(sambungan)
Dalam renungan sebelumnya kita sudah melihat bagaimana sebuah sukacita bisa berlanjut dari diri kita pribadi kepada saat melihat orang lain mengalami Tuhan dalam hidupnya, sebuah sukacita yang saya gambarkan sebagai jenis sukacita kedua.
Ketika kita terlibat di dalamnya, dengan memandangnya sebagai sebuah pelayanan, dengan sebuah hati hamba dimana kasih Allah mengalir bisa membuat kita bersukacita meski kita harus rela rugi waktu, tenaga atau harta karenanya.
Sebuah contoh menarik dari kisah Yesus bertemu seorang pria lumpuh yang ditandu oleh empat orang temannya menunjukkan hal ini, yaitu dari sudut sang pemilik rumah dimana kesembuhan sang pria lumpuh yang diturunkan dari atap terjadi. Bukan saja pemilik rumah harus rela melihat rumahnya dipenuhi orang dengan potensi kerusakan di rumah dan halamannya, tapi ia juga harus rela melihat atap rumahnya dibuka agar si pria lumpuh bisa diturunkan ke bawah untuk bertemu Yesus.
Baik dalam Injil Lukas, Markus dan Matius dimana kisah ini dicatat tidak ditemukan adanya komplain atau keluhan dari sang pemilik rumah. Itu menunjukkan bahwa sang pemilik rumah tidak memikirkan kerugian yang dideritanya karena ia fokus terhadap sukacita yang ia rasakan dengan adanya kesembuhan ilahi yang terjadi dirumahnya. Itulah yang saya sebut dengan sukacita kedua atau sukacita selanjutnya, yaitu sukacita yang timbul saat kita melihat orang lain mengalami Tuhan.
(bersambung)
Tuesday, November 5, 2024
Lanjutan Sukacita Kedua (2)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Lanjutan Sukacita Kedua (3)
(sambungan) Dalam renungan kali ini saya ingin mengajak teman-teman untuk melihat bentuk sukacita ini dari beberapa perumpamaan lain yang d...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment