Tuesday, December 31, 2024

Bebas Dari Dosa (4)

 (sambungan)

Jika kita menyadari betapa besar kasih Tuhan dan kerelaanNya untuk menghapus maupun melemparkan dosa-dosa kita, seharusnya tidak boleh ada keraguan bagi kita untuk diampuni. Dan seharusnya, kita pun segera bertobat. Pertobatan kita akan berbuah pengampunan. Tidak hanya diampuni, tapi Tuhan juga berjanji untuk tidak lagi mengingat dosa kita. "..sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." (Yeremia 31:34).

Dalam kesempatan lain, Daud pun menyadari hal itu. Mari kita lihat kutipan dari Mazmur 103. "TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia." (Mazmur 103: 8-13).

That's our God, and He loves us so much, so much that He never wants us to end up in eternal death. Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Kedua kalimat ini tentu tidak asing lagi bagi kita, terutama karena ada lagu-lagu rohani yang bagi saya termasuk legendaris mengangkat tema ini secara khusus.

Sudah saatnya bagi kita untuk meninggalkan batu-batu besar yang penuh sisi-sisi tajam. Bertobatlah, agar Tuhan segera melemparkan batu-batu itu jauh ke dalam tubir laut, kemudian tidak lagi mengingat dosa masa lalu kita. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat, dan Tuhan rindu untuk segera melemparkan semua itu sejauh-jauhnya.

(bersambung)

Monday, December 30, 2024

Bebas Dari Dosa (3)

 (sambungan)

Mari saya ajak teman-teman untuk melihat kitab Mikha. Mikha mengingatkan kita akan kebaikan dan kasih Tuhan yang luar biasa.

"Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut." (Mikha 7:18-19).

Begitulah kasih Tuhan. Dosa-dosa yang membuat kita seharusnya berakhir dalam kematian kekal penuh siksaan semua dibayar lunas oleh Kristus sendiri. Kristus datang ke dunia untuk melakukan karya penebusan sebagai anugerah Tuhan, karena Tuhan begitu mengasihi kita, manusia yang terus berdosa ini. Ketika kita sudah diselamatkan, tidakkah keterlaluan jika kita malah memilih untuk terus menimbun dosa-dosa besar dan mengangkutnya sepanjang hidup kita?

Ketahuilah bahwa kasih setia Tuhan terus tercurah bagi kita. Dia menyayangi kita, dan siap untuk melemparkan dosa-dosa kita yang besar itu jauh ke dalam tubir laut, seperti yang tertulis dengan jelas dan tegas pada ayat di atas. Artinya, jika kita mengambil keputusan untuk bertobat, kasih setiaNya atas kita akan membuatNya langsun menghapuskan dan melemparkan semua itu ke dalam tubir-tubir laut.

(bersambung)

Sunday, December 29, 2024

Bebas Dari Dosa (2)

 (sambungan)

Dosa bisa jadi mendatangkan kenikmatan. Tetapi sesungguhnya itu hanyalah kenikmatan sesaat, karena pada akhirnya mendatangkan kerugian, baik untuk masa waktu sementara maupun nanti di kekekalan. Mabuk-mabukan, obat bius, dan sebagainya, selain harganya mahal, itu juga akan menghancurkan hidup dan kesehatan. Itu dosa, namun banyak yang lebih memilih untuk meniti hidupnya dengan bersusah-susah membawa beban-beban dosa yang sungguh berat dan banyak tersebut ketimbang bertobat, menerima hidup baru, dipulihkan dan hidup dengan damai dalam kasih dan penyertaan Tuhan, dipenuhi sukacita surgawi.

Benar, seringkali sulit bagi kita untuk lepas dari dosa, apalagi bentuk dosa yang sudah jadi kebiasaan buruk, atau orang-orang yang sudah terlanjur terikat oleh dosa mereka sehingga mungkin saja butuh dilepaskan. Begitulah bahayanya dosa kalau diijinkan dan dibiarkan masuk ke dalam diri kita.

Dosa punya daya pikat tinggi, it can be really irrisistable dan kalau sudah keburu masuk bisa sulit dilepaskan. Seperti yang sempat saya singgung dalam beberapa renungan terdahulu, bisa jadi dosa itu masuk lewat apa yang kita sebut dengan "mulanya hanya coba-coba", tapi kemudian itu bisa mendatangkan malapetaka, kehancuran, bahkan berakhir maut.

Tapi apakah kita bisa lepas dari dosa-dosa itu? Apakah dosa-dosa itu mungkin terlalu berat sehingga Tuhan tidak akan mau memberi pengampunan? Sulitkah bagi Tuhan untuk menghapus dosa-dosa kita? Pertanyaan-pertanyaan ini sering menjadi santapan si jahat untuk terus mendakwa kita, sehingga sulit sekali bagi kita untuk bisa terbebas dari dosa-dosa yang sudah sempat kita lakukan di masa lalu. Terus menjadi tertuduh dan tersangka, itu yang kita rasakan. Padahal, sama sekali bukan hal sulit bagi Tuhan untuk menghapus dosa-dosa kita, memutihkannya kembali selama kita memang benar-benar berbalik arah, bertobat dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

(bersambung)

Saturday, December 28, 2024

Bebas Dari Dosa (1)

 Ayat bacaan: Mikha 7:19
==================
"Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut."


Batu-batu berukuran besar diperlukan terutama sebagai pondasi saat membangun rumah. Dan yang dibutuhkan tidaklah mungkin hanya satu-dua saja, tetapi pasti banyak dan menggunung. Karenanya saat ada yang membangun rumah, batu-batu berukuran besar itu bisa saja sampai menutupi jalan sehingga mengganggu orang yang melintas. Apalagi kalau yang dibangun berada di jalan yang tidak lebar, atau di kompleks perumahan, maka biasanya warga sekitar harus bersabar hingga seluruh batu tersebut ditempatkan di tempat sebagaimana mestinya.

Saya kemudian berpikir bahwa seringkali baik disadari atau tidak dosa kita bisa begitu banyak sehingga akhirnya menggunung seperti tumpukan batu-batu besar itu. Batu yang berukuran besar dengan banyak sisi yang tajam, bisa melukai dan membahayakan baik diri sendiri maupun orang lain.

Seringkali kita merasa bahwa dosa-dosa bak batu-batu besar ini sudah terlalu berat untuk bisa diangkat dan dibuang. Kita sulit sekali berpikir untuk bisa lepas dari tumpukan batu ini, dan semakin lama langkah kita semakin berat karena terus seolah terikat pada tumpukan dosa. Seperti terbelenggu.

Di sisi lain, yang saya rasa ironis, banyak pula orang yang lebih suka untuk mengangkat batu-batu berat tersebut dalam perjalanan hidupnya ketimbang membuangnya jauh-jauh dan hidup sebagai orang yang bebas. Maksud saya, sudah tahu dosa, masih juga terus dilakukan. Mereka lebih memilih hidup bersama batu-batu berat ketimbang bisa terbang lepas dalam hidup mereka. Padahal dengan bertobat, menerima hidup baru, dipulihkan dan hidup dengan damai penuh kasih, itu jelas jauh lebih "ringan" dan akan membawa kita menuju keselamatan.

