Monday, November 4, 2024

Lanjutan Sukacita Kedua (1)

 Ayat bacaan: Lukas 15:32
========================
"Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."


Saya ingat seorang teman saya semasa kuliah dulu. Entah kenapa ia sepertinya punya masalah dengan orang yang (lebih) berada darinya. Setiap melihat mobil mewah lewat ia menggerutu dan mengumpat pemiliknya yang entah siapa, kenal saja tidak. Kalau ada di parkiran, dia bisa nyeletuk: "sombong banget, digores baru tahu rasa." Lho, sombong bagaimana, itu cuma mobilnya yang parkir orangnya entah dimana. Melihat orang yang rapi dan berdandan pun sama. Pendek kata, ada sesuatu yang mewah di dekatnya, mukanya pun berubah dan kata-kata bernada negatif segera menyusul setelahnya.

Senang melihat orang susah, susah melihat orang senang. Sikap hati seperti ini menjangkiti banyak orang. Kalau sama yang tidak dikenal saja sikap hati bisa seperti itu, apalagi terhadap orang yang tidak disukai. Wah, kalau orang yang tidak disukai ditimpa masalah, senangnya bukan main rasanya. Tapi kalau mereka baik-baik saja atau malah ketiban rezeki, maka kesalnya sampai ke ubun-ubun, atau bahkan berani menuduh Tuhan bersikap tidak adil.

Rasa iri dan dengki sesungguhnya bagaikan penyakit yang menggerogoti hati. Cobalah berikan kesempatan pada rasa iri dan dengki, maka intensitasnya akan terus meningkat sehingga memperburuk kondisi hati kita.

Kalau dikira bahwa rasa ini hanya muncul saat kita melihat orang sukses ketika kita sendiri sedang susah, ternyata ada banyak penderita penyakit iri kronis ini disaat mereka sebenarnya sedang baik-baik saja, seperti teman saya di ilustrasi awal misalnya. Itulah sebabnya saya lebih suka menganggapnya sebagai penyakit yang kalau dibiarkan bisa memperburuk sikap hati.

Dalam renungan sebelumnya kita sudah melihat bagaimana sebuah sukacita bisa berlanjut dari diri kita pribadi kepada saat melihat orang lain mengalami Tuhan dalam hidupnya, sebuah sukacita yang saya gambarkan sebagai jenis sukacita kedua.

(bersambung)

No comments:

Lanjutan Sukacita Kedua (3)

 (sambungan) Dalam renungan kali ini saya ingin mengajak teman-teman untuk melihat bentuk sukacita ini dari beberapa perumpamaan lain yang d...