(sambungan)
Jika kita menyadari betapa besar kasih Tuhan dan kerelaanNya untuk menghapus maupun melemparkan dosa-dosa kita, seharusnya tidak boleh ada keraguan bagi kita untuk diampuni. Dan seharusnya, kita pun segera bertobat. Pertobatan kita akan berbuah pengampunan. Tidak hanya diampuni, tapi Tuhan juga berjanji untuk tidak lagi mengingat dosa kita. "..sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka." (Yeremia 31:34).
Dalam kesempatan lain, Daud pun menyadari hal itu. Mari kita lihat kutipan dari Mazmur 103. "TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia." (Mazmur 103: 8-13).
That's our God, and He loves us so much, so much that He never wants us to end up in eternal death. Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Kedua kalimat ini tentu tidak asing lagi bagi kita, terutama karena ada lagu-lagu rohani yang bagi saya termasuk legendaris mengangkat tema ini secara khusus.
Sudah saatnya bagi kita untuk meninggalkan batu-batu besar yang penuh sisi-sisi tajam. Bertobatlah, agar Tuhan segera melemparkan batu-batu itu jauh ke dalam tubir laut, kemudian tidak lagi mengingat dosa masa lalu kita. Tidak ada kata terlambat untuk bertobat, dan Tuhan rindu untuk segera melemparkan semua itu sejauh-jauhnya.
(bersambung)
Tuesday, December 31, 2024
Bebas Dari Dosa (4)
Monday, December 30, 2024
Bebas Dari Dosa (3)
(sambungan)
Mari saya ajak teman-teman untuk melihat kitab Mikha. Mikha mengingatkan kita akan kebaikan dan kasih Tuhan yang luar biasa.
"Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut." (Mikha 7:18-19).
Begitulah kasih Tuhan. Dosa-dosa yang membuat kita seharusnya berakhir dalam kematian kekal penuh siksaan semua dibayar lunas oleh Kristus sendiri. Kristus datang ke dunia untuk melakukan karya penebusan sebagai anugerah Tuhan, karena Tuhan begitu mengasihi kita, manusia yang terus berdosa ini. Ketika kita sudah diselamatkan, tidakkah keterlaluan jika kita malah memilih untuk terus menimbun dosa-dosa besar dan mengangkutnya sepanjang hidup kita?
Ketahuilah bahwa kasih setia Tuhan terus tercurah bagi kita. Dia menyayangi kita, dan siap untuk melemparkan dosa-dosa kita yang besar itu jauh ke dalam tubir laut, seperti yang tertulis dengan jelas dan tegas pada ayat di atas. Artinya, jika kita mengambil keputusan untuk bertobat, kasih setiaNya atas kita akan membuatNya langsun menghapuskan dan melemparkan semua itu ke dalam tubir-tubir laut.
(bersambung)
Sunday, December 29, 2024
Bebas Dari Dosa (2)
(sambungan)
Dosa bisa jadi mendatangkan kenikmatan. Tetapi sesungguhnya itu hanyalah kenikmatan sesaat, karena pada akhirnya mendatangkan kerugian, baik untuk masa waktu sementara maupun nanti di kekekalan. Mabuk-mabukan, obat bius, dan sebagainya, selain harganya mahal, itu juga akan menghancurkan hidup dan kesehatan. Itu dosa, namun banyak yang lebih memilih untuk meniti hidupnya dengan bersusah-susah membawa beban-beban dosa yang sungguh berat dan banyak tersebut ketimbang bertobat, menerima hidup baru, dipulihkan dan hidup dengan damai dalam kasih dan penyertaan Tuhan, dipenuhi sukacita surgawi.
Benar, seringkali sulit bagi kita untuk lepas dari dosa, apalagi bentuk dosa yang sudah jadi kebiasaan buruk, atau orang-orang yang sudah terlanjur terikat oleh dosa mereka sehingga mungkin saja butuh dilepaskan. Begitulah bahayanya dosa kalau diijinkan dan dibiarkan masuk ke dalam diri kita.
Dosa punya daya pikat tinggi, it can be really irrisistable dan kalau sudah keburu masuk bisa sulit dilepaskan. Seperti yang sempat saya singgung dalam beberapa renungan terdahulu, bisa jadi dosa itu masuk lewat apa yang kita sebut dengan "mulanya hanya coba-coba", tapi kemudian itu bisa mendatangkan malapetaka, kehancuran, bahkan berakhir maut.
Tapi apakah kita bisa lepas dari dosa-dosa itu? Apakah dosa-dosa itu mungkin terlalu berat sehingga Tuhan tidak akan mau memberi pengampunan? Sulitkah bagi Tuhan untuk menghapus dosa-dosa kita? Pertanyaan-pertanyaan ini sering menjadi santapan si jahat untuk terus mendakwa kita, sehingga sulit sekali bagi kita untuk bisa terbebas dari dosa-dosa yang sudah sempat kita lakukan di masa lalu. Terus menjadi tertuduh dan tersangka, itu yang kita rasakan. Padahal, sama sekali bukan hal sulit bagi Tuhan untuk menghapus dosa-dosa kita, memutihkannya kembali selama kita memang benar-benar berbalik arah, bertobat dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
(bersambung)
Saturday, December 28, 2024
Bebas Dari Dosa (1)
Ayat bacaan: Mikha 7:19
==================
"Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut."
Batu-batu berukuran besar diperlukan terutama sebagai pondasi saat membangun rumah. Dan yang dibutuhkan tidaklah mungkin hanya satu-dua saja, tetapi pasti banyak dan menggunung. Karenanya saat ada yang membangun rumah, batu-batu berukuran besar itu bisa saja sampai menutupi jalan sehingga mengganggu orang yang melintas. Apalagi kalau yang dibangun berada di jalan yang tidak lebar, atau di kompleks perumahan, maka biasanya warga sekitar harus bersabar hingga seluruh batu tersebut ditempatkan di tempat sebagaimana mestinya.
Saya kemudian berpikir bahwa seringkali baik disadari atau tidak dosa kita bisa begitu banyak sehingga akhirnya menggunung seperti tumpukan batu-batu besar itu. Batu yang berukuran besar dengan banyak sisi yang tajam, bisa melukai dan membahayakan baik diri sendiri maupun orang lain.
Seringkali kita merasa bahwa dosa-dosa bak batu-batu besar ini sudah terlalu berat untuk bisa diangkat dan dibuang. Kita sulit sekali berpikir untuk bisa lepas dari tumpukan batu ini, dan semakin lama langkah kita semakin berat karena terus seolah terikat pada tumpukan dosa. Seperti terbelenggu.
Di sisi lain, yang saya rasa ironis, banyak pula orang yang lebih suka untuk mengangkat batu-batu berat tersebut dalam perjalanan hidupnya ketimbang membuangnya jauh-jauh dan hidup sebagai orang yang bebas. Maksud saya, sudah tahu dosa, masih juga terus dilakukan. Mereka lebih memilih hidup bersama batu-batu berat ketimbang bisa terbang lepas dalam hidup mereka. Padahal dengan bertobat, menerima hidup baru, dipulihkan dan hidup dengan damai penuh kasih, itu jelas jauh lebih "ringan" dan akan membawa kita menuju keselamatan.
(bersambung)
Friday, December 27, 2024
Merenungkan Makna Natal (9)
(sambungan)
Lalu kita harus menyerahkan atau menundukkan pikiran dan perasaan kita agar selaras dengan pikiran dan perasaan Yesus.
We think the way He thinks, we feel the way He feels.
Tanpa ini semua, kita akan hidup dengan bahaya kecemaran menuju pada kehancuran.
Sebagai bentuk ucapan syukur kita atas anugerah Tuhan dalam memperingati Natal, hendaklah kita sama-sama merenungkan kembali semua ini. Miliki hati yang murni dalam Tuhan yang menghasilkan produk-produk dimana kasihNya tercermin dan terasa disana. Tidak ada perayaan Natal apabila Tuhan tidak digerakkan oleh kasih memutuskan untuk menebus kita. Tidak ada Natal apabila Yesus tidak datang ke dunia, melepas semua atribut ke-IlahianNya dan mengorbankan diriNya demi kita semua.
Tidak ada yang melarang kita untuk bersukacita dalam merayakan Natal lewat pesta. Semua itu baik dan boleh-boleh saja. Tapi hendaknya kita tidak melupakan Sosok yang dirayakan, dan segala yang telah Dia berikan kepada kita. Mari rayakan Natal tahun ini dengan kembali pada esensinya. Mengerti, menyikapi benar dan mensyukuri, kemudian meneladani dan mengaplikasikan. Jangan jadikan semua yang dilakukan Tuhan sia-sia. Let's make this Christmas as a start of something good. Merry Christmas, God bless you!
We may love the Christmas season, but do we love Christ?
Thursday, December 26, 2024
Merenungkan Makna Natal (8)
(sambungan)
Seorang hamba Kristus seharusnya rela melepas atribut dan hak dalam melakukan segala yang dikehendaki Tuhan dalam hidupnya.
Jangan lupa pula adalah sangat penting bagi kita untuk menjaga betul kemurnian hati kita, dimana seluruh kehidupan itu terpancar. Hati yang tercemar akan menghasilkan kualitas hidup yang juga penuh kecemaran. Itu akan sangat buruk buat kita dan akan pula buruk buat siapapun yang ada di sekitar kita. Buah kebencian dari hati yang dicemari kebencian bukan saja membuat kita jauh dari sukacita dan damai sejahtera tapi juga bisa merusak tatanan kehidupan peradaban manusia.
Celakanya, kebencian hanyalah satu dari begitu banyak produk buruk dari hati yang tercemar. Tidak ada kasih yang bisa hidup disana, apalagi kasih yang bersifat universal, menembus sekat dan batas primordial alias pandangan atau paham baik mengenai tradisi, adat, kepercayaan dan lain-lain, kasih yang berisi pengampunan yang lebih besar dari ukuran dunia, kasih yang sanggup menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu yang nyata buat orang lain tanpa memandang latar belakangnya, bukan seperti sistim sempit yang dianut orang di luar sana.
Sedikit kecemaran saja sudah bisa membuat hati kita menghasilkan produk-produk buruk yang terpancar keluar dari kehidupan kita. Jika dunia diisi oleh keadaan seperti ini, bisa dibayangkan seperti apa dunia jadinya. Jauh, sangat jauh dari dunia layak huni, sangat jauh pula dari seperti apa sebenarnya dunia yang Tuhan inginkan untuk kita tempati.
Tuhan menyediakan pelitaNya lewat roh kita untuk menyelidiki sisi-sisi terdalam pada hati kita agar kita bisa memastikan apakah hati kita sudah murni atau masih mengandung kecemaran. Dan karena itu disediakan lewat roh, maka kita harus memastikan agar roh kita kuat dan memegang kendali atas hidup kita, bukan kedagingan.
(bersambung)
Wednesday, December 25, 2024
Merenungkan Makna Natal (7)
(sambungan)
Jika Tuhan saja demikian, sudah sepantasnya kita pun harus meneladani dan melakukannya. Setidaknya kita bisa memakai momentum Natal tahun ini untuk mulai belajar melakukan itu dimulai dari hal-hal yang sederhana, lalu terus melatih kepekaan kita terhadap penderitaan sesama, sehingga pada suatu ketika kita bisa "satu hati dan satu suara memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus" bersama-sama mereka. (ay 6).
Jika kita bersyukur atas anugerah keselamatan dari Tuhan lewat kelahiran Kristus ke dunia, berarti sudah pada tempatnya kita berpikir untuk melakukan sesuatu sebagai ucapan syukur kita. Apa yang harus kita lakukan? Yesus berkata bahwa "sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40) Itu pesan pentingnya, dan dalam memperingati Natal pun sudah seharusnya kita memikirkan untuk melakukannya. Ingatlah bahwa kita hidup untuk memuliakan Tuhan. "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36).
Hidup ini berasal dari Tuhan, berpusat pada Tuhan, menjalani bersama Tuhan dan berakhir untuk Tuhan. Itulah kehidupan kekristenan sejati. Jika demikian, kita tidak pantas untuk mementingkan kepentingan diri sendiri saja, sibuk membuat pesta dengan segala kemewahan dan kemeriahannya sementara di sekeliling kita masih banyak orang yang berjuang mati-matian untuk sekedar bertahan hidup.
Mengejar perayaan pesta semata apalagi hanya agar terlihat hebat bukanlah gambaran yang benar dari hamba Kristus. Dan itu sudah disampaikan pula oleh Paulus. Ingatlah pesan Tuhan berbunyi "Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus." (Galatia 1:10). Pesta besar tentu akan berkenan kepada manusia, pujian dan pujaan mungkin hadir buat kita, nama dan popularitas mungkin meningkat, tapi itu tidaklah berkenan bagi Kristus sebelum kita terlebih dahulu mengulurkan tangan kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan.
(bersambung)
Tuesday, December 24, 2024
Merenungkan Makna Natal (6)
(sambungan)
Selanjutnya mari kita lihat ayat berikutnya. Dalam Roma 15:1-6 kita bisa melihat gambaran prinsip hidup sebagai seorang Kristen yang seharusnya terhadap sesama kita. "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri." (Roma 15:1)
Kita tidak boleh mementingkan kepentingan diri sendiri, menyenangkan diri sendiri saja dan menutup mata dari kesulitan-kesulitan yang tengah menimpa saudara-saudara kita. Apalagi kalau kita kemudian mengorbankan hak orang lain demi kepentingan atau kesenangan diri sendiri.
Apa yang harus kita lakukan adalah: "Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya." (ay 2). Lebih dari apa yang menyenangkan diri kita pribadi, kita harus bisa mengesampingkannya demi mencari apa yang bisa menyenangkan sesama kita, apa yang bisa kita buat untuk menolong atau meringankan beban mereka. Tidak sebatas memberi kesenangan saja karena itu bisa mengarah kepada pemberian-pemberian yang tidak mendidik atau malah menyesatkan, tapi Firman Tuhan berkata bahwa kita wajib membantu untuk kebaikan mereka.
Demikianlah keteladanan yang kita peroleh dari Kristus. "Karena Kristus juga tidak mencari kesenanganNya sendiri." (Ay 3). Jauh dari kesenangan atau kenyamanan, Yesus menghabiskan waktu demi orang lain, lalu Dia pun rela menderita menanggung siksaan luar biasa keji hingga akhirnya mati di kayu salib. Tanpa itu, entah apa nasib kita hari ini. Penebusan dan pemulihan hubungan dengan Allah yang lama terputus akibat dosa diberikan pada kita lewat kematian dan kebangkitanNya. Jadi kita bisa melihat betapa besarnya kepedulian Kristus terhadap manusia lebih dari kepentingan diriNya sendiri.
(bersambung)
Monday, December 23, 2024
Merenungkan Makna Natal (5)
(sambungan)
Saya yakin bukanlah kebetulan bentuk salib menggambarkan hubungan dengan Tuhan (garis vertikal) dan hubungan dengan sesama (garis horizontal), dimana pusat perpotongannya memancarkan kasih ke segala penjuru garis. Mengasihi Allah dengan segenap diri kita dan mengasihi sesama manusia seperti halnya kita mengasihi diri sendiri merupakan hukum terutama seperti yang diajarkan Yesus sendiri.
Yesus menyampaikan itu langsung pada saat kedatanganNya ke dunia. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." (Markus 12:30-31)
Bahkan lebih dari itu, kita juga harus mengasihi sesama seperti halnya Yesus mengasihi kita. "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi." (Yohanes 13:34).
Pertanyaannya, seperti apa Yesus mengasihi kita? Dia mengesampingkan atribut dan hak-hakNya dan memberikan nyawaNya bagi kita. Bentuk kasihNya Dia nyatakan sebagai berikut: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (15:13).
Itulah persisnya yang sudah dilakukan Yesus lewat karya penebusanNya. Bagaimana kita bisa mencapai level itu jika untuk memberi sebagian saja sudah sulit? Bagaimana kita bisa memenuhi perintah Kristus jika melihat orang menderita di depan kita saja tidak peka? Bagaimana kita bisa seperti itu kalau kita masih hidup memelihara kebencian, gampang tersinggung, sakit hati atau dendam?
(bersambung)
Sunday, December 22, 2024
Merenungkan Makna Natal (4)
(sambungan)
Dan seperti itulah intinya. Yesus turun ke dunia "bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45). Yesus memilih untuk melepas atribut ke-IlahianNya dan "mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (Filipi 2:6-7) Tidak berhenti sampai disitu tapi "dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (ay 8).
Semua itu adalah untuk sebuah misi menebus kita semua, manusia yang berselubung dosa. Penebusan yang hadir sebagai anugerah terbesar dari Tuhan karena Dia teramat sangat mengasihi manusia, His masterpiece, yang begitu berharga bagiNya.
Jadi, saat banyak orang yang hanya merayakan Natal sebatas seremonial dan kemeriahan pesta saja, tidak lagi memikirkan apa yang paling mendasar dari perayaan Natal, bukankah itu menyedihkan? Pestanya dicari, diusahakan semeriah mungkin dan dinikmati, orang rela keluar uang dalam jumlah besar untuk itu, tapi siapa yang dirayakan dan makna perayaannya sendiri dikesampingkan atau bahkan diabaikan.
Lupa mengucapkan syukur atas anugerah yang begitu besar, for this greatest gift of all, dan lupa bagaimana menyikapi esensi Natal ini dalam hubungan dengan sesama. Jika anda ada di posisi Tuhan, bagaimana perasaan anda melihat anugerahNya yang terbesar dikesampingkan dan hanya dipakai sebagai pesta meriah semata?
Selanjutnya mari kita bicara sedikit soal kasih. Kasih merupakan inti dasar dari kekristenan. Saat kita menghargai anugerah Tuhan yang begitu besar karena digerakkan oleh kasih, seharusnya kita pun meneladaninya dengan mengasihi Tuhan lebih lagi dari hari ke hari dan juga menyatakan kasih itu kepada sesama.
(bersambung)
Saturday, December 21, 2024
Merenungkan Makna Natal (3)
(sambungan)
Mari kita baca dan renungkan ayat-ayat berikut.
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah." (Yohanes 3:16-18).
Kenapa Tuhan sebegitu peduli akan keselamatan kita? Karena kasihNya begitu besar atas kita. Kasih ternyata begitu besar powernya bahkan mampu menggerakkan Tuhan untuk melakukan sesuatu terlebih dahulu.
Lewat apa Dia menyelamatkan kita? Dengan mengorbankan AnakNya, Yesus Kristus.
Bagaimana caranya? Dengan percaya kepada Yesus. Apa yang didapat oleh mereka yang percaya? Tidak binasa dan memperoleh hidup yang kekal. Agar manusia tidak lagi ada di bawah hukuman atau kutuk. Bukankah ini adalah sesuatu yang sangat besar maknanya bagi perjalanan hidup umat manusia di dunia?
Sebuah anugerah atas dasar kasih, diberikan kepada kita yang tidak layak. Yesus, Sang Raja di atas segala raja seharusnya layak mendapatkan segala pelayanan yang terbaik yang ada di permukaan bumi ini. Dia berhak, bahkan lebih dari berhak untuk itu. Dia bisa saja datang untuk menghakimi orang-orang yang terus berbuat jahat atau dosa tanpa henti. Tapi bukan misi menghakimi melainkan menyelamatkan yang dilakukan Yesus ke dunia sesuai dengan keinginan Allah Bapa. Yesus rela mengesampingkan hak-hakNya untuk mendapatkan pelayanan kelas utama dan mendapat segala kemudahan dan penghargaan demi kita semua.
(bersambung)
Friday, December 20, 2024
Merenungkan Makna Natal (2)
(sambungan)
So for them, Christmas is just a celebration of the season. A lifestyle, a party. Sesuatu yang sudah menjadi tradisi atau kebiasaan, that's it. Mereka saling mengucapkan selamat Natal atau Merry Christmas, tapi sama sekali tidak mempedulikan Sosok yang dirayakan. Apalagi secara khusus mengucap syukur atas kelahiran Kristus dalam misiNya untuk menyelamatkan kita semua dan mengambil komitmen untuk terus bertumbuh menjadi semakin seperti Yesus. Wah, itu tampaknya sudah terlalu jauh bagi mereka.
