Ayat bacaan: Ulangan 32:15
=======================
"Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, --bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun--dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya."
Seorang teman geleng-geleng kepala melihat temannya. Dulu waktu sama-sama susah mereka berjuang bareng. Mereka kerap berdoa bersama-sama dan saling topang agar bisa sama-sama maju. Tahun demi tahun berlalu. Saat temannya mulai sukses, sikapnya pun berubah. Ia menjadi tinggi hati dan tidak lagi peduli kepada sahabat-sahabatnya.
Kalau dulu ia rajin melayani, sekarang jangankan melayani, ke gereja saja tidak. Kalau ditanya, ia berkata bahwa ia sibuk kerja meski hari Minggu dan tidak punya waktu untuk duduk-duduk di gereja. Baginya itu adalah kegiatan yang buang-buang waktu. Dulu meminta, begitu diberi kemudian melupakan. Ironis sekali, dan sikapnya ini mewakili banyak orang lainnya yang segera melupakan Tuhan saat mereka sudah terbebas dari masalah yang membelenggu mereka.
Ada sebuah peribahasa "bagai kacang lupa kulitnya", mengacu kepada sebuah sikap manusia yang lupa akan asal-usulnya. Selain melupakan jasa orang lain yang pernah membantu, jasa orang tua, guru dan sanak saudara, peribahasa ini juga mengacu kepada orang yang melupakan daerah asal usulnya setelah mereka sukses. Kiasan lainnya yang sering pula dipakai adalah lupa daratan.
Bagi saya yang sempat lama berkecimpung di dunia musik, kisah seperti ini pun banyak terjadi. Tadinya berjuang dari 0 bersama-sama, tapi saat sukses, ketenaran bisa dengan cepat dan mudah membuat band tersebut berantakan lantas bubar. Kesombongan dari salah satu personil yang merasa dirinya paling tenar biasanya menjadi salah satu sumber penyebabnya. Atau, seorang penyanyi yang kemudian menjadi sombong dan kasar kepada band pengiringnya setelah terkenal, itu pun sudah terlalu sering saya saksikan.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment