Friday, October 4, 2024

Dua Ibu Janda dan Kemurahan Hatinya (8)

 (sambungan)

Dua janda yang saya angkat menjadi contoh hari ini hendaknya mampu memberikan keteladanan nyata dalam hal memberi. Adakah yang harus ditunggu agar mampu memberi? Tunggu kaya dulu? Tunggu berlebih dulu? Tunggu sampai semua kebutuhan yang tidak pernah ada habisnya itu tercukupi? Tergantung siapa yang mau diberi? Apa nanti balasannya? Berhentilah berpikir demikian.  

Kita tetap bisa memberi dalam kekurangan dan keterbatasan kita. Kita bisa melakukannya dengan penuh sukacita apabila sikap kemurahan tumbuh subur dalam hati kita. Tidak perlu berpikir terlalu jauh untuk memberi puluhan juta kepada orang lain yang kelaparan, tapi sudahkah kita melakukan sesuatu bagi orang disekitar kita meski nilainya sedikit? Atau sudahkah kita memberikan waktu, perhatian, kasih sayang kepada keluarga kita sendiri? Sudahkah kita berada dengan mereka di saat mereka butuh kehadiran kita? Sudahkah kita memberi senyum kepada orang yang sudah lama tidak merasakan indahnya sebuah senyuman? Sudahkah kita memberi kelegaan kepada mereka yang tengah sesak menghadapi tekanan hidup? Itupun termasuk dalam kategori memberi.

Dan ingatlah, Tuhan ingin kita, anak-anakNya, mempunyai kualitas hidup lebih dari yang biasa. Kalau kita hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat baik pada kita, apalah istimewanya? Kalau kita memberi hanya karena kita berlebih, atau merasa sayang jika apa yang kita punya terbuang, apalah hebatnya?

Berbuat baik kepada orang lain itu tindakan terpuji, itu benar. Tapi berbuat baik tanpa pamrih, itu istimewa.  Kalau begitu, kapan kita sebaiknya mulai memberi? Apa yang masih membuat anda tidak kunjung bermurah hati? Mengapa tidak melakukannya sekarang?

Murah hatilah, karena Bapa murah hati

No comments:

Menjadi Anggur Yang Baik (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 2:9 ===================== "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak t...