa kerjasama yang baik, niscaya si lumpuh akan terbanting ke bawah.

Di sisi lain, apabila itu dilakukan tanpa adanya campur tangan Kristus, si lumpuh tidak akan pernah sembuh. Ia mungkin turun ke bawah dari atap dengan selamat, tapi ia akan tetap lumpuh tanpa keberadaan dan jamahan Tuhan disana. Inilah satu  bentuk kerjasama dengan melibatkan Tuhan yang menghasilkan kesembuhan atau keselamatan. Begitu besar dampak yang bisa dihasilkan lewat sebuah kerjasama.

Tidak ada manusia yang sanggup bertahan hidup dengan baik apalagi mengalami peningkatan kalau hanya sendirian. Kita sejak semula diciptakan sebagai mahluk sosial yang hidup dengan berinteraksi dengan sekitar kita. Yesus pun sangat paham dengan hal ini.

(bersambung)

Wednesday, October 23, 2024

Rekan Setim Tuhan (3)

 (sambungan)

Alkitab menyatakan bahwa mereka ternyata mengambil sebuah keputusan yang terbilang berani atau lebih tepatnya nekad. Inilah yang tertulis disana:

"Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus." (Lukas 5:19)

Dari versi Markus dikatakan bahwa yang menggotong sang teman yang lumpuh berjumlah empat orang. (Markus 2:3).

Mereka melakukan sesuatu yang sebenarnya sulit untuk diterima akal sehat. Bayangkan, pertama-tama mereka harus membawa teman mereka yang lumpuh untuk naik ke atas atap. Itu sudah sangat sulit. Lalu mereka harus membongkar atap itu dan secara perlahan menurunkan sahabat mereka yang lumpuh tepat di depan Yesus. (Lukas 5:19).

Itupun sebuah hal yang pastinya jauh dari mudah untuk dilakukan. Jika kasur itu diturunkan tidak seimbang oleh keempat-empat sahabat itu, tentu rekan mereka yang lumpuh akan jatuh jungkir balik ke bawah. Bukannya sembuh dari lumpuh tapi malah bertambah sakitnya, atau bisa jadi tewas terjatuh. Tetapi lihatlah besar kasih mereka terhadap teman yang lumpuh sehingga mereka rela untuk bersusah-susah melakukannya. Hasilnya? Mereka berhasil. Dan Tuhan Yesus memberi kesembuhan atasnya.

(bersambung)

Tuesday, October 22, 2024

Rekan Setim Tuhan (2)

 (sambungan)

Menjaga keseimbangan di atas sepatu roda bisa jadi sudah sulit. Tapi bagaimana dengan menjaga keseimbangan atas satu orang yang ditaruh diatas kasur oleh empat orang, dimana orang tersebut harus diturunkan dengan tali dari atap ke bawah? Saya rasa itu lebih sulit lagi.

Empat orang menggotong tandu untuk mengangkat dan membawa orang sakit, itu biasa. Tapi bagaimana kalau mereka bukan cuma berjalan, bukan mendaki, tapi mengangkat orang tandu berisi orang sakit itu naik ke atas atap lalu menurunkan pakai tali pelan-pelan? Itu juga tentu luar biasa. Apalagi kalau dilakukan oleh orang biasa alias bukan atlit profesional atau anggota sirkus. Tapi itulah persisnya yang terjadi pada suatu masa ketika Yesus turun ke bumi.

Melanjutkan renungan terdahulu, kemarin kita sudah melihat kejadian heroik dan mengharukan itu dan aplikasinya terhadap pentingnya network dan teamwork untuk bisa bertumbuh maju. Hari ini saya ingin mengambil lagi kisah ini dan membahas dari sudut lain.

Mari kita lihat kembali kejadiannya dengan singkat. Ada seseorang yang menderita kelumpuhan. Ia ingin bertemu dengan Yesus agar bisa sembuh. Karena tidak bisa jalan, ia digotong oleh keempat sahabatnya untuk menuju ke sebuah rumah di Kapernaum, dimana Yesus pada saat itu tengah berada.

Tapi usaha mereka tampaknya sulit untuk diwujudkan, karena pada saat itu kerumunan orang menutupi jalan mereka menuju Yesus di dalam rumah. Apakah mereka lantas mundur teratur dan pulang lagi? Atau marah kepada kerumunan orang disana, mendorong orang disana satu persatu dan memaksa agar bisa masuk?

(bersambung)

Monday, October 21, 2024

Rekan Setim Tuhan (1)

 Ayat bacaan: Lukas 5:19
====================
"Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus."


Menjelang memasuki usia 5 tahun, anak saya minta sepatu roda (roller skate) sebagai hadiah ulang tahunnya. Anak ini memang unik, karena sejak berusia 3 tahun ia selalu secara detail meminta apa yang ia inginkan sebagai kado ulang tahun, tema kue ulang tahun atau kado Natalnya, dan tidak berubah hingga hari H.

Saya mulanya sempat ragu, karena usianya masih sangat kecil. Mana mungkin ia bisa mengatur keseimbangan naik sepatu roda dengan deretan roda setipis itu? Nanti kalau jatuh malah cari penyakit saja. Begitu yang saya pikir. Tapi istri saya mengingatkan bahwa dulu di usia 3 saja ketika dibelikan balanced bike alias sepeda roda dua tanpa pedal ia dengan cepat menguasai keseimbangannya. "Jangan remehkan kemampuan keseimbangannya, sepertinya ia malah lebih bagus dari kamu." kata istri saya sambil tertawa kecil. Mother knows best, baiklah saya setuju.

Dan ternyata istri saya benar. Ia hanya butuh sekitar satu jam untuk membiasakan diri berdiri dan berjalan di atas sepatu rodanya, lalu tiba-tiba ia sudah mulai bisa meluncur sedikit-sedikit. Saya pikir, kemampuan motoriknya yang bagus disertai tekad dan semangatnya belajar membuatnya bisa cepat sekali menguasai penggunaan sepatu rodanya.

Hal yang lucu sekaligus membuat saya bangga, ia pun berkata: "jangan lupa pa, karena saya terus berdoa untuk sepatu roda ini, dan Tuhan Yesus kasih, itu artinya Dia tahu saya akan bisa. Dan Tuhan Yesus juga pasti jaga saya." katanya.

Di saat saya ragu dan kebanyakan berpikir saat hendak membeli, ia bisa meyakini kuasa doa dan percaya penuh pada Tuhan. Tampaknya sebentar lagi saya harus belajar mengenai iman darinya.

(bersambung)

Sunday, October 20, 2024

Kerjasama Tim (10)

 (sambungan)

Jangan korbankan saat teduh dan membina hubungan dengan Tuhan hanya karena sibuk bekerja, tapi jangan pula hanya duduk diam di rumah melakukan saat teduh terus menerus tapi tidak melakukan apa-apa. Semua harus dilakukan secara seimbang,  terintegrasi dan berkesinambungan.

Penting bagi kita untuk membangun teamwork yang solid atau kokoh dan terus memperluas network kita. Tanpa itu semua kita akan stagnan, berjalan di tempat dan tidak akan pernah bisa maju dalam segala hal, bisa jadi malah mundur.

Kesombongan, menutup diri atau merasa diri paling hebat haruslah kita tinggalkan secepat mungkin agar kita bisa melakukan hal itu. Menjadi pribadi yang rendah hati, penuh kasih akan membuat kita bisa mengulurkan jabat persahabatan dengan lebih banyak orang tanpa terkecuali dan itu sangatlah menentukan arah kesuksesan kita ke depannya.

Belajarlah dari kisah orang lumpuh dengan keempat temannya ini dan jadilah orang-orang yang sukses dengan network luas dan teamwork kuat.

Without extending your network and building a solid teamwork you won't go anywhere


Saturday, October 19, 2024

Kerjasama Tim (9)

 (sambungan)

3. Dibutuhkan keseimbangan atau balance dalam sebuah proses

Jika kita fokus hanya pada satu titik dan mengabaikan hal-hal lain, hidup tidak akan pernah bisa berjalan dengan baik. Jika anda hanya membaca alkitab tapi tidak bekerja, atau sebaliknya hidup membanting tulang dari kemampuan diri sendiri tanpa ditopang firman Tuhan untuk menguatkan dan membimbing anda, itu tidak akan membawa hasil apa-apa.

Jika anda hanya berdoa tanpa melakukan apapun, atau  sebaliknya mengabaikan pentingnya doa dan hanya berjuang saja, itu pun akan sia-sia.

Sebuah pepatah latin terkenal mengingatkan kita akan hal ini: Ora et labora. Ora et labora artinya berdoa dan bekerja. Itu harus dilakukan bersama-sama dengan seimbang. Keduanya akan sangat memegang peranan penting, dan hanya akan optimal hasilnya jika terintegrasi. Itu yang saya petik dari berbagai pengalaman dalam hidup saya.

(bersambung)

Friday, October 18, 2024

Kerjasama Tim (8)

 (sambungan)

2.  Untuk mencapai suatu keberhasilan dibutuhkan kerjasama yang baik dengan orang lain.

It takes a good teamwork to succeed. Tidak ada orang yang bisa selalu kuat dan sanggup mengerjakan segala sesuatunya sendirian. Bayangkan jika sebuah gereja hanya terdiri dari satu pendeta tanpa adanya pengerja yang lain. Tanpa diaken, tanpa pengerja, pemusik, tim pendoa dan sebagainya, apa jadinya gereja itu?

Atau, jika anda ingin mengadakan sebuah event, akankah anda bisa berharap eventnya sukses tanpa adanya panitia dan struktur kepanitiaan yang baik? Sanggupkah satu orang merangkap semuanya itu? Tentu saja tidak. Semakin detail, semakin baik. Semakin bagus susunan kepengurusannya maka akan semakin baik. Semakin padu kerjasama atau teamworknya, maka semakin baik juga.

Dalam pekerjaan dan sisi lain kehidupan pun sama. No man is an island, begitu kata pepatah. Kalaupun kita bisa melakukan sendirian, hasilnya tidak akan maksimal dan pencapaiannya kalaupun ada akan sangat lambat. Tanpa kerjasama dengan orang lain maka akan sulit bagi kita untuk mencapai sebuah keberhasilan.

(bersambung)

Thursday, October 17, 2024

Kerjasama Tim (7)

 (sambungan)

1. Kesombongan tidak akan pernah membawa manfaat apa-apa selain kerugian pada diri sendiri.

Firman Tuhan berkata: "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (Amsal 16:18).
Tuhan juga mengatakan bahwa meski saat ini sepertinya orang-orang yang sombong itu tidak mendapat ganjaran, pada saatnya nanti mereka akan kena getahnya.

"Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu." (Yesaya 2:11).

Kita harus selalu membina hubungan baik dengan sesama kita dengan tulus. Ada saat dimana kita menolong, ada pula saat ketika kita butuh pertolongan mereka. Kita tidak akan bisa hidup sendirian, dan kesombongan akan merupakan tembok penghalang utama bagi kita untuk bisa memperluas hubungan baik dengan lebih banyak orang lain.

Menjadi orang yang rendah hati, lalu murah hati adalah prototype anak Tuhan seperti yang Dia inginkan. Bayangkan betapa damainya dunia jika semakin banyak orang-orang seperti ini yang mengisinya, bukan sebaliknya orang yang hanya mementingkan diri atau kelompoknya, meninggikan diri alias sombong atau angkuh, apalagi kalau sampai tega mengorbankan orang lain atau bahkan bangsanya sendiri.

Kembali kepada kisah empat orang yang menggotong sahabatnya yang lumpuh dari atap, jika sampai ke empat orang itu rela mati-matian agar sahabat mereka sembuh, saya percaya itu karena si lumpuh merupakan orang yang sangat baik dalam pergaulan. Dan lihatlah buah yang kemudian ia petik. Teman-temannya berjuang untuk kesembuhannya, dan Tuhan kemudian menjamahnya hingga sembuh.

(bersambung)

Wednesday, October 16, 2024

Kerjasama Tim (6)

 (sambungan)

Jika kita melihat bahwa keempat orang ini mau bersusah payah untuk sahabatnya, kita bisa sampai pada sebuah kesimpulan bahwa orang lumpuh ini tentu merupakan orang yang baik dalam pergaulannya, dan pasti keempat orang itu punya kesan yang dalam atau hubungan yang sangat baik dengan dirinya. Kalau tidak mustahil rasanya keempatnya terbeban untuk menolong dengan harus menempuh cara yang sangat merepotkan bahkan berbahaya.

Sekiranya orang lumpuh itu adalah orang yang sombong, saya yakin tidak akan ada orang yang peduli kepadanya, dan dia akan tetap lumpuh. Oleh karena itu saya rasa kita bisa menyimpulkan bahwa si lumpuh adalah orang yang sangat baik di mata temannya, dan dia berhasil membangun sebuah hubungan atau network yang baik.

Kemudian mari kita lihat hal selanjutnya. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, untuk menurunkan seseorang dari atap seperti itu diperlukan sebuah proses teamwork yang baik. Mengapa? Karena jelas, untuk menurunkan orang terbaring dengan tali dari atap butuh keseimbangan di setiap sisi agar si lumpuh tidak jungkir balik jatuh ke bawah. Satu saja tidak balance, maka bisa dibayangkan apa akibatnya. Bukannya sembuh, si lumpuh malah bisa terbanting dari atap dan mungkin akan menemui ajalnya seketika.

Sedikitnya ada tiga hal yang bisa kita pelajari dari bagian ini.

(bersambung)

Tuesday, October 15, 2024

Kerjasama Tim (5)

 (sambungan)

Apa yang membuat mereka sampai bersusah payah seperti itu? Jelas, adalah iman yang membuat mereka mau terus berjuang untuk bisa bertemu dengan Yesus dengan cara apapun. Iman mereka yang kuat membuat mereka tidak bisa dibatasi atau dihalangi oleh kerumunan besar orang. Yesus pun menyambut kemudian menyembuhkan orang itu.

"Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu! Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat." (ay 11-12).

Sekarang marilah kita lihat sosok pribadi orang lumpuh tersebut secara khusus.

Banyak dari kita tentu sudah tahu tentang kisah ini. Tapi pernahkah terpikirkan oleh anda bagaimana sulitnya bagaimana susahnya menggotong seorang lumpuh di atas tilam untuk naik ke atas atap di tengah kerumunan orang banyak? Pasti sulitnya bukan main.

Memanjat sendiri saja susah, ini menggotong orang lumpuh yang terbaring di atas tilam. Bahkan kalaupun mereka pemain sirkus, itu masih tetap sangat sulit untuk dilakukan. Kalau tidak seimbang, sahabat mereka yang lumpuh bisa jungkir balik terjun bebas dari atap, dan itu akan membuat keadaannya makin runyam. Alih-alih sembuh, yang ada malah bisa makin parah atau bahkan celaka fatal. Betapa luar biasanya mereka menjaga balance saat menurunkan sahabatnya di atas tilam, sehingga ia bisa dengan selamat sampai kebawah tepat di hadapan Yesus.

(bersambung)

Monday, October 14, 2024

Kerjasama Tim (4)

 (sambungan)

Lalu muncullah sebuah kejadian menarik.

"Ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang." (ay 3).

Keempat orang ini menggotong sahabat mereka dan ingin bertemu dengan Yesus dengan tujuan agar sahabat mereka bisa sembuh. Tapi situasi saat itu tidak memungkinkan buat mereka untuk bisa leluasa bertemu Yesus. Mereka tidak bisa menembus kerumunan yang sedemikian padat.

Apakah mereka kemudian menyerah? Ternyata tidak.

Apa yang mereka lakukan dalam menyikapi situasi terbilang mengejutkan dan nekad! "...mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring." (ay 4).

Bagaimana reaksi Yesus? Melihat kegigihan mereka, Yesus pun kagum melihat usaha mereka. Alkitab mencatatnya seperti ini: "Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" (ay 5).

(bersambung)

Sunday, October 13, 2024

Kerjasama Tim (3)

 (sambungan)

Tuhan mengatakan: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja." (Kejadian 2:18a).

Dalam bahasa Inggrisnya dikatakan: "It is not good (sufficient, satisfactory) that the man should be alone." Terjemahannya kira-kira seperti ini: Tidak baik, tidak cukup, tidak memuaskan alias tidak akan maksimal kalau manusia itu sendirian. Artinya Tuhan tidak pernah menginginkan manusia untuk berusaha, bekerja atau bahkan hidup sendirian saja, terkucil, tertutup dan terisolasi dari sekitarnya. Dan itu bermakna bahwa selama kita hidup, kita harus bisa memperluas jaringan kita agar kita bisa terus lebih maksimal lagi dalam melakukan segala sesuatu dalam hidup kita.

Bicara tentang kerjasama tim, teamwork dan network, mari kita lihat sebuah kisah yang selalu sangat menarik bagi saya di dalam Alkitab, yaitu dalam Markus 2:1-12.

Ada sebuah kisah heroik disana. Mari saya gambarkan seperti apa kejadiannya pada waktu itu.

Pada satu hari Yesus datang lagi ke Kapernaum, dan orang ramai berkerumun mendatangi Dia untuk bertemu. Saking banyaknya orang yang datang, rumah di mana Yesus berada kemudian menjadi penuh sesak hingga dikatakan tidak ada tempat kosong lagi. Disana pada saat itu, Yesus memberitakan firman kepada semua yang hadir.

(bersambung)

Saturday, October 12, 2024

Kerjasama Tim (2)

 (sambungan)

 "The world needs no superman, but surely it needs superteam. Superteam, super teamwork, itu sering dilupakan banyak orang.

Banyak orang yang cenderung berpikir bahwa mereka sanggup melakukan segala sesuatu sendirian. Mereka sulit percaya orang lain dan mengira bahwa merekalah yang paling hebat dan karenanya tidak membutuhkan kehadiran orang lain. Padahal manusia pada hakekatnya diciptakan sebagai mahluk sosial. Kita butuh terhubung dengan orang lain untuk bisa maju, dan di atas segalanya kita juga butuh terhubung dengan Tuhan supaya kita tidak salah melangkah dalam menjalani hidup.

Membangun network di mana di dalamnya terdapat teamwork yang harmonis, baik dan kuat sangatlah penting, karena biar bagaimanapun tidak ada satupun manusia super yang sanggup melakukan segala sesuatunya sendirian. Itu bukanlah blueprint manusia menurut rancangan Tuhan. Kita diciptakan untuk saling melengkapi dan saling berinteraksi satu sama lain untuk bisa memperoleh hasil yang terbaik.

Dengan jelas hal ini bisa kita lihat dari sejarah penciptaan awal manusia. Tuhan mengatakan: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja." (Kejadian 2:18a).

(bersambung)

Thursday, October 10, 2024

Belajar dari Rehabeam (6)

 (sambungan)

Mencegah sikap seperti itu sejak dini akan sangat baik agar kita terhindar dari lupa diri yang bisa mendatangkan malapetaka. Apabila itu sudah terlanjur terjadi, berbaliklah segera. Kita punya Tuhan yang panjang sabar dan penuh kasih yang akan segera mengampuni kita begitu kita datang kepadaNya membawa pertobatan sungguh-sungguh.

Jangan lupa bahwa kita hanyalah berasal dari debu (Mazmur 103:14), tidak ada apapun yang bisa kita banggakan, karena semua yang kita miliki sesungguhnya berasal dari Tuhan (Ulangan 8:14-18).

Mari kita periksa diri kita hari ini, apakah bentuk-bentuk kesombongan, keangkuhan, kepongahan, sikap tinggi hati dan sebagainya masih ada dalam diri kita? Apakah kita masih menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama atau tanpa sadar kita sudah beralih kepada hal-hal lainnya?

Jika masih ada benih-benih yang salah,  bereskanlah segera. Datanglah merendahkan diri dan bertobat dengan sungguh-sungguh, sebelum kehancuran terlanjur menimpa diri kita.

Kekayaan, keberhasilan dan berbagai berkat seharusnya disikapi dengan rasa syukur dan kerinduan untuk menjadi saluran kasih Tuhan, bukan malah menjadi awal masuknya berbagai dosa yang menggagalkan kita menerima anugerah keselamatan.

Be thankful for His blessings and bless others with it

Wednesday, October 9, 2024

Belajar dari Rehabeam (5)

 (sambungan)

Akan halnya Rehabeam, untunglah ia cepat sadar bahwa tanpa campur tangan Tuhan ia tidaklah ada apa-apanya. Lalu ia segera datang merendahkan dirinya dan bertobat.

Melihat kesungguhan hati Rehabeam tersebut, Tuhan yang penuh belas kasih pun segera mengurungkan niatnya untuk menghukum Rehabeam dan rakyatnya.

"Oleh sebab raja merendahkan diri, surutlah murka TUHAN dari padanya, sehingga ia tidak dimusnahkan-Nya sama sekali. Lagipula masih terdapat hal-hal yang baik di Yehuda." (ay 12).

Kita harus selalu camkan bahwa kesombongan tidaklah pernah mendapat tempat di mata Tuhan. Lihatlah bahwa kehancuran tidak jadi ditimpakan karena sang raja merendahkan dirinya. Selain itu, di Yehuda sebenarnya masih ada hal-hal baik yang menjadi pertimbangan Tuhan untuk mengampuni mereka. Perihal kerendahan hati, Firman Tuhan sudah berkata: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6).

Jauh sebelumnya, ayah Rehabeam sendiri yaitu Salomo mengatakan "Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman." (Amsal 16:5), juga "Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan." (ay 8).

(bersambung)

Tuesday, October 8, 2024

Belajar dari Rehabeam (4)

 (sambungan)

Sifat seperti ini adalah sesuatu yang sangat salah di mata Tuhan, karena dalam kesempatan lain Tuhan sudah memberi teguran: "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN." (Yesaya 31:1).