(bersambung)

Friday, December 27, 2024

Merenungkan Makna Natal (9)

 (sambungan)

Lalu kita harus menyerahkan atau menundukkan pikiran dan perasaan kita agar selaras dengan pikiran dan perasaan Yesus.

We think the way He thinks, we feel the way He feels.

Tanpa ini semua, kita akan hidup dengan bahaya kecemaran menuju pada kehancuran.

Sebagai bentuk ucapan syukur kita atas anugerah Tuhan dalam memperingati Natal, hendaklah kita sama-sama merenungkan kembali semua ini. Miliki hati yang murni dalam Tuhan yang menghasilkan produk-produk dimana kasihNya tercermin dan terasa disana. Tidak ada perayaan Natal apabila Tuhan tidak digerakkan oleh kasih memutuskan untuk menebus kita. Tidak ada Natal apabila Yesus tidak datang ke dunia, melepas semua atribut ke-IlahianNya dan mengorbankan diriNya demi kita semua.

Tidak ada yang melarang kita untuk bersukacita dalam merayakan Natal lewat pesta. Semua itu baik dan boleh-boleh saja. Tapi hendaknya kita tidak melupakan Sosok yang dirayakan, dan segala yang telah Dia berikan kepada kita. Mari rayakan Natal tahun ini dengan kembali pada esensinya. Mengerti, menyikapi benar dan mensyukuri, kemudian meneladani dan mengaplikasikan. Jangan jadikan semua yang dilakukan Tuhan sia-sia. Let's make this Christmas as a start of something good. Merry Christmas, God bless you!

We may love the Christmas season, but do we love Christ?

Thursday, December 26, 2024

Merenungkan Makna Natal (8)

 (sambungan)

Seorang hamba Kristus seharusnya rela melepas atribut dan hak dalam melakukan segala yang dikehendaki Tuhan dalam hidupnya.

Jangan lupa pula adalah sangat penting bagi kita untuk menjaga betul kemurnian hati kita, dimana seluruh kehidupan itu terpancar. Hati yang tercemar akan menghasilkan kualitas hidup yang juga penuh kecemaran. Itu akan sangat buruk buat kita dan akan pula buruk buat siapapun yang ada di sekitar kita. Buah kebencian dari hati yang dicemari kebencian bukan saja membuat kita jauh dari sukacita dan damai sejahtera tapi juga bisa merusak tatanan kehidupan peradaban manusia.

Celakanya, kebencian hanyalah satu dari begitu banyak produk buruk dari hati yang tercemar. Tidak ada kasih yang bisa hidup disana, apalagi kasih yang bersifat universal, menembus sekat dan batas primordial alias pandangan atau paham baik mengenai tradisi, adat, kepercayaan dan lain-lain, kasih yang berisi pengampunan yang lebih besar dari ukuran dunia, kasih yang sanggup menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu yang nyata buat orang lain tanpa memandang latar belakangnya, bukan seperti sistim sempit yang dianut orang di luar sana.

Sedikit kecemaran saja sudah bisa membuat hati kita menghasilkan produk-produk buruk yang terpancar keluar dari kehidupan kita. Jika dunia diisi oleh keadaan seperti ini, bisa dibayangkan seperti apa dunia jadinya. Jauh, sangat jauh dari dunia layak huni, sangat jauh pula dari seperti apa sebenarnya dunia yang Tuhan inginkan untuk kita tempati.

Tuhan menyediakan pelitaNya lewat roh kita untuk menyelidiki sisi-sisi terdalam pada hati kita agar kita bisa memastikan apakah hati kita sudah murni atau masih mengandung kecemaran. Dan karena itu disediakan lewat roh, maka kita harus memastikan agar roh kita kuat dan memegang kendali atas hidup kita, bukan kedagingan.

(bersambung)

Wednesday, December 25, 2024

Merenungkan Makna Natal (7)

 (sambungan)

Jika Tuhan saja demikian, sudah sepantasnya kita pun harus meneladani dan melakukannya. Setidaknya kita bisa memakai momentum Natal tahun ini untuk mulai belajar melakukan itu dimulai dari hal-hal yang sederhana, lalu terus melatih kepekaan kita terhadap penderitaan sesama, sehingga pada suatu ketika kita bisa "satu hati dan satu suara memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus" bersama-sama mereka. (ay 6).

Jika kita bersyukur atas anugerah keselamatan dari Tuhan lewat kelahiran Kristus ke dunia, berarti sudah pada tempatnya kita berpikir untuk melakukan sesuatu sebagai ucapan syukur kita. Apa yang harus kita lakukan? Yesus berkata bahwa "sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40) Itu pesan pentingnya, dan dalam memperingati Natal pun sudah seharusnya kita memikirkan untuk melakukannya. Ingatlah bahwa kita hidup untuk memuliakan Tuhan. "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36).

Hidup ini berasal dari Tuhan, berpusat pada Tuhan, menjalani bersama Tuhan dan berakhir untuk Tuhan. Itulah kehidupan kekristenan sejati. Jika demikian, kita tidak pantas untuk mementingkan kepentingan diri sendiri saja, sibuk membuat pesta dengan segala kemewahan dan kemeriahannya sementara di sekeliling kita masih banyak orang yang berjuang mati-matian untuk sekedar bertahan hidup.

Mengejar perayaan pesta semata apalagi hanya agar terlihat hebat bukanlah gambaran yang benar dari hamba Kristus. Dan itu sudah disampaikan pula oleh Paulus. Ingatlah pesan Tuhan berbunyi "Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus." (Galatia 1:10). Pesta besar tentu akan berkenan kepada manusia, pujian dan pujaan mungkin hadir buat kita, nama dan popularitas mungkin meningkat, tapi itu tidaklah berkenan bagi Kristus sebelum kita terlebih dahulu mengulurkan tangan kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan.

(bersambung)

Tuesday, December 24, 2024

Merenungkan Makna Natal (6)

 (sambungan)

Selanjutnya mari kita lihat ayat berikutnya. Dalam Roma 15:1-6 kita bisa melihat gambaran prinsip hidup sebagai seorang Kristen yang seharusnya terhadap sesama kita. "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri." (Roma 15:1)

Kita tidak boleh mementingkan kepentingan diri sendiri, menyenangkan diri sendiri saja dan menutup mata dari kesulitan-kesulitan yang tengah menimpa saudara-saudara kita. Apalagi kalau kita kemudian mengorbankan hak orang lain demi kepentingan atau kesenangan diri sendiri.

Apa yang harus kita lakukan adalah: "Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya." (ay 2). Lebih dari apa yang menyenangkan diri kita pribadi, kita harus bisa mengesampingkannya demi mencari apa yang bisa menyenangkan sesama kita, apa yang bisa kita buat untuk menolong atau meringankan beban mereka. Tidak sebatas memberi kesenangan saja karena itu bisa mengarah kepada pemberian-pemberian yang tidak mendidik atau malah menyesatkan, tapi Firman Tuhan berkata bahwa kita wajib membantu untuk kebaikan mereka.

Demikianlah keteladanan yang kita peroleh dari Kristus. "Karena Kristus juga tidak mencari kesenanganNya sendiri." (Ay 3). Jauh dari kesenangan atau kenyamanan, Yesus menghabiskan waktu demi orang lain, lalu Dia pun rela menderita menanggung siksaan luar biasa keji hingga akhirnya mati di kayu salib. Tanpa itu, entah apa nasib kita hari ini. Penebusan dan pemulihan hubungan dengan Allah yang lama terputus akibat dosa diberikan pada kita lewat kematian dan kebangkitanNya. Jadi kita bisa melihat betapa besarnya kepedulian Kristus terhadap manusia lebih dari kepentingan diriNya sendiri.

(bersambung)

Monday, December 23, 2024

Merenungkan Makna Natal (5)

 (sambungan)

Saya yakin bukanlah kebetulan bentuk salib menggambarkan hubungan dengan Tuhan (garis vertikal) dan hubungan dengan sesama (garis horizontal), dimana pusat perpotongannya memancarkan kasih ke segala penjuru garis. Mengasihi Allah dengan segenap diri kita dan mengasihi sesama manusia seperti halnya kita mengasihi diri sendiri merupakan hukum terutama seperti yang diajarkan Yesus sendiri.

Yesus menyampaikan itu langsung pada saat kedatanganNya ke dunia. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Markus 12:30-31)

Bahkan lebih dari itu, kita juga harus mengasihi sesama seperti halnya Yesus mengasihi kita. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34).

Pertanyaannya, seperti apa Yesus mengasihi kita? Dia mengesampingkan atribut dan hak-hakNya dan memberikan nyawaNya bagi kita. Bentuk kasihNya Dia nyatakan sebagai berikut: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (15:13).

Itulah persisnya yang sudah dilakukan Yesus lewat karya penebusanNya. Bagaimana kita bisa mencapai level itu jika untuk memberi sebagian saja sudah sulit? Bagaimana kita bisa memenuhi perintah Kristus jika melihat orang menderita di depan kita saja tidak peka? Bagaimana kita bisa seperti itu kalau kita masih hidup memelihara kebencian, gampang tersinggung, sakit hati atau dendam?

(bersambung)

Sunday, December 22, 2024

Merenungkan Makna Natal (4)

 (sambungan)

Dan seperti itulah intinya. Yesus turun ke dunia "bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45). Yesus memilih untuk melepas atribut ke-IlahianNya dan "mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:6-7) Tidak berhenti sampai disitu tapi "dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (ay 8).

Semua itu adalah untuk sebuah misi menebus kita semua, manusia yang berselubung dosa. Penebusan yang hadir sebagai anugerah terbesar dari Tuhan karena Dia teramat sangat mengasihi manusia, His masterpiece, yang begitu berharga bagiNya.

Jadi, saat banyak orang yang hanya merayakan Natal sebatas seremonial dan kemeriahan pesta saja, tidak lagi memikirkan apa yang paling mendasar dari perayaan Natal, bukankah itu menyedihkan? Pestanya dicari, diusahakan semeriah mungkin dan dinikmati, orang rela keluar uang dalam jumlah besar untuk itu, tapi siapa yang dirayakan dan makna perayaannya sendiri dikesampingkan atau bahkan diabaikan.

Lupa mengucapkan syukur atas anugerah yang begitu besar, for this greatest gift of all, dan lupa bagaimana menyikapi esensi Natal ini dalam hubungan dengan sesama. Jika anda ada di posisi Tuhan, bagaimana perasaan anda melihat anugerahNya yang terbesar dikesampingkan dan hanya dipakai sebagai pesta meriah semata?

Selanjutnya mari kita bicara sedikit soal kasih. Kasih merupakan inti dasar dari kekristenan. Saat kita menghargai anugerah Tuhan yang begitu besar karena digerakkan oleh kasih, seharusnya kita pun meneladaninya dengan mengasihi Tuhan lebih lagi dari hari ke hari dan juga menyatakan kasih itu kepada sesama.


(bersambung)

Saturday, December 21, 2024

Merenungkan Makna Natal (3)

 (sambungan)

Mari kita baca dan renungkan ayat-ayat berikut.

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah." (Yohanes 3:16-18).

Kenapa Tuhan sebegitu peduli akan keselamatan kita? Karena kasihNya begitu besar atas kita. Kasih ternyata begitu besar powernya bahkan mampu menggerakkan Tuhan untuk melakukan sesuatu terlebih dahulu.

Lewat apa Dia menyelamatkan kita? Dengan mengorbankan AnakNya, Yesus Kristus.

Bagaimana caranya? Dengan percaya kepada Yesus. Apa yang didapat oleh mereka yang percaya? Tidak binasa dan memperoleh hidup yang kekal. Agar manusia tidak lagi ada di bawah hukuman atau kutuk. Bukankah ini adalah sesuatu yang sangat besar maknanya bagi perjalanan hidup umat manusia di dunia?

Sebuah anugerah atas dasar kasih, diberikan kepada kita yang tidak layak. Yesus, Sang Raja di atas segala raja seharusnya layak mendapatkan segala pelayanan yang terbaik yang ada di permukaan bumi ini. Dia berhak, bahkan lebih dari berhak untuk itu. Dia bisa saja datang untuk menghakimi orang-orang yang terus berbuat jahat atau dosa tanpa henti. Tapi bukan misi menghakimi melainkan menyelamatkan yang dilakukan Yesus ke dunia sesuai dengan keinginan Allah Bapa. Yesus rela mengesampingkan hak-hakNya untuk mendapatkan pelayanan kelas utama dan mendapat segala kemudahan dan penghargaan demi kita semua.

(bersambung)

Friday, December 20, 2024

Merenungkan Makna Natal (2)

 (sambungan)

So for them, Christmas is just a celebration of the season. A lifestyle, a party. Sesuatu yang sudah menjadi tradisi atau kebiasaan, that's it. Mereka saling mengucapkan selamat Natal atau Merry Christmas, tapi sama sekali tidak mempedulikan Sosok yang dirayakan. Apalagi secara khusus mengucap syukur atas kelahiran Kristus dalam misiNya untuk menyelamatkan kita semua dan mengambil komitmen untuk terus bertumbuh menjadi semakin seperti Yesus. Wah, itu tampaknya sudah terlalu jauh bagi mereka.

Ketika hubungan antar sesama manusia terasa begitu membahagiakan saat merayakan Natal, bagaimana dengan hubungan dengan Tuhan? Saat pestanya dinikmati, suasana semaraknya menyenangkan hati, bukankah makin lama manusia makin kehilangan makna Natal yang sebenarnya? Itu sama saja seperti ada orang yang ulang tahun kemudian membuat perayaan, lantas banyak orang datang dan menikmati sajian sepuasnya tapi tidak mengucapkan apa-apa kepada yang ulang tahun. Bahkan mereka tidak tahu dan tidak peduli siapa yang sudah menyediakan semua itu secara berkelimpahan.

Kalau ini dilakukan oleh orang percaya yang katanya beriman pada Kristus, bukankah itu adalah hal yang menyedihkan? Saat Tuhan sudah memberi kasih karunia dan anugerahNya secara luar biasa, dan yang terbesar justru kita rayakan di hari Natal, tapi kita tidak mengetahui esensinya dan tidak peduli kepada sosok Kristus, sentral dari perayaan ini. Pergeseran makna Natal terus terjadi. yang dipentingkan adalah pesta dan kemeriahan, makin mewah makin bagus, pujian dari orang yang diundang sangat penting bagi kita, tapi kita semakin jarang merenungkan apa yang sebenarnya dirayakan lewat Natal.

