Wednesday, October 30, 2024

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan)

Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama lebih dari 20 tahun. 20 tahun lalu, ia bertobat setelah mendengar apa yang terjadi pada saya. Bagaimana saya mengalami rentetan pengalaman spiritual hingga bertemu Yesus. Mungkin melihat saya yang modelnya luar biasa bandel dan keras kepala bisa bertobat seperti itu, ia tergerak pula untuk mengikuti jejak saya. Hebatnya, ia bergerak jauh lebih dibanding saya. Ia mengambil sekolah Alkitab kemudian menjadi pendeta.

20 tahun lebih berlalu, ia masih tetap setia melayani. Kami masih suka bertukar cerita, berbagi pengalaman dan saling menguatkan. Setelah selesai berbincang via telepon, saya merasakan sebuah sukacita. Sukacita yang kali ini bukan berasal dari diri saya melainkan dari diri teman saya. Sukacita itu hadir melihat bagaimana setelah ia bertobat, ia terus aktif melayani dengan penuh semangat. Dan saya menyebutnya sebagai jenis sukacita kedua.


Bagaimana reaksi kita saat kita melihat ada orang yang dijamah Tuhan, saat ada pertobatan, saat ada yang mengalami mukjizat? Apakah kita turut bergembira dan bersukacita bersama mereka atau kita malah iri melihatnya? Pertanyaan selanjutnya, apakah kita berpikir untuk bisa menghadirkan itu semua pada orang lain lewat kita? Apakah kita mau berusaha melakukan sesuatu untuk itu?

Lantas yang perlu juga kita renungkan, apakah saat orang lain mengalami kuasa Tuhan tapi sedikit banyak merugikan kita, apakah kita bisa tetap bersukacita bagi mereka atau kita marah dan menuntut mereka? Merugikan kita? Mungkin terdengar sedikit aneh, tapi itu bisa terjadi.

(bersambung)

No comments:

Sukacita Kedua (3)

 (sambungan) Saya menyadari adanya sukacita kedua saat saya baru saja dihubungi oleh sahabat saya yang sudah melayani sebagai pendeta selama...