Kembali kepada kisah Rehabeam, apa yang terjadi sebagai akibat atau konsekuensinya adalah datangnya malapetaka lewat serangan dari Mesir dan aliansinya yaitu orang Libia, Suki dan Etiopia yang dipimpin oleh raja Sisak. Serangan ini dengan segera memporakporandakan Yehuda.

Nabi Semaya pun kemudian datang untuk menyampaikan teguran Tuhan kepada Rehabeam. "Nabi Semaya datang kepada Rehabeam dan pemimpin-pemimpin Yehuda yang berkumpul di Yerusalem berhubung dengan ancaman Sisak, dan berkata kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN: Kamu telah meninggalkan Aku, oleh sebab itu Akupun meninggalkan kamu juga dalam kuasa Sisak." (2 Tawarikh 12:5).

Kalau Tuhan sampai meninggalkan kita, celakalah kita.

(bersambung)

Monday, October 7, 2024

Belajar dari Rehabeam (3)

 (sambungan)

Pertanyaannya: haruskah kita menolak kekayaan, jabatan, popularitas dan sebagainya? Apakah salah jika kita ingin hidup dengan baik tanpa kekurangan atau tanpa masalah? Apakah salah jika kita ingin terlepas dari tekanan dan pergumulan yang bisa jadi semakin berat setiap harinya? Haruskah itu kita anggap tabu dan kita harus memilih untuk hidup susah?

Seharusnya tidak. Apa yang kita harus perhatikan betul adalah bagaimana kita harus menyikapinya dan tahu untuk apa itu semua diberikan kepada kita. Tapi namanya manusia, sangat banyak orang yang mengalami perubahan sikap menjadi lebih buruk setelah mengalami kesuksesan.

Ternyata itu sudah terjadi sejak dahulu kala. Salah satunya adalah raja Rehabeam, seorang raja Yehuda yang juga merupakan anak Salomo, juga merupakan cucu dari Daud.

Kisahnya bisa kita baca dalam kitab 2 Tawarikh. Dikatakan: "Rehabeam beserta seluruh Israel meninggalkan hukum TUHAN, ketika kerajaannya menjadi kokoh dan kekuasaannya menjadi teguh." (2 Tawarikh 12:1).

Bacalah ayat yang singkat di atas, dan itu akan terasa sangat menyedihkan. Menyandang status sebagai anak Salomo dan cucu Daud ternyata tidak menjamin seseorang untuk menjadi pribadi berintegritas dan berakhlak. Rehabeam lupa diri ketika berada di puncak kejayaannya. Dia merasa tidak butuh Tuhan dan mengira bahwa semua itu adalah hasil usahanya sendiri. Dia terlena dalam kebanggaan berlebihan dengan apa yang ia miliki. Kekayaannya dan negerinya, juga kekuatan pasukannya.

(bersambung)

Sunday, October 6, 2024

Belajar dari Rehabeam (2)

 (sambungan)

Mengharap berkat itu satu hal, tapi ingat bahwa menyikapi berkat itu hal lain. Dan salah menyikapi berkat bukannya baik tapi malah bisa mendatangkan kemalangan bagi kita. Akan sangat baik jika berkat yang diperoleh itu dipakai untuk memberkati orang lain, karena pada hakekatnya kita memang diberkati untuk memberkati. Tapi kalau itu dipakai untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang jahat di mata Tuhan, menyakiti hatinya, kalau semakin banyak harta malah membuat semakin pelit dan semakin tidak peduli kepada sesama, kalau itu malah membuat orang berusaha mengejar lebih lagi alias menjadi hamba uang, maka itu sangat berbahaya.

Selain ada banyak resiko yang muncul di kehidupan seperti sekarang, semua itu punya potensi kuat untuk menggagalkan seseorang dari kasih karunia Tuhan yang sudah memberikan keselamatan kekal. Jangan sampai saat kita diberkati, hal tersebut malah menjauhkan kita dari Tuhan, dan malah mendatangkan kehancuran bagi kita. Singkatnya, saat kekuasaan, kekayaan, keberuntungan, popularitas dan hal-hal sejenis datang, kalau tidak hati-hati itu bisa mendatangkan malapetaka bagi kita.

Adalah ironis sekali saat kita keliru menyikapi berkat Tuhan. Saat kita berdoa meminta pertolongan Tuhan di kala kita hidup berkekurangan, lalu Tuhan menurunkan berkatNya, kita bukannya bersyukur dan memuliakanNya dengan menjadi saluran berkat bagi orang lain, tapi itu malah membuat kita jauh dariNya.

Menjadi orang yang sombong, tidak peduli sesama dan juga melupakan Tuhan. Saat dalam keadaan pas-pasan manusia rajin beribadah dan berdoa, tetapi ketika dipulihkan secepat itu pula manusia berubah dan menggantikan prioritasnya dengan harta. Tuhan tidak lagi ada di posisi teratas dalam hidupnya, digantikan oleh harta kekayaan dan segala hal duniawi.

Pertanyaannya: ...

(bersambung)

Saturday, October 5, 2024

Belajar dari Rehabeam (1)

 Ayat bacaan: 2 Tawarikh 12:1
==============================
"Rehabeam beserta seluruh Israel meninggalkan hukum TUHAN, ketika kerajaannya menjadi kokoh dan kekuasaannya menjadi teguh."


Tidak satupun dari kita yang ingin hidup pas-pasan, apalagi kekurangan. Tapi di masa kesukaran dan krisis seperti sekarang, mulai dari deraan pandemi selama hampir 3 tahun,  perang berkecamuk dimana-mana dan tahun politik, terutama bagi kaum kelas menengah tekanan hidup terasa semakin berat, dan bagaikan diseret arus air banyak dari kelas menengah yang kemudian harus mati-matian agar tidak tergerus turun ke bawah.

Dalam situasi serba tak pasti seperti ini, banyak orang  yang akhirnya merubah perhatian dan fokus untuk mengejar uang. Menumpuk dulu sebisanya yang dianggap seperti sedia payung sebelum hujan. Kalau tidak melupakan Tuhan, ada banyak pula yang menjadikan mencari Tuhan sebagai salah satu alternatif agar bisa memperoleh berkat. Bukan lagi karena kerinduan menerima anugerah terbesar menjadi anak-anakNya yang diselamatkan, tapi hanya semata sebagai alternatif agar selamat dari derasnya arus krisis.

Dari pengalaman saya, saya mendapatkan kesimpulan bahwa ketika kekayaan dan kesuksesan datang pada saat kita belum siap, itu berpotensi mendatangkan bahaya. Orang bisa jatuh ke dalam berbagai dosa mencari kenikmatan sesaat yang menyesatkan yang bisa dihadirkan oleh uang. Di saat orang mengalihkan fokus untuk berburu uang, maka cara memperolehnya pun tidak lagi penting. Yang penting dapat sebanyak-banyaknya, tidak peduli caranya.

Selain itu, dosa kesombongan juga menjadi salah satu sumber penghancur yang paling sering menerpa mereka yang mentalnya belum siap untuk menerima dan mempertanggungjawabkan kekayaan atau popularitas terebut. Sombong merasa tidak lagi perlu orang lain, merasa bisa membeli siapapun, dan kemudian meninggalkan Tuhan karena tidak lagi merasa butuh akan kehadiranNya.

(bersambung)

Friday, October 4, 2024

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)

 (sambungan)

Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang harus ditunggu agar mampu memberi? Tunggu kaya dulu? Tunggu berlebih dulu? Tunggu sampai semua kebutuhan yang tidak pernah ada habisnya itu tercukupi? Tergantung siapa yang mau diberi? Apa nanti balasannya? Berhentilah berpikir demikian.  

Kita tetap bisa memberi dalam kekurangan dan keterbatasan kita. Kita bisa melakukannya dengan penuh sukacita apabila sikap kemurahan tumbuh subur dalam hati kita. Tidak perlu berpikir terlalu jauh untuk memberi puluhan juta kepada orang lain yang kelaparan, tapi sudahkah kita melakukan sesuatu bagi orang disekitar kita meski nilainya sedikit? Atau sudahkah kita memberikan waktu, perhatian, kasih sayang kepada keluarga kita sendiri? Sudahkah kita berada dengan mereka di saat mereka butuh kehadiran kita? Sudahkah kita memberi senyum kepada orang yang sudah lama tidak merasakan indahnya sebuah senyuman? Sudahkah kita memberi kelegaan kepada mereka yang tengah sesak menghadapi tekanan hidup? Itupun termasuk dalam kategori memberi.

Dan ingatlah, Tuhan ingin kita, anak-anakNya, mempunyai kualitas hidup lebih dari yang biasa. Kalau kita hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat baik pada kita, apalah istimewanya? Kalau kita memberi hanya karena kita berlebih, atau merasa sayang jika apa yang kita punya terbuang, apalah hebatnya?

Berbuat baik kepada orang lain itu tindakan terpuji, itu benar. Tapi berbuat baik tanpa pamrih, itu istimewa.  Kalau begitu, kapan kita sebaiknya mulai memberi? Apa yang masih membuat anda tidak kunjung bermurah hati? Mengapa tidak melakukannya sekarang?

Murah hatilah, karena Bapa murah hati

Thursday, October 3, 2024

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (7)

 (sambungan)

Murah hati merupakan bagian dari kasih (1 Korintus 13:4). Dan kasih jelas merupakan sesuatu yang mutlak untuk dimiliki oleh orang-orang percaya. Kita harus malu ketika kita mengaku anak Tuhan tetapi tidak memiliki kasih, dimana salah satu bentuknya adalah keengganan, tidak pernah cukup atau selau merasa berat dalam memberi. Maka tepatlah apa yang dikatakan Yohanes, "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih" (1 Yohanes 4:8).

God is love. Mengaku mengenal Allah artinya kita mengenal kasih dan sebesar apa kekuatan kasih itu. Bagaimana kita berani mengaku mengerti akan artinya kasih apabila kita masih berat untuk memberi kepada mereka yang hidup berkekurangan?

Tuhan adalah kasih, dan Tuhan murah hati. Dia selalu memberi segala sesuatu yang terbaik bagi kita, bahkan anakNya yang tunggal pun Dia relakan untuk menebus kita semua dari kebinasaan menuju keselamatan yang kekal. Lihatlah bagaimana sikap hati Allah sendiri sebagai A Giver atau Sang Pemberi Sejati. Tuhan berbuat baik kepada siapapun. Dia berbuat baik kepada yang tidak tahu berterima kasih, bahkan juga kepada yang jahat.

Murah hati adalah salah satu karakter Bapa. Hal seperti inilah yang harus mewarnai sikap hati kita sebagai orang percaya.

(bersambung)

Wednesday, October 2, 2024

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (6)

 (sambungan)

Seperti janda yang pertama di Sarfat, janda ini rela memberi dalam kekurangannya, bahkan semua uang yang ia miliki ia berikan dengan sukarela. Dua janda dalam dua masa yang berbeda, sama-sama miskin, sama-sama menderita, sama-sama berkekurangan, tetapi keduanya sama-sama memiliki kemurahan hati yang luar biasa.

Memberi, berbuat baik terhadap sesama tanpa mengharapkan balas jasa, terima kasih atau tanpa pamrih merupakan salah satu aspek dari kemurahan hati. Namanya kemurahan hati, ada kata hati disana, artinya kemurahan jelas merupakan sikap dari hati.

Karena merupakan sebuah sikap hati maka seharusnya tidak tergantung dari berapa jumlah harta yang kita miliki atau kondisi yang kita alami saat ini, melainkan tergantung masalah bagaimana sikap dan kondisi hati kita. Ketika kemurahan mewarnai sikap hati kita, kita akan rela memberi dengan sukacita tanpa peduli apapun keadaan kita atau berapapun yang kita punya.

Mengapa kita harus memiliki sikap kemurahan ini? Sederhana, karena Allah yang kita sembah adalah Bapa yang murah hati. Hal ini ditegaskan Yesus sendiri yang bisa kita baca di dalam Alkitab. "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36).

(bersambung)

Tuesday, October 1, 2024

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (5)

 (sambungan)

Kedua, ibu janda di bait Allah.

Dalam Perjanjian Baru kita melihat kisah ibu janda lainnya di Bait Allah yang berhasil menarik perhatian Yesus saat ia memberikan persembahan. Tidak seperti orang-orang kaya yang mungkin memasukkan amplop besar, janda miskin ini memasukkan dua peser saja ke dalam peti.

Peser, apa itu? Peser merupakan mata uang terkecil di kalangan orang Yahudi. Kalau dalam kurs hari ini yang ia berikan mungkin kurang lebih senilai lima ratus rupiah. Kecil sekali kan?

Tetapi ternyata jumlah kecil itu mendapat reaksi sangat positif dari Yesus. "Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu." (Lukas 21:3).

Lho, kok bisa? Ini alasannya. "Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." (ay 4).

(bersambung)

Collective Faith (3)

 (sambungan) Dari kisah ini kita bisa melihat beberapa hal penting. Pertama, kita bisa melihat bagaimana iman bisa menggerakkan Tuhan menjam...