Apa sebenarnya makna atau esensi dari Natal? Buat saya, Natal adalah pengingat akan kelahiran atau turunnya Allah ke dunia untuk sebuah misi yang teramat penting bagi kita manusia sebagai sebuah bentuk anugerahNya yang begitu besar. Dikatakan anugerah adalah karena itu adalah pemberian bukan atas balasa jasa melainkan atas dasar kasih untuk kita yang sebenarnya tidak layak menerimanya.

(bersambung)

Thursday, December 19, 2024

Merenungkan Makna Natal (1)

 Ayat bacaan: Yohanes 3:16
======================
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."


Apa hal yang menarik di masa Natal? Kalau yang tinggal di luar negeri seperti di Eropa atau sebagian dari Amerika, nuansa putih dari musim salju yang memenuhi jalanan serta pepohonan bisa jadi membuat masa Natal terasa berbeda dan istimewa. Ada banyak pula rumah disana yang didekor dengan kerlap kerlip lampu sehingga suasananya menjadi indah. Kalau pergi ke pusat-pusat perbelanjaan, biasanya disana pun dekorasinya sudah dibuat semarak untuk menyambut Natal, ditambah lagu-lagu atau musik yang bertemakan Natal membuat suasananya begitu menyenangkan. Ada yang menambahkan Sinterklas, boneka salju, spot-spot untuk berfoto  atau event-event spesial agar perayaannya lebih meriah lagi.

Saya pernah berada di sebuah negara di belahan utara Eropa bertepatan pada musim Natal beberapa dekade lalu. Suasana dan pemandangannya memang sangat berbeda. Paduan salju, udara dingin dan lampu yang menghiasi rumah dengan pohon-pohon cemara didekorasi dengan hiasan dan lampu warna warni membuat sebuah kesan berbeda dengan apa yang biasanya saya lihat di negara sendiri. Anak-anak membuat boneka salju, ada yang tidur terlentang dan mengibaskan tangan dan kakinya naik turun untuk membuat kesan kupu-kupu. Meski suhunya sangat dingin dan jalanan bisa sangat licin, saya tetap jalan-jalan di luar untuk merasakan seperti apa suasana Natal di negara yang jauh berbeda atmosfirnya dengan negara sendiri.

Di rumah tempat saya menginap, orang tua dan anak saling bertukar hadiah yang diletakkan di bawah pohon Natal. Kemudian makan malamnya pun istimewa pada malam tanggal 24. Ada kalkun, kentang kukus dengan saus, salad dan wine. Wah, meriah dan istimewa.

Lucunya, semua hanya sebatas perayaan atau pestanya saja. Mereka tidak berdoa bersama, apalagi ke gereja. Jadi yang dirayakan hanyalah musimnya, bukan Natal dalam arti sebenarnya, atau siapa yang ulang tahunnya dirayakan dalam Natal.

(bersambung)

Wednesday, December 18, 2024

Mulanya Hanya Coba-Coba (6)

 (sambungan)

Orang-orang yang bertoleransi dengan menikmati dosa sebenarnya sedang melakukan self-destruction, menghancurkan diri sendiri dan mengarahkan dirinya menuju kebinasaan. Peran kita adalah untuk menyadarkan dan menyelamatkan mereka dari kebinasaan bukannya malah ikut-ikutan masuk ke dalamnya. Kita harusnya menjadi contoh atau teladan, bukannya malah dengan mudah terbujuk untuk ikut-ikutan.

Firman Tuhan pun mengingatkan "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2).

Segala perbuatan dosa sesungguhnya berasal dari Iblis. Dan Yesus pun sudah hadir ke dunia atas kebesaran kasih Allah pada diri kita untuk membayar lunas semua itu. Alkitab menyatakan demikian: "barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu." (1 Yohanes 3:8).

Dosa-dosa memang bisa hadir dalam berupa kemasan yang terlihat indah dan penuh kenikmatan, lewat bujukan-bujukan teman yang terasa sayang untuk dilewatkan, tetapi apa yang sesaat itu sama sekali tidak sebanding dengan akibat yang harus kita tanggung selamanya kelak.

Hari ini marilah kita sama-sama mawas diri memperhatikan pergaulan kita dan terlebih lagi menjaga diri kita. Hanya ikut-ikutan tidak akan pernah bisa diangkat menjadi alasan, karena biar bagaimanapun akan ada konsekuensi yang harus siap kita tanggung ketika kita sudah terlanjur terjerumus ke dalam dosa.

When someone ask you to do bad things, say no


Tuesday, December 17, 2024

Mulanya Hanya Coba-Coba (5)

 (sambungan)

Paulus lebih lanjut merinci keinginan-keinginan yang bisa berbuah dosa dan melahirkan maut. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." (Galatia 5:19-21a).

Dan yang harus kita perhatikan adalah, terhadap pelaku dari semua itu tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. (ay 21b). Jika kita lihat satu persatu, jenis-jenis ini bukan lagi hal yang asing bagi kita yang bisa masuk lewat banyak cara. Karenanya kita perlu waspada dan berpikir baik-baik sebelum memutuskan sesuatu.

Paulus juga sudah mengingatkan agar kita waspada dalam pergaulan. "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Kita harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh kepada dan dengan siapa kita bergaul. Kita memang tidak boleh memusuhi mereka, tetapi adalah wajib bagi kita untuk berhati-hati agar jangan termakan bujukan mereka lalu masuk ke dalam jebakan dosa.  

Kembali kepada ayat Amsal diatas, perhatikanlah bahwa Salomo kemudian melanjutkan dengan  "..mereka menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri" (Amsal 1:18).

(bersambung)

Monday, December 16, 2024

Mulanya Hanya Coba-Coba (4)

 (sambungan)

Kita tidak sadar hanya karena alasan-alasan ini kita bisa mengorbankan masa depan kita, membuang janji-janji Tuhan dan membuka awal bagi kejatuhan kita sendiri.

Selain dalam Amsal, ada banyak pula firman Tuhan yang mengingatkan bahayanya bermain-main dengan dosa. Mungkin awalnya hanya coba-coba, mungkin hanya ingin tahu, ikut-ikutan dan sebagainya, tetapi ingatlah bahwa meski terlihat sepele hal seperti ini bisa menjadi awal hadirnya masalah.

Dosa baik besar atau kecil tetaplah dosa yang punya konsekuensi. Yakobus menyampaikan gambaran betapa berbahayanya ketika kita mulai bertoleransi dengan dosa. "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15). Berawal hanya dari keinginan, kemudian ketika dibuahi itu akan melahirkan dosa. Dan ketika dosa menjadi matang dalam diri kita maka itu akan berujung pada maut.

Ini adalah sebuah peringatan yang harus kita cermati dengan sangat serius. terlebih jika mengingat kita hidup di dunia yang dipenuhi orang-orang yang siap saling sesat menyesatkan, baik mereka sadar atau tidak. Mereka akan terus menawarkan banyak kenikmatan yang sangat dirindukan oleh daging kita. Itulah sebabnya kita benar-benar harus berhati-hati dalam lingkungan pergaulan kita.

