(sambungan)
Menempatkan diri dari sisi sang pemilik rumah, saya merasa ia sadar bahwa itu adalah bagian atau resiko dari pelayanan. Saat kita melayani, kita pun harus rela mengorbankan waktu, tenaga dan uang. Bisa jadi orang yang kita hadapi malah sulit. Memberi penolakan, marah atau kambuhan. Mungkin sudah tidak memberi apa-apa, mereka malah tidak serius dan seperti malah kita yang punya kepentingan. Tapi itulah pelayanan. So be it. Memakai hati hamba dan mengaplikasikan kasih memang butuh pengorbanan.
Adalah baik jika kita sudah bisa bersukacita tanpa terpengaruh oleh kondisi faktual yang tengah kita alami saat ini. Tingkatkanlah sukacita itu kepada sebuah sukacita saat melihat ada orang lain yang diselamatkan, saat ada yang mengalami kuasa mukjizat Tuhan, menerima jamahanNya dan mendapat kesempatan menjadi manusia baru. Dan tentu saja, menjadi bagian atau rekan sekerja Tuhan dalam misi menyelamatkan jiwa-jiwa terhilang.
Meski kita harus rugi karenanya, itu tidak apa-apa, karena sebuah hati hamba yang berisi kasih Allah seharusnya tidak memperhitungkan hal tersebut melainkan turut bersukacita menyaksikannya. Bukankah saat melihat langsung hal itu atau saat mengalaminya, iman kita pun sedang ditumbuhkan? Pandanglah segala kerugian bahkan penderitaan itu sebagai suatu kehormatan.
Be joyful not only when you look at your life with faith but also when you see people being transformed by God
Sunday, November 3, 2024
Sukacita Kedua (7)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Collective Faith (3)
(sambungan) Dari kisah ini kita bisa melihat beberapa hal penting. Pertama, kita bisa melihat bagaimana iman bisa menggerakkan Tuhan menjam...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...
No comments:
Post a Comment