Ketika hubungan antar sesama manusia terasa begitu membahagiakan saat merayakan Natal, bagaimana dengan hubungan dengan Tuhan? Saat pestanya dinikmati, suasana semaraknya menyenangkan hati, bukankah makin lama manusia makin kehilangan makna Natal yang sebenarnya? Itu sama saja seperti ada orang yang ulang tahun kemudian membuat perayaan, lantas banyak orang datang dan menikmati sajian sepuasnya tapi tidak mengucapkan apa-apa kepada yang ulang tahun. Bahkan mereka tidak tahu dan tidak peduli siapa yang sudah menyediakan semua itu secara berkelimpahan.
Kalau ini dilakukan oleh orang percaya yang katanya beriman pada Kristus, bukankah itu adalah hal yang menyedihkan? Saat Tuhan sudah memberi kasih karunia dan anugerahNya secara luar biasa, dan yang terbesar justru kita rayakan di hari Natal, tapi kita tidak mengetahui esensinya dan tidak peduli kepada sosok Kristus, sentral dari perayaan ini. Pergeseran makna Natal terus terjadi. yang dipentingkan adalah pesta dan kemeriahan, makin mewah makin bagus, pujian dari orang yang diundang sangat penting bagi kita, tapi kita semakin jarang merenungkan apa yang sebenarnya dirayakan lewat Natal.
Apa sebenarnya makna atau esensi dari Natal? Buat saya, Natal adalah pengingat akan kelahiran atau turunnya Allah ke dunia untuk sebuah misi yang teramat penting bagi kita manusia sebagai sebuah bentuk anugerahNya yang begitu besar. Dikatakan anugerah adalah karena itu adalah pemberian bukan atas balasa jasa melainkan atas dasar kasih untuk kita yang sebenarnya tidak layak menerimanya.
(bersambung)
Thursday, December 19, 2024
Merenungkan Makna Natal (1)
Ayat bacaan: Yohanes 3:16
======================
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Apa hal yang menarik di masa Natal? Kalau yang tinggal di luar negeri seperti di Eropa atau sebagian dari Amerika, nuansa putih dari musim salju yang memenuhi jalanan serta pepohonan bisa jadi membuat masa Natal terasa berbeda dan istimewa. Ada banyak pula rumah disana yang didekor dengan kerlap kerlip lampu sehingga suasananya menjadi indah. Kalau pergi ke pusat-pusat perbelanjaan, biasanya disana pun dekorasinya sudah dibuat semarak untuk menyambut Natal, ditambah lagu-lagu atau musik yang bertemakan Natal membuat suasananya begitu menyenangkan. Ada yang menambahkan Sinterklas, boneka salju, spot-spot untuk berfoto atau event-event spesial agar perayaannya lebih meriah lagi.
Saya pernah berada di sebuah negara di belahan utara Eropa bertepatan pada musim Natal beberapa dekade lalu. Suasana dan pemandangannya memang sangat berbeda. Paduan salju, udara dingin dan lampu yang menghiasi rumah dengan pohon-pohon cemara didekorasi dengan hiasan dan lampu warna warni membuat sebuah kesan berbeda dengan apa yang biasanya saya lihat di negara sendiri. Anak-anak membuat boneka salju, ada yang tidur terlentang dan mengibaskan tangan dan kakinya naik turun untuk membuat kesan kupu-kupu. Meski suhunya sangat dingin dan jalanan bisa sangat licin, saya tetap jalan-jalan di luar untuk merasakan seperti apa suasana Natal di negara yang jauh berbeda atmosfirnya dengan negara sendiri.
Di rumah tempat saya menginap, orang tua dan anak saling bertukar hadiah yang diletakkan di bawah pohon Natal. Kemudian makan malamnya pun istimewa pada malam tanggal 24. Ada kalkun, kentang kukus dengan saus, salad dan wine. Wah, meriah dan istimewa.
Lucunya, semua hanya sebatas perayaan atau pestanya saja. Mereka tidak berdoa bersama, apalagi ke gereja. Jadi yang dirayakan hanyalah musimnya, bukan Natal dalam arti sebenarnya, atau siapa yang ulang tahunnya dirayakan dalam Natal.
(bersambung)
Wednesday, December 18, 2024
Mulanya Hanya Coba-Coba (6)
(sambungan)
Orang-orang yang bertoleransi dengan menikmati dosa sebenarnya sedang melakukan self-destruction, menghancurkan diri sendiri dan mengarahkan dirinya menuju kebinasaan. Peran kita adalah untuk menyadarkan dan menyelamatkan mereka dari kebinasaan bukannya malah ikut-ikutan masuk ke dalamnya. Kita harusnya menjadi contoh atau teladan, bukannya malah dengan mudah terbujuk untuk ikut-ikutan.
Firman Tuhan pun mengingatkan "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2).
Segala perbuatan dosa sesungguhnya berasal dari Iblis. Dan Yesus pun sudah hadir ke dunia atas kebesaran kasih Allah pada diri kita untuk membayar lunas semua itu. Alkitab menyatakan demikian: "barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu." (1 Yohanes 3:8).
Dosa-dosa memang bisa hadir dalam berupa kemasan yang terlihat indah dan penuh kenikmatan, lewat bujukan-bujukan teman yang terasa sayang untuk dilewatkan, tetapi apa yang sesaat itu sama sekali tidak sebanding dengan akibat yang harus kita tanggung selamanya kelak.
Hari ini marilah kita sama-sama mawas diri memperhatikan pergaulan kita dan terlebih lagi menjaga diri kita. Hanya ikut-ikutan tidak akan pernah bisa diangkat menjadi alasan, karena biar bagaimanapun akan ada konsekuensi yang harus siap kita tanggung ketika kita sudah terlanjur terjerumus ke dalam dosa.
When someone ask you to do bad things, say no
Tuesday, December 17, 2024
Mulanya Hanya Coba-Coba (5)
(sambungan)
Paulus lebih lanjut merinci keinginan-keinginan yang bisa berbuah dosa dan melahirkan maut. "Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." (Galatia 5:19-21a).
Dan yang harus kita perhatikan adalah, terhadap pelaku dari semua itu tidak akan mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah. (ay 21b). Jika kita lihat satu persatu, jenis-jenis ini bukan lagi hal yang asing bagi kita yang bisa masuk lewat banyak cara. Karenanya kita perlu waspada dan berpikir baik-baik sebelum memutuskan sesuatu.
Paulus juga sudah mengingatkan agar kita waspada dalam pergaulan. "Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33). Kita harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh kepada dan dengan siapa kita bergaul. Kita memang tidak boleh memusuhi mereka, tetapi adalah wajib bagi kita untuk berhati-hati agar jangan termakan bujukan mereka lalu masuk ke dalam jebakan dosa.
Kembali kepada ayat Amsal diatas, perhatikanlah bahwa Salomo kemudian melanjutkan dengan "..mereka menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri" (Amsal 1:18).
(bersambung)
Monday, December 16, 2024
Mulanya Hanya Coba-Coba (4)
(sambungan)
Kita tidak sadar hanya karena alasan-alasan ini kita bisa mengorbankan masa depan kita, membuang janji-janji Tuhan dan membuka awal bagi kejatuhan kita sendiri.