Tentu saja sangat baik jika kita bisa membawa pengaruh perubahan yang baik di tengah lingkungan yang buruk, membawa mereka masuk dalam pertobatan dan berbalik dari jalan-jalan yang jahat. Tetapi kita harus berhati-hati agar jangan sampai bukannya membawa pengaruh baik tetapi malah kita yang terjerumus ke dalam rupa-rupa dosa.

(bersambung)

Sunday, December 15, 2024

Mulanya Hanya Coba-Coba (3)

 (sambungan)

Sebuah lingkungan pertemanan yang tidak sehat seringkali menjerumuskan orang ke dalam dosa. Di dalam lingkungan pertemanan yang seperti ini, kalau kita mau hidup lurus dan benar kita malah bisa terlihat aneh. Supaya tidak aneh, kita pun mencoba menyesuaikan diri. Saat itu yang kita lakukan, bahaya pun akan langsung mengintai. Konsekuensinya kelak harus kita tanggung, dan penyesalan sering datang terlambat.

Pertanyaannya, apakah ini berarti kita tidak boleh membuka diri seluas-luasnya untuk berteman dengan banyak orang? Tentu saja bukan itu maksudnya. Kita tidak dilarang untuk berteman dengan orang lain, hanya saja kita harus memperhatikan benar dengan siapa kita menjalin hubungan pertemanan. Tidak peduli sekuat apapun iman kita, ketika kita terus menerus memberi toleransi akan dosa maka cepat atau lambat kita bisa terpengaruh dan terjebak dalam bermacam-macam dosa.

Adakah peringatan yang spesifik menyangkut hal ini di dalam Alkitab? Tentu saja ada, bahkan sudah sejak masa Salomo. Dalam Amsal ia menulis: "Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut." (Amsal 1:10).

Ini adalah pesan penting tentu saja. Lewat hikmatnya Salomo sudah bisa melihat kecenderungan manusia yang gampang termakan bujukan atau rayuan untuk berbuat dosa. Orang-orang berdosa akan selalu mencari orang lain untuk mengikuti gaya hidup mereka yang salah. Dan sayangnya, kita kerap menurut karena banyak alasan. Takut dianggap ketinggalan jaman, ingin menjaga gengsi atau segan jika menolak, takut dikucilkan dari pergaulan dan sebagainya.

(bersambung)

Saturday, December 14, 2024

Mulanya Hanya Coba-Coba (2)

 (sambungan)

Saya sempat melayani di lembaga pemasyarakatan wanita, dan mendengar berbagai kisah mereka disana. Ada banyak sekali yang harus mendekam di sana untuk waktu yang lama akibat bersentuhan dengan obat-obat terlarang. Ada yang memang pemakai, ada pengedar, ada pula yang tertipu akibat salah gaul. Sedih kalau melihat berapa lama lagi mereka harus berada di sana, apalagi yang jadi korban ditipu atau dijebak, tapi itulah bahayanya kalau kita sampai salah dalam memilih pergaulan.

Pergaulan yang salah bisa merusak seseorang. Tadinya orang itu hidup baik, tetapi ketika masuk ke dalam lingkungan pergaulan yang salah mereka terjerumus ikut-ikutan masuk ke dalam dosa. Mungkin mulanya bisa berkata tidak, tapi lama kelamaan tidak kuasa menolak sehingga dosa pun dilakukan.

"Ah, cuma sekali ini saja, tidak apa-apa." begitu mungkin pikiran yang muncul. Toleransi atas dosa mulai diberikan, dan yang terjadi selanjutnya, orang yang tadinya baik bisa berubah menjadi orang-orang yang tidak lagi peka terhadap pelanggaran ketetapan Tuhan.

Hidup di dunia yang penuh dengan keinginan-keinginan daging yang dipercaya sebagai hal yang membahagiakan oleh orang-orang yang tidak takut akan Tuhan tidaklah mudah. Orang-orang ini akan berusaha menarik kita. Mereka ada di sekitar kita dan akan terus menawarkan sesuatu yang sepintas mungkin saja terlihat menyenangkan dan nikmat, tetapi ada banyak dosa yang mengintip di baliknya. Kalau tidak hati-hati kita bisa terjerumus ke dalamnya dan akibatnya mau tidak mau harus siap menanggung konsekuensinya.

(bersambung)

Friday, December 13, 2024

Mulanya Hanya Coba-Coba (1)

 Ayat bacaan: Amsal 1:10
====================
"Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut"

"Pada mulanya hanya coba-coba..." Betapa seringnya kalimat ini kita dengar dari mereka yang berkecimpung di dunia kriminal pada saat diwawancara. Lihatlah banyak pecandu narkoba. Biasanya dari sekedar coba-coba, kemudian ketagihan dan kalau sudah ketagihan maka berbagai tindak kejahatan pun akan mengikuti setelahnya. Mereka akan sanggup melakukan apapun untuk bisa menutupi kebutuhan mereka atas zat-zat terlarang tersebut.

Sebagai pemakai saja sudah harus menghadapi ancaman hukuman kurungan, apalagi kalau sudah menjadi pengedar. Akibatnya bisa sangat fatal, karena bisa jadi sampai hukuman mati menjadi konsekuensinya. Belum lagi, karena harus menutupi ketagihan, berbagai tindak kriminal pun akan mereka lakukan.

Dan yang juga sering kita lihat, mereka sangat susah lepas dari ketagihannya. Meski sudah menjalani hukuman atau rehabilitasi, tidak jarang mereka akan kembali menjadi pemakai dan berulang kali ditangkap, lagi dan lagi.

Awalnya coba-coba, mungkin hanya ikut-ikutan, mungkin terjerumus karena salah memilih pergaulan, bisa pula karena ingin dianggap hebat atau takut kehilangan teman, banyak orang yang akhirnya memilih untuk melakukan tindakan buruk yang bukan saja merusak masa depannya sendiri tetapi juga orang lain.

Pemakai narkoba, perampok, koruptor atau bahkan pembunuh bisa berawal dari salah mengikuti ajakan teman yang tidak bertanggung jawab. Mereka lupa bahwa meski hanya ikut-ikutan, merekapun bisa mendapat ancaman hukuman yang sama apabila menjadi pelaku sebuah tindak kejahatan.

(bersambung)

Thursday, December 12, 2024

Kacang Lupa Kulit (6)

 (sambungan)

Seperti kasih seorang bapa kepada anaknya, seperti itu pula kasih Tuhan yang tidak berkesudahan selalu menaungi kita. "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia....kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya." (ay 13, 17-18).

Apabila hari ini anda diberkati secara baik dalam kehidupan, keluarga dan pekerjaan, jangan lupakan Tuhan. Tetaplah ingat kepada Tuhan yang telah memberikan itu semua. Puji dan sembah Dia, penuhi diri anda dengan ucapan syukur. Ingatlah selalu bahwa apa yang kita raih bukanlah semata-mata karena kerja keras atau hasil jerih payah kita sendiri, tetapi terutama merupakan berkat Tuhan. Tanpa Tuhan semua akan sia-sia.

Menjelang perayaan Natal tahun ini, mari kita mengucap syukur atas segala kebaikan dan kasih Tuhan selama ini dalam hidup kita. Jangan pernah lupakan kebaikanNya, jangan menjadi kacang yang lupa kulit, jangan jadi orang yang lupa daratan. Mari kita terus bersyukur, menaati dan melakukan perintahNya, menjauhi laranganNya, dan terus memuji dan menyembah Dia dengan segenap diri kita.

"Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan , dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." (Ulangan 8:18)

Wednesday, December 11, 2024

Kacang Lupa Kulit (5)

 (sambungan)

Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mereka berulang kali menyakiti hati Tuhan yang telah melepaskan mereka dari perbudakan dan memberkati mereka secara dahsyat dalam perjalanan mereka menuju tanah terjanji.

Dalam kitab Hakim Hakim kembali kita temukan sikap buruk mereka. "Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, mereka melupakan TUHAN, Allah mereka, dan beribadah kepada para Baal dan para Asyera." (Hakim Hakim 3:7). Dan hukuman Tuhan pun kembali jatuh atas mereka.

Diberkati, melupakan Tuhan, melakukan kejahatan yang membuat Tuhan marah, lalu dihukum, itu terus terjadi berulang-ulang sepanjang sejarah bangsa Israel pada masa itu.

Apa yang terjadi pada bangsa Israel seharusnya bisa dijadikan peringatan. Manusia mendekat kepada Tuhan ketika sedang mengalami penderitaan. Tapi setelah berada dalam keadaan baik dan berkecukupan, seketika itu pula Tuhan dengan mudahnya dilupakan. Padahal tidakkah semua itu kita dapatkan sebagai berkat dari Tuhan? Bukankah tanpa Tuhan kita bukan apa-apa?

Kalau kita menyadari hal itu, mengapa kita tega melupakan Tuhan dan bahkan menyakiti hatiNya? Mazmur Daud mengingatkan kita untuk selalu mengingat kebaikan Tuhan dalam hidup kita. "Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!" (Mazmur 103:1-2).

(bersambung)

Tuesday, December 10, 2024

Kacang Lupa Kulit (4)

 (sambungan)

Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggilan untuk bangsa Israel yang berasal dari kata yashar yang artinya "the upright one", alias "yang tegak lurus, jujur, tulus". Bukannya bertingkah laku seperti namanya, tapi mereka justru melakukan hal sebaliknya.

Betapa kejinya, "Mereka membangkitkan cemburu-Nya dengan allah asing, mereka menimbulkan sakit hati-Nya dengan dewa kekejian, mereka mempersembahkan korban kepada roh-roh jahat yang bukan Allah, kepada allah yang tidak mereka kenal, allah baru yang belum lama timbul, yang kepadanya nenek moyangmu tidak gentar." (ay 16-17).

Mereka melupakan Tuhan yang telah begitu baik kepada mereka. "Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau." (ay 18).

Sangatlah wajar jika Tuhan pun kemudian murka menghadapi "angkatan yang bengkok, anak-anak yang tidak mempunyai kesetiaan." (ay 20) ini.

Dalam ayat-ayat selanjutnya kita mendapati kemurkaan Tuhan yang begitu mengerikan.

(bersambung)

Monday, December 9, 2024

Kacang Lupa Kulit (3)

 (sambungan)

"Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya. Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menaqmpung seekor dan mendukunnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia. Dibuat-Nya dia berkendaraan mengatasi bukit-bukit di bumi, dan memakan hasil dari ladang, dibuat-Nya dia menisap madu dari bukit batu, dan minyak dari gunung batu yang keras, dadih dari lembu sapi dan susu kambing domba, dengan lemak-lemak anak-anak domba; dan domba-domba jantan dari Basan dan kambing-kambing jantan, dengan gandum yang terbaik; juga darah buah anggur yang berbuih engkau minum." (Ulangan 32:10-14).

Lihatlah bagaimana kelimpahan dan perlindungan sepenuhnya dari Tuhan disebutkan dengan begitu indah. Bukankah atas semua berkat luar biasa dari Tuhan itu siapapun penerimanya seharusnya bersyukur dan memuliakan Tuhan? Seharusnya demikian. Tapi sepertinya memang sudah menjadi tabiat manusia untuk lupa melakukan itu.

Demikianlah yang terjadi saat itu oleh bangsa tersebut. Lihatlah sikap buruk mereka. Bukannya bersyukur atas berkat Tuhan, mereka malah berubah sikap setelah menjadi gemuk kekenyangan. Segera mereka melupakan Pribadi yang telah menyediakan itu semua.

Ayatnya menyebutkan seperti ini: "Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, --bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun--dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya." (ay 15)

(bersambung)

Sunday, December 8, 2024

Kacang Lupa Kulit (2)

 (sambungan)

Sepertinya sudah menjadi kecenderungan sifat manusia untuk menjadi sombong dan lupa diri saat kesuksesan, ketenaran, keberhasilan atau peningkatan-peningkatan dalam hidup terjadi. Menjadi lupa terhadap orang-orang yang sama-sama berjuang, menjadi lupa atau tidak peduli kepada orang lain, dan juga, melupakan Tuhan.

Tadinya terus berdoa siang malam dan berharap agar Tuhan memberkati setiap langkah, ketika sudah berhasil Tuhan malah dilupakan. Minta tolong, yes, terima kasih, no. Itupun teramat sering terjadi dalam hidup banyak orang.

Sikap melupakan Tuhan  ini sesungguhnya sudah terjadi sejak jaman dahulu. Bangsa Israel di jaman Musa menjadi contoh nyata mengenai kelakuan yang memalukan ini.

Dalam Ulangan dikatakan: "Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, --bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun--dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya." (Ulangan 32:15).

Kalau kita mundur sedikit, kita bisa lihat bagaimana kebaikan Tuhan telah menyertai dan memberkati mereka seperti yang tertulis dalam ayat 10-14.

"Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya....

(bersambung)

Saturday, December 7, 2024

Kacang Lupa Kulit (1)

 Ayat bacaan: Ulangan 32:15
=======================
"Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, --bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun--dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya."


Seorang teman geleng-geleng kepala melihat temannya. Dulu waktu sama-sama susah mereka berjuang bareng. Mereka kerap berdoa bersama-sama dan saling topang agar bisa sama-sama maju. Tahun demi tahun berlalu. Saat temannya mulai sukses, sikapnya pun berubah. Ia menjadi tinggi hati dan tidak lagi peduli kepada sahabat-sahabatnya.

Kalau dulu ia rajin melayani, sekarang jangankan melayani, ke gereja saja tidak. Kalau ditanya, ia berkata bahwa ia sibuk kerja meski hari Minggu dan tidak punya waktu untuk duduk-duduk di gereja. Baginya itu adalah kegiatan yang buang-buang waktu. Dulu meminta, begitu diberi kemudian melupakan. Ironis sekali, dan sikapnya ini mewakili banyak orang lainnya yang segera melupakan Tuhan saat mereka sudah terbebas dari masalah yang membelenggu mereka.

