Monday, December 23, 2024

Merenungkan Makna Natal (5)

 (sambungan)

Saya yakin bukanlah kebetulan bentuk salib menggambarkan hubungan dengan Tuhan (garis vertikal) dan hubungan dengan sesama (garis horizontal), dimana pusat perpotongannya memancarkan kasih ke segala penjuru garis. Mengasihi Allah dengan segenap diri kita dan mengasihi sesama manusia seperti halnya kita mengasihi diri sendiri merupakan hukum terutama seperti yang diajarkan Yesus sendiri.

Yesus menyampaikan itu langsung pada saat kedatanganNya ke dunia. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Markus 12:30-31)

Bahkan lebih dari itu, kita juga harus mengasihi sesama seperti halnya Yesus mengasihi kita. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34).

Pertanyaannya, seperti apa Yesus mengasihi kita? Dia mengesampingkan atribut dan hak-hakNya dan memberikan nyawaNya bagi kita. Bentuk kasihNya Dia nyatakan sebagai berikut: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (15:13).

Itulah persisnya yang sudah dilakukan Yesus lewat karya penebusanNya. Bagaimana kita bisa mencapai level itu jika untuk memberi sebagian saja sudah sulit? Bagaimana kita bisa memenuhi perintah Kristus jika melihat orang menderita di depan kita saja tidak peka? Bagaimana kita bisa seperti itu kalau kita masih hidup memelihara kebencian, gampang tersinggung, sakit hati atau dendam?

(bersambung)

No comments:

Merenungkan Makna Natal (9)

 (sambungan) Lalu kita harus menyerahkan atau menundukkan pikiran dan perasaan kita agar selaras dengan pikiran dan perasaan Yesus. We think...