Selain dalam Amsal, ada banyak pula firman Tuhan yang mengingatkan bahayanya bermain-main dengan dosa. Mungkin awalnya hanya coba-coba, mungkin hanya ingin tahu, ikut-ikutan dan sebagainya, tetapi ingatlah bahwa meski terlihat sepele hal seperti ini bisa menjadi awal hadirnya masalah.
Dosa baik besar atau kecil tetaplah dosa yang punya konsekuensi. Yakobus menyampaikan gambaran betapa berbahayanya ketika kita mulai bertoleransi dengan dosa. "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15). Berawal hanya dari keinginan, kemudian ketika dibuahi itu akan melahirkan dosa. Dan ketika dosa menjadi matang dalam diri kita maka itu akan berujung pada maut.
Ini adalah sebuah peringatan yang harus kita cermati dengan sangat serius. terlebih jika mengingat kita hidup di dunia yang dipenuhi orang-orang yang siap saling sesat menyesatkan, baik mereka sadar atau tidak. Mereka akan terus menawarkan banyak kenikmatan yang sangat dirindukan oleh daging kita. Itulah sebabnya kita benar-benar harus berhati-hati dalam lingkungan pergaulan kita.
Tentu saja sangat baik jika kita bisa membawa pengaruh perubahan yang baik di tengah lingkungan yang buruk, membawa mereka masuk dalam pertobatan dan berbalik dari jalan-jalan yang jahat. Tetapi kita harus berhati-hati agar jangan sampai bukannya membawa pengaruh baik tetapi malah kita yang terjerumus ke dalam rupa-rupa dosa.
(bersambung)
Sunday, December 15, 2024
Mulanya Hanya Coba-Coba (3)
(sambungan)
Sebuah lingkungan pertemanan yang tidak sehat seringkali menjerumuskan orang ke dalam dosa. Di dalam lingkungan pertemanan yang seperti ini, kalau kita mau hidup lurus dan benar kita malah bisa terlihat aneh. Supaya tidak aneh, kita pun mencoba menyesuaikan diri. Saat itu yang kita lakukan, bahaya pun akan langsung mengintai. Konsekuensinya kelak harus kita tanggung, dan penyesalan sering datang terlambat.
Pertanyaannya, apakah ini berarti kita tidak boleh membuka diri seluas-luasnya untuk berteman dengan banyak orang? Tentu saja bukan itu maksudnya. Kita tidak dilarang untuk berteman dengan orang lain, hanya saja kita harus memperhatikan benar dengan siapa kita menjalin hubungan pertemanan. Tidak peduli sekuat apapun iman kita, ketika kita terus menerus memberi toleransi akan dosa maka cepat atau lambat kita bisa terpengaruh dan terjebak dalam bermacam-macam dosa.
Adakah peringatan yang spesifik menyangkut hal ini di dalam Alkitab? Tentu saja ada, bahkan sudah sejak masa Salomo. Dalam Amsal ia menulis: "Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut." (Amsal 1:10).
Ini adalah pesan penting tentu saja. Lewat hikmatnya Salomo sudah bisa melihat kecenderungan manusia yang gampang termakan bujukan atau rayuan untuk berbuat dosa. Orang-orang berdosa akan selalu mencari orang lain untuk mengikuti gaya hidup mereka yang salah. Dan sayangnya, kita kerap menurut karena banyak alasan. Takut dianggap ketinggalan jaman, ingin menjaga gengsi atau segan jika menolak, takut dikucilkan dari pergaulan dan sebagainya.
(bersambung)
Saturday, December 14, 2024
Mulanya Hanya Coba-Coba (2)
(sambungan)
Saya sempat melayani di lembaga pemasyarakatan wanita, dan mendengar berbagai kisah mereka disana. Ada banyak sekali yang harus mendekam di sana untuk waktu yang lama akibat bersentuhan dengan obat-obat terlarang. Ada yang memang pemakai, ada pengedar, ada pula yang tertipu akibat salah gaul. Sedih kalau melihat berapa lama lagi mereka harus berada di sana, apalagi yang jadi korban ditipu atau dijebak, tapi itulah bahayanya kalau kita sampai salah dalam memilih pergaulan.
Pergaulan yang salah bisa merusak seseorang. Tadinya orang itu hidup baik, tetapi ketika masuk ke dalam lingkungan pergaulan yang salah mereka terjerumus ikut-ikutan masuk ke dalam dosa. Mungkin mulanya bisa berkata tidak, tapi lama kelamaan tidak kuasa menolak sehingga dosa pun dilakukan.
"Ah, cuma sekali ini saja, tidak apa-apa." begitu mungkin pikiran yang muncul. Toleransi atas dosa mulai diberikan, dan yang terjadi selanjutnya, orang yang tadinya baik bisa berubah menjadi orang-orang yang tidak lagi peka terhadap pelanggaran ketetapan Tuhan.
Hidup di dunia yang penuh dengan keinginan-keinginan daging yang dipercaya sebagai hal yang membahagiakan oleh orang-orang yang tidak takut akan Tuhan tidaklah mudah. Orang-orang ini akan berusaha menarik kita. Mereka ada di sekitar kita dan akan terus menawarkan sesuatu yang sepintas mungkin saja terlihat menyenangkan dan nikmat, tetapi ada banyak dosa yang mengintip di baliknya. Kalau tidak hati-hati kita bisa terjerumus ke dalamnya dan akibatnya mau tidak mau harus siap menanggung konsekuensinya.
(bersambung)
Friday, December 13, 2024
Mulanya Hanya Coba-Coba (1)
Ayat bacaan: Amsal 1:10
====================
"Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut"
Sebagai pemakai saja sudah harus menghadapi ancaman hukuman kurungan, apalagi kalau sudah menjadi pengedar. Akibatnya bisa sangat fatal, karena bisa jadi sampai hukuman mati menjadi konsekuensinya. Belum lagi, karena harus menutupi ketagihan, berbagai tindak kriminal pun akan mereka lakukan.
Dan yang juga sering kita lihat, mereka sangat susah lepas dari ketagihannya. Meski sudah menjalani hukuman atau rehabilitasi, tidak jarang mereka akan kembali menjadi pemakai dan berulang kali ditangkap, lagi dan lagi.
Awalnya coba-coba, mungkin hanya ikut-ikutan, mungkin terjerumus karena salah memilih pergaulan, bisa pula karena ingin dianggap hebat atau takut kehilangan teman, banyak orang yang akhirnya memilih untuk melakukan tindakan buruk yang bukan saja merusak masa depannya sendiri tetapi juga orang lain.
Pemakai narkoba, perampok, koruptor atau bahkan pembunuh bisa berawal dari salah mengikuti ajakan teman yang tidak bertanggung jawab. Mereka lupa bahwa meski hanya ikut-ikutan, merekapun bisa mendapat ancaman hukuman yang sama apabila menjadi pelaku sebuah tindak kejahatan.
(bersambung)
Thursday, December 12, 2024
Kacang Lupa Kulit (6)
(sambungan)
Seperti kasih seorang bapa kepada anaknya, seperti itu pula kasih Tuhan yang tidak berkesudahan selalu menaungi kita. "Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia....kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya." (ay 13, 17-18).
Apabila hari ini anda diberkati secara baik dalam kehidupan, keluarga dan pekerjaan, jangan lupakan Tuhan. Tetaplah ingat kepada Tuhan yang telah memberikan itu semua. Puji dan sembah Dia, penuhi diri anda dengan ucapan syukur. Ingatlah selalu bahwa apa yang kita raih bukanlah semata-mata karena kerja keras atau hasil jerih payah kita sendiri, tetapi terutama merupakan berkat Tuhan. Tanpa Tuhan semua akan sia-sia.
Menjelang perayaan Natal tahun ini, mari kita mengucap syukur atas segala kebaikan dan kasih Tuhan selama ini dalam hidup kita. Jangan pernah lupakan kebaikanNya, jangan menjadi kacang yang lupa kulit, jangan jadi orang yang lupa daratan. Mari kita terus bersyukur, menaati dan melakukan perintahNya, menjauhi laranganNya, dan terus memuji dan menyembah Dia dengan segenap diri kita.
"Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan , dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini." (Ulangan 8:18)
Wednesday, December 11, 2024
Kacang Lupa Kulit (5)
(sambungan)
Kapok kah mereka? Ternyata tidak. Bukan sekali dua kali bangsa ini melupakan Tuhannya. Kita melihat dalam banyak kesempatan mereka berulang kali menyakiti hati Tuhan yang telah melepaskan mereka dari perbudakan dan memberkati mereka secara dahsyat dalam perjalanan mereka menuju tanah terjanji.
Dalam kitab Hakim Hakim kembali kita temukan sikap buruk mereka. "Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, mereka melupakan TUHAN, Allah mereka, dan beribadah kepada para Baal dan para Asyera." (Hakim Hakim 3:7). Dan hukuman Tuhan pun kembali jatuh atas mereka.
Diberkati, melupakan Tuhan, melakukan kejahatan yang membuat Tuhan marah, lalu dihukum, itu terus terjadi berulang-ulang sepanjang sejarah bangsa Israel pada masa itu.
Apa yang terjadi pada bangsa Israel seharusnya bisa dijadikan peringatan. Manusia mendekat kepada Tuhan ketika sedang mengalami penderitaan. Tapi setelah berada dalam keadaan baik dan berkecukupan, seketika itu pula Tuhan dengan mudahnya dilupakan. Padahal tidakkah semua itu kita dapatkan sebagai berkat dari Tuhan? Bukankah tanpa Tuhan kita bukan apa-apa?
Kalau kita menyadari hal itu, mengapa kita tega melupakan Tuhan dan bahkan menyakiti hatiNya? Mazmur Daud mengingatkan kita untuk selalu mengingat kebaikan Tuhan dalam hidup kita. "Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!" (Mazmur 103:1-2).
(bersambung)
Tuesday, December 10, 2024
Kacang Lupa Kulit (4)
(sambungan)
Alangkah ironis, ketika Israel dalam ayat ke 15 ini memakai istilah "Yesyurun". Yesyurun merupakan salah satu panggilan untuk bangsa Israel yang berasal dari kata yashar yang artinya "the upright one", alias "yang tegak lurus, jujur, tulus". Bukannya bertingkah laku seperti namanya, tapi mereka justru melakukan hal sebaliknya.
Betapa kejinya, "Mereka membangkitkan cemburu-Nya dengan allah asing, mereka menimbulkan sakit hati-Nya dengan dewa kekejian, mereka mempersembahkan korban kepada roh-roh jahat yang bukan Allah, kepada allah yang tidak mereka kenal, allah baru yang belum lama timbul, yang kepadanya nenek moyangmu tidak gentar." (ay 16-17).
Mereka melupakan Tuhan yang telah begitu baik kepada mereka. "Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau." (ay 18).
Sangatlah wajar jika Tuhan pun kemudian murka menghadapi "angkatan yang bengkok, anak-anak yang tidak mempunyai kesetiaan." (ay 20) ini.
Dalam ayat-ayat selanjutnya kita mendapati kemurkaan Tuhan yang begitu mengerikan.
(bersambung)
Monday, December 9, 2024
Kacang Lupa Kulit (3)
(sambungan)
"Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya. Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menaqmpung seekor dan mendukunnya di atas kepaknya, demikianlah TUHAN sendiri menuntun dia, dan tidak ada allah asing menyertai dia. Dibuat-Nya dia berkendaraan mengatasi bukit-bukit di bumi, dan memakan hasil dari ladang, dibuat-Nya dia menisap madu dari bukit batu, dan minyak dari gunung batu yang keras, dadih dari lembu sapi dan susu kambing domba, dengan lemak-lemak anak-anak domba; dan domba-domba jantan dari Basan dan kambing-kambing jantan, dengan gandum yang terbaik; juga darah buah anggur yang berbuih engkau minum." (Ulangan 32:10-14).
Lihatlah bagaimana kelimpahan dan perlindungan sepenuhnya dari Tuhan disebutkan dengan begitu indah. Bukankah atas semua berkat luar biasa dari Tuhan itu siapapun penerimanya seharusnya bersyukur dan memuliakan Tuhan? Seharusnya demikian. Tapi sepertinya memang sudah menjadi tabiat manusia untuk lupa melakukan itu.
Demikianlah yang terjadi saat itu oleh bangsa tersebut. Lihatlah sikap buruk mereka. Bukannya bersyukur atas berkat Tuhan, mereka malah berubah sikap setelah menjadi gemuk kekenyangan. Segera mereka melupakan Pribadi yang telah menyediakan itu semua.
Ayatnya menyebutkan seperti ini: "Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, --bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun--dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya." (ay 15)
(bersambung)
Sunday, December 8, 2024
Kacang Lupa Kulit (2)
(sambungan)
Sepertinya sudah menjadi kecenderungan sifat manusia untuk menjadi sombong dan lupa diri saat kesuksesan, ketenaran, keberhasilan atau peningkatan-peningkatan dalam hidup terjadi. Menjadi lupa terhadap orang-orang yang sama-sama berjuang, menjadi lupa atau tidak peduli kepada orang lain, dan juga, melupakan Tuhan.
Tadinya terus berdoa siang malam dan berharap agar Tuhan memberkati setiap langkah, ketika sudah berhasil Tuhan malah dilupakan. Minta tolong, yes, terima kasih, no. Itupun teramat sering terjadi dalam hidup banyak orang.
Sikap melupakan Tuhan ini sesungguhnya sudah terjadi sejak jaman dahulu. Bangsa Israel di jaman Musa menjadi contoh nyata mengenai kelakuan yang memalukan ini.
Dalam Ulangan dikatakan: "Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, --bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun--dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya." (Ulangan 32:15).
Kalau kita mundur sedikit, kita bisa lihat bagaimana kebaikan Tuhan telah menyertai dan memberkati mereka seperti yang tertulis dalam ayat 10-14.
"Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya....
(bersambung)
Saturday, December 7, 2024
Kacang Lupa Kulit (1)
Ayat bacaan: Ulangan 32:15
=======================
"Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan menendang ke belakang, --bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun--dan ia meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung batu keselamatannya."
Seorang teman geleng-geleng kepala melihat temannya. Dulu waktu sama-sama susah mereka berjuang bareng. Mereka kerap berdoa bersama-sama dan saling topang agar bisa sama-sama maju. Tahun demi tahun berlalu. Saat temannya mulai sukses, sikapnya pun berubah. Ia menjadi tinggi hati dan tidak lagi peduli kepada sahabat-sahabatnya.
Kalau dulu ia rajin melayani, sekarang jangankan melayani, ke gereja saja tidak. Kalau ditanya, ia berkata bahwa ia sibuk kerja meski hari Minggu dan tidak punya waktu untuk duduk-duduk di gereja. Baginya itu adalah kegiatan yang buang-buang waktu. Dulu meminta, begitu diberi kemudian melupakan. Ironis sekali, dan sikapnya ini mewakili banyak orang lainnya yang segera melupakan Tuhan saat mereka sudah terbebas dari masalah yang membelenggu mereka.
Ada sebuah peribahasa "bagai kacang lupa kulitnya", mengacu kepada sebuah sikap manusia yang lupa akan asal-usulnya. Selain melupakan jasa orang lain yang pernah membantu, jasa orang tua, guru dan sanak saudara, peribahasa ini juga mengacu kepada orang yang melupakan daerah asal usulnya setelah mereka sukses. Kiasan lainnya yang sering pula dipakai adalah lupa daratan.
Bagi saya yang sempat lama berkecimpung di dunia musik, kisah seperti ini pun banyak terjadi. Tadinya berjuang dari 0 bersama-sama, tapi saat sukses, ketenaran bisa dengan cepat dan mudah membuat band tersebut berantakan lantas bubar. Kesombongan dari salah satu personil yang merasa dirinya paling tenar biasanya menjadi salah satu sumber penyebabnya. Atau, seorang penyanyi yang kemudian menjadi sombong dan kasar kepada band pengiringnya setelah terkenal, itu pun sudah terlalu sering saya saksikan.
(bersambung)
Friday, December 6, 2024
Pahlawan Pemanah (10)
(sambungan)
Jika kita sudah melakukan semua ini, kelak bukan hanya anak-anak kita yang hidupnya baik dan berhasil, tapi kita sebagai orang tua pun akan merasa bangga dan bahagia. "Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang." (Mazmur 127:4).
Dalam Amsal dikatakan "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6).
Anda siap untuk menjadi pahlawan pemanah? Anda ingin jadi pahlawannya Tuhan? Anda ingin Tuhan bangga melihat anda mampu mengarahkan pusakaNya tepat pada sasaran?
Jika ya, terutama bagi pasangan yang masih punya anak balita, arahkanlah anak-anak panah anda menuju sasaran, sehingga kita bisa melihat mereka hidup dalam kebenaran, hidup dalam penyertaan Tuhan dan jadi panutan bagi banyak orang. Mari kita menjadi orang tua yang bangga dan bersyukur melihat hidup mereka diberkati dan bisa berdampak bagi kesejahteraan lingkungan sekitar, kota, bangsa dan negara bahkan hingga memberkati dunia.
Anda adalah pahlawannya Tuhan jika berhasil mengarahkan anak-anak panah anda ke sasaran yang benar
Thursday, December 5, 2024
Pahlawan Pemanah (9)
(sambungan)
Para orang tua harus ingat bahwa mencari Tuhan bukanlah berarti mencari peraturan saja tetapi lebih jauh itu berarti mengenal Tuhan. Ketetapan Tuhan dijadikan kesukaan bagi kita yang diterapkan sebagai prinsip-prinsip hidup yang akan menginspirasi dan diteladani oleh anak-anak.
Selain itu orang tua juga diharapkan mampu menemukan minat, bakat atau potensi anak-anak yang tertinggi dan kemudian mengarahkan mereka dengan baik, bukan memaksakan obsesi pribadi. Anak-anak harus diasah untuk tajam dan diarahkan untuk melesat ke arah yang benar, dan itu artinya kita memberi visi kehidupan yang tepat bagi mereka.
Kita harus ingat bahwa peraturan hanyalah membatasi dari luar, tetapi prinsip-prinsip Kerajaan yang diadopsi dengan baik dalam kehidupan nyata bisa merubah seseorang dari dalam dan akan hidup di dalam mereka untuk waktu yang lama.
Dari seluruh isi renungan yang saya sampaikan ini kita bisa melihat bahwa untuk menjadi orang tua sama sulitnya seperti menjadi pemanah ulung. Itu butuh proses, butuh perjuangan dan seringkali butuh pengorbanan. Tapi itulah yang bisa menjadikan kita tampil sebagai pahlawan-pahlawan di mata Tuhan.
(bersambung)
Wednesday, December 4, 2024
Pahlawan Pemanah (8)
(sambungan)
3. Mengarahkan anak panah ke tempat yang tepat
Seorang pemanah tentu ingin menembakkan anak panahnya mengenai target secara tepat. Tapi bisakah si pemanah mengenai sasaran apabila ia sendiri tidak tahu apa yang menjadi targetnya? Pada kenyataannya ada banyak orang tua yang hanya menerapkan peraturan secara buta tanpa tahu apa yang menjadi tujuan.
Mereka tidak mau dilarang, tidak memberi contoh yang baik, tapi mereka menerapkan secara keras terhadap anak-anaknya. Mereka belum jelas tentang kebenaran Firman Tuhan tapi bersikap layaknya pemimpin diktator dalam rumah tangga. Ini bukanlah gambaran yang baik jika mau mendidik anak-anak untuk menjadi orang-orang terampil yang berhasil dan takut akan Tuhan dalam hidupnya.
Apa yang terlebih dahulu harus diperhatikan adalah sejauh mana orang tua memahami prinsip-prinsip Kerajaan Allah dan mengaplikasikan semua itu secara nyata dalam keluarga. Bagaimana mau anak tidak merokok kalau orang tuanya saja bebas merokok didepan mereka? Mau bagaimana mendidik mereka agar tidak menghakimi orang lain kalau orang tuanya jago gosip?
Mau bagaimana mendidik moral dan akhlak anak-anak kalau orang tuanya menunjukkan pola hidup yang tidak baik seperti korupsi, berbuat curang atau mempertontonkan keahlian mencari keuntungan dengan merugikan yang lain? Anak-anak akan melihat keteladanan dari orang tuanya. Itu yang sering dilupakan oleh banyak orang tua. Mereka cenderung bersikap otoriter karena menyangka posisinya diatas sehingga merasa berhak bersikap seenaknya terhadap anak-anak.