Ada sebuah peribahasa "bagai kacang lupa kulitnya", mengacu kepada sebuah sikap manusia yang lupa akan asal-usulnya. Selain melupakan jasa orang lain yang pernah membantu, jasa orang tua, guru dan sanak saudara, peribahasa ini juga mengacu kepada orang yang melupakan daerah asal usulnya setelah mereka sukses. Kiasan lainnya yang sering pula dipakai adalah lupa daratan.

Bagi saya yang sempat lama berkecimpung di dunia musik, kisah seperti ini pun banyak terjadi. Tadinya berjuang dari 0 bersama-sama, tapi saat sukses, ketenaran bisa dengan cepat dan mudah membuat band tersebut berantakan lantas bubar. Kesombongan dari salah satu personil yang merasa dirinya paling tenar biasanya menjadi salah satu sumber penyebabnya. Atau, seorang penyanyi yang kemudian menjadi sombong dan kasar kepada band pengiringnya setelah terkenal, itu pun sudah terlalu sering saya saksikan.

(bersambung)

Friday, December 6, 2024

Pahlawan Pemanah (10)

 (sambungan)

Jika kita sudah melakukan semua ini, kelak bukan hanya anak-anak kita yang hidupnya baik dan berhasil, tapi kita sebagai orang tua pun akan merasa bangga dan bahagia. "Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang." (Mazmur 127:4).

Dalam Amsal dikatakan "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6).

Anda siap untuk menjadi pahlawan pemanah? Anda ingin jadi pahlawannya Tuhan? Anda ingin Tuhan bangga melihat anda mampu mengarahkan pusakaNya tepat pada sasaran?

Jika ya, terutama bagi pasangan yang masih punya anak balita, arahkanlah anak-anak panah anda menuju sasaran, sehingga kita bisa melihat mereka hidup dalam kebenaran, hidup dalam penyertaan Tuhan dan jadi panutan bagi banyak orang. Mari kita menjadi orang tua yang bangga dan bersyukur melihat hidup mereka diberkati dan bisa berdampak bagi kesejahteraan lingkungan sekitar, kota, bangsa dan negara bahkan hingga memberkati dunia.



Anda adalah pahlawannya Tuhan jika berhasil mengarahkan anak-anak panah anda ke sasaran yang benar

Thursday, December 5, 2024

Pahlawan Pemanah (9)

 (sambungan)

Para orang tua harus ingat bahwa mencari Tuhan bukanlah berarti mencari peraturan saja tetapi lebih jauh itu berarti mengenal Tuhan. Ketetapan Tuhan dijadikan kesukaan bagi kita yang diterapkan sebagai prinsip-prinsip hidup yang akan menginspirasi dan diteladani oleh anak-anak.

Selain itu orang tua juga diharapkan mampu menemukan minat, bakat atau potensi anak-anak yang tertinggi dan kemudian mengarahkan mereka dengan baik, bukan memaksakan obsesi pribadi. Anak-anak harus diasah untuk tajam dan diarahkan untuk melesat ke arah yang benar, dan itu artinya kita memberi visi kehidupan yang tepat bagi mereka.

Kita harus ingat bahwa peraturan hanyalah membatasi dari luar, tetapi prinsip-prinsip Kerajaan yang diadopsi dengan baik dalam kehidupan nyata bisa merubah seseorang dari dalam dan akan hidup di dalam mereka untuk waktu yang lama.

Dari seluruh isi renungan yang saya sampaikan ini kita bisa melihat bahwa untuk menjadi orang tua sama sulitnya seperti menjadi pemanah ulung. Itu butuh proses, butuh perjuangan dan seringkali butuh pengorbanan. Tapi itulah yang bisa menjadikan kita tampil sebagai pahlawan-pahlawan di mata Tuhan.

(bersambung)

Wednesday, December 4, 2024

Pahlawan Pemanah (8)

 (sambungan)

3. Mengarahkan anak panah ke tempat yang tepat

Seorang pemanah tentu ingin menembakkan anak panahnya mengenai target secara tepat. Tapi bisakah si pemanah mengenai sasaran apabila ia sendiri tidak tahu apa yang menjadi targetnya? Pada kenyataannya ada banyak orang tua yang hanya menerapkan peraturan secara buta tanpa tahu apa yang menjadi tujuan.

Mereka tidak mau dilarang, tidak memberi contoh yang baik, tapi mereka menerapkan secara keras terhadap anak-anaknya. Mereka belum jelas tentang kebenaran Firman Tuhan tapi bersikap layaknya pemimpin diktator dalam rumah tangga. Ini bukanlah gambaran yang baik jika mau mendidik anak-anak untuk menjadi orang-orang terampil yang berhasil dan takut akan Tuhan dalam hidupnya.

Apa yang terlebih dahulu harus diperhatikan adalah sejauh mana orang tua memahami prinsip-prinsip Kerajaan Allah dan mengaplikasikan semua itu secara nyata dalam keluarga. Bagaimana mau anak tidak merokok kalau orang tuanya saja bebas merokok didepan mereka? Mau bagaimana mendidik mereka agar tidak menghakimi orang lain kalau orang tuanya jago gosip?

Mau bagaimana mendidik moral dan akhlak anak-anak kalau orang tuanya menunjukkan pola hidup yang tidak baik seperti korupsi, berbuat curang atau mempertontonkan keahlian mencari keuntungan dengan merugikan yang lain? Anak-anak akan melihat keteladanan dari orang tuanya. Itu yang sering dilupakan oleh banyak orang tua. Mereka cenderung bersikap otoriter karena menyangka posisinya diatas sehingga merasa berhak bersikap seenaknya terhadap anak-anak.

(bersambung)

Tuesday, December 3, 2024

Pahlawan Pemanah (7)

 (sambungan)

Anda perlu tahu dunia pekerjaan hari ini seluas apa, anda perlu tahu bidang yang sesuai bakat atau hobi mereka, anda perlu juga tahu tentang hiburan-hiburan apa yang mereka nikmati hari ini seperti lagu-lagu misalnya. Jumlah lagu yang berisi lirik negatif semakin banyak, sehingga anda perlu tahu apa yang mereka dengar agar bisa mengingatkan mereka tentang hal-hal buruk yang diajarkan lewat lagu-lagu yang sedang 'in' tersebut.

Bersikap menentang dengan keras akan membuat anak semakin berjarak dan tertutup dari anda, bersikap cuek atau tidak peduli akan membuat mereka terseret ke dalam pusaran kesesatan yang ditawarkan dunia.

 Jadi jangan terlalu sibuk mengatur gaya, trend, mode atau hobi, minat dan bakat mereka dan kemudian menjadi terlalu kaku sehingga gagal dalam menyiapkan busur yang kuat dan elastis.

Meski mungkin tidak sesuai dengan selera anda, selama tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, anda harus bisa bertoleransi. Bentuk mendidik atau mendisplinkan yang terlalu kaku dan memaksakan kehendak berlebihan hanyalah akan membuat anak-anak hidup dalam ketakutan, menjauh dari anda dan membuat mereka tidak bisa berkembang.

Sebuah sikap fleksibel akan mampu menjembatani hubungan antar generasi, antara anda dan anak-anak, dan itu akan membuat anda mampu mengarahkan mereka, bagai pahlawan yang mengarahkan anak panahnya menuju sasaran.

3...

(bersambung)(sambungan)

Anda perlu tahu dunia pekerjaan hari ini seluas apa, anda perlu tahu bidang yang sesuai bakat atau hobi mereka, anda perlu juga tahu tentang hiburan-hiburan apa yang mereka nikmati hari ini seperti lagu-lagu misalnya. Jumlah lagu yang berisi lirik negatif semakin banyak, sehingga anda perlu tahu apa yang mereka dengar agar bisa mengingatkan mereka tentang hal-hal buruk yang diajarkan lewat lagu-lagu yang sedang 'in' tersebut.

Bersikap menentang dengan keras akan membuat anak semakin berjarak dan tertutup dari anda, bersikap cuek atau tidak peduli akan membuat mereka terseret ke dalam pusaran kesesatan yang ditawarkan dunia.

 Jadi jangan terlalu sibuk mengatur gaya, trend, mode atau hobi, minat dan bakat mereka dan kemudian menjadi terlalu kaku sehingga gagal dalam menyiapkan busur yang kuat dan elastis.

Meski mungkin tidak sesuai dengan selera anda, selama tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, anda harus bisa bertoleransi. Bentuk mendidik atau mendisplinkan yang terlalu kaku dan memaksakan kehendak berlebihan hanyalah akan membuat anak-anak hidup dalam ketakutan, menjauh dari anda dan membuat mereka tidak bisa berkembang.

Sebuah sikap fleksibel akan mampu menjembatani hubungan antar generasi, antara anda dan anak-anak, dan itu akan membuat anda mampu mengarahkan mereka, bagai pahlawan yang mengarahkan anak panahnya menuju sasaran.

3...

(bersambung)(sambungan)

Anda perlu tahu dunia pekerjaan hari ini seluas apa, anda perlu tahu bidang yang sesuai bakat atau hobi mereka, anda perlu juga tahu tentang hiburan-hiburan apa yang mereka nikmati hari ini seperti lagu-lagu misalnya. Jumlah lagu yang berisi lirik negatif semakin banyak, sehingga anda perlu tahu apa yang mereka dengar agar bisa mengingatkan mereka tentang hal-hal buruk yang diajarkan lewat lagu-lagu yang sedang 'in' tersebut.

Bersikap menentang dengan keras akan membuat anak semakin berjarak dan tertutup dari anda, bersikap cuek atau tidak peduli akan membuat mereka terseret ke dalam pusaran kesesatan yang ditawarkan dunia.

 Jadi jangan terlalu sibuk mengatur gaya, trend, mode atau hobi, minat dan bakat mereka dan kemudian menjadi terlalu kaku sehingga gagal dalam menyiapkan busur yang kuat dan elastis.

Meski mungkin tidak sesuai dengan selera anda, selama tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, anda harus bisa bertoleransi. Bentuk mendidik atau mendisplinkan yang terlalu kaku dan memaksakan kehendak berlebihan hanyalah akan membuat anak-anak hidup dalam ketakutan, menjauh dari anda dan membuat mereka tidak bisa berkembang.

Sebuah sikap fleksibel akan mampu menjembatani hubungan antar generasi, antara anda dan anak-anak, dan itu akan membuat anda mampu mengarahkan mereka, bagai pahlawan yang mengarahkan anak panahnya menuju sasaran.

3...

(bersambung)

Monday, December 2, 2024

Pahlawan Pemanah (6)

 (sambungan)

Antara dua generasi ini saja ada banyak perbedaan nyata yang akan sulit dipahami jika memaksakan kebiasaan atau pola pikir generasi anda ke dalam generasi setelahnya.

Seperti apa contohnya? Misalnya dalam hal menyikapi hobi dan profesi. Generasi X cenderung mengatakan bahwa kerja dahulu baru menyalurkan hobi jika sempat. Generasi X masih berpusat pada gelar-gelar kesarjanaan klasik seperti dokter, insinyur dan sebagainya. Sedang pada generasi Y, hobi sudah bukan lagi sesuatu yang dilakukan hanya kalau ada waktu luang tetapi bisa dijadikan profesi.

Tidaklah heran jika ada banyak orang tua yang tidak mengerti keinginan anaknya. Mereka terus memaksakan kehendak mereka, mengadopsi kebiasaan dan pola pikir generasinya ke dalam zaman si anak. Mereka sulit mengerti bahwa hobi sudah bisa menjadi profesi yang bisa memberi kehidupan stabil bagi anak-anaknya.

Pendidikan-pendidikan era baru seperti desain grafis/desain komunikasi visual, menjadi chef atau juru masak, musisi, ini bagi generasi X hanyalah dianggap bagian dari hobi yang tidak menjamin masa depan anaknya. Padahal di generasi Y semua ini menjadi bidang-bidang profesi yang menarik dan menjanjikan.

Itu baru generasi X dan Y, bagaimana jika generasi X dihadapkan dengan generasi digital hari ini? Masalah yang lebih besar tentu akan muncul. Karena itulah orang tua sebaiknya diharapkan untuk bisa memahami/mengerti generasi apa yang tengah dihidupi oleh anaknya.

(bersambung)

Sunday, December 1, 2024

Pahlawan Pemanah (5)

 (sambungan)

1. Persiapkan tali busur, busur dan anak panah yang kuat

Seorang pemanah harus memperhatikan peralatan yang mereka pergunakan, demikian juga dengan anak panahnya. Jika hanya terbuat dari bahan yang mudah lapuk, tipis atau patah, tentu itu akan menggagalkan anda dalam mengenai sasaran. Seperti itulah persiapan orang tua agar dapat mengarahkan anaknya. Tidak ada anak yang akan bisa diarahkan jika orang tuanya masih lemah dalam memahami nilai-nilai dan prinsip-prinsip kebenaran Kerajaan Allah. Jadi orang tua perlu terlebih dahulu mengerti nilai dan prinsip dan tidak hanya berhenti disana tapi juga menjadi teladan langsung lewat contoh perbuatan dalam hidup sehari-hari agar bisa mempersiapkan anak-anak muda yang kuat dalam menghadapi masalah.

2. Tali busur harus fleksibel dan elastis

Anda tidak akan bisa memanah jika tali busurnya tidak elastis. Tanpa adanya gaya pegas dari keelastisan tali, panah tidak akan bisa melesat jauh menuju sasaran. Sebagai orang tua, kita harus bisa bersikap fleksibel dan elastis terhadap anak-anak yang notabene berada dalam generasi yang berbeda dengan orang tuanya. Maksud elastis atau fleksibel disini bukanlah bersikap lunak membiarkan pelanggaran-pelanggaran yang mereka perbuat, tetapi mengacu kepada pemahaman/mengerti tentang generasi seperti apa yang tengah dialami oleh anak-anak kita.

Mari kita ambil contoh kecil saja, antara generasi X yang lahir di jaman sekitar 1960an hingga 1980an dengan generasi Y yang disebut juga dengan Millenial Generation, mengacu kepada generasi yang lahir di tahun 80an sampai awal 2000an.

(bersambung)

Kreasi (1)

 Ayat bacaan: Yesaya 64:8 ====================== "Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yan...