(bersambung)
Tuesday, December 3, 2024
Pahlawan Pemanah (7)
(sambungan)
Anda perlu tahu dunia pekerjaan hari ini seluas apa, anda perlu tahu bidang yang sesuai bakat atau hobi mereka, anda perlu juga tahu tentang hiburan-hiburan apa yang mereka nikmati hari ini seperti lagu-lagu misalnya. Jumlah lagu yang berisi lirik negatif semakin banyak, sehingga anda perlu tahu apa yang mereka dengar agar bisa mengingatkan mereka tentang hal-hal buruk yang diajarkan lewat lagu-lagu yang sedang 'in' tersebut.
Bersikap menentang dengan keras akan membuat anak semakin berjarak dan tertutup dari anda, bersikap cuek atau tidak peduli akan membuat mereka terseret ke dalam pusaran kesesatan yang ditawarkan dunia.
Jadi jangan terlalu sibuk mengatur gaya, trend, mode atau hobi, minat dan bakat mereka dan kemudian menjadi terlalu kaku sehingga gagal dalam menyiapkan busur yang kuat dan elastis.
Meski mungkin tidak sesuai dengan selera anda, selama tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, anda harus bisa bertoleransi. Bentuk mendidik atau mendisplinkan yang terlalu kaku dan memaksakan kehendak berlebihan hanyalah akan membuat anak-anak hidup dalam ketakutan, menjauh dari anda dan membuat mereka tidak bisa berkembang.
Sebuah sikap fleksibel akan mampu menjembatani hubungan antar generasi, antara anda dan anak-anak, dan itu akan membuat anda mampu mengarahkan mereka, bagai pahlawan yang mengarahkan anak panahnya menuju sasaran.
3...
(bersambung)(sambungan)
Anda perlu tahu dunia pekerjaan hari ini seluas apa, anda perlu tahu bidang yang sesuai bakat atau hobi mereka, anda perlu juga tahu tentang hiburan-hiburan apa yang mereka nikmati hari ini seperti lagu-lagu misalnya. Jumlah lagu yang berisi lirik negatif semakin banyak, sehingga anda perlu tahu apa yang mereka dengar agar bisa mengingatkan mereka tentang hal-hal buruk yang diajarkan lewat lagu-lagu yang sedang 'in' tersebut.
Bersikap menentang dengan keras akan membuat anak semakin berjarak dan tertutup dari anda, bersikap cuek atau tidak peduli akan membuat mereka terseret ke dalam pusaran kesesatan yang ditawarkan dunia.
Jadi jangan terlalu sibuk mengatur gaya, trend, mode atau hobi, minat dan bakat mereka dan kemudian menjadi terlalu kaku sehingga gagal dalam menyiapkan busur yang kuat dan elastis.
Meski mungkin tidak sesuai dengan selera anda, selama tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, anda harus bisa bertoleransi. Bentuk mendidik atau mendisplinkan yang terlalu kaku dan memaksakan kehendak berlebihan hanyalah akan membuat anak-anak hidup dalam ketakutan, menjauh dari anda dan membuat mereka tidak bisa berkembang.
Sebuah sikap fleksibel akan mampu menjembatani hubungan antar generasi, antara anda dan anak-anak, dan itu akan membuat anda mampu mengarahkan mereka, bagai pahlawan yang mengarahkan anak panahnya menuju sasaran.
3...
(bersambung)(sambungan)
Anda perlu tahu dunia pekerjaan hari ini seluas apa, anda perlu tahu bidang yang sesuai bakat atau hobi mereka, anda perlu juga tahu tentang hiburan-hiburan apa yang mereka nikmati hari ini seperti lagu-lagu misalnya. Jumlah lagu yang berisi lirik negatif semakin banyak, sehingga anda perlu tahu apa yang mereka dengar agar bisa mengingatkan mereka tentang hal-hal buruk yang diajarkan lewat lagu-lagu yang sedang 'in' tersebut.
Bersikap menentang dengan keras akan membuat anak semakin berjarak dan tertutup dari anda, bersikap cuek atau tidak peduli akan membuat mereka terseret ke dalam pusaran kesesatan yang ditawarkan dunia.
Jadi jangan terlalu sibuk mengatur gaya, trend, mode atau hobi, minat dan bakat mereka dan kemudian menjadi terlalu kaku sehingga gagal dalam menyiapkan busur yang kuat dan elastis.
Meski mungkin tidak sesuai dengan selera anda, selama tidak bertentangan dengan Firman Tuhan, anda harus bisa bertoleransi. Bentuk mendidik atau mendisplinkan yang terlalu kaku dan memaksakan kehendak berlebihan hanyalah akan membuat anak-anak hidup dalam ketakutan, menjauh dari anda dan membuat mereka tidak bisa berkembang.
Sebuah sikap fleksibel akan mampu menjembatani hubungan antar generasi, antara anda dan anak-anak, dan itu akan membuat anda mampu mengarahkan mereka, bagai pahlawan yang mengarahkan anak panahnya menuju sasaran.
3...
(bersambung)
Monday, December 2, 2024
Pahlawan Pemanah (6)
(sambungan)
Antara dua generasi ini saja ada banyak perbedaan nyata yang akan sulit dipahami jika memaksakan kebiasaan atau pola pikir generasi anda ke dalam generasi setelahnya.
Seperti apa contohnya? Misalnya dalam hal menyikapi hobi dan profesi. Generasi X cenderung mengatakan bahwa kerja dahulu baru menyalurkan hobi jika sempat. Generasi X masih berpusat pada gelar-gelar kesarjanaan klasik seperti dokter, insinyur dan sebagainya. Sedang pada generasi Y, hobi sudah bukan lagi sesuatu yang dilakukan hanya kalau ada waktu luang tetapi bisa dijadikan profesi.
Tidaklah heran jika ada banyak orang tua yang tidak mengerti keinginan anaknya. Mereka terus memaksakan kehendak mereka, mengadopsi kebiasaan dan pola pikir generasinya ke dalam zaman si anak. Mereka sulit mengerti bahwa hobi sudah bisa menjadi profesi yang bisa memberi kehidupan stabil bagi anak-anaknya.
Pendidikan-pendidikan era baru seperti desain grafis/desain komunikasi visual, menjadi chef atau juru masak, musisi, ini bagi generasi X hanyalah dianggap bagian dari hobi yang tidak menjamin masa depan anaknya. Padahal di generasi Y semua ini menjadi bidang-bidang profesi yang menarik dan menjanjikan.
Itu baru generasi X dan Y, bagaimana jika generasi X dihadapkan dengan generasi digital hari ini? Masalah yang lebih besar tentu akan muncul. Karena itulah orang tua sebaiknya diharapkan untuk bisa memahami/mengerti generasi apa yang tengah dihidupi oleh anaknya.
(bersambung)
Sunday, December 1, 2024
Pahlawan Pemanah (5)
(sambungan)
1. Persiapkan tali busur, busur dan anak panah yang kuat
Seorang pemanah harus memperhatikan peralatan yang mereka pergunakan, demikian juga dengan anak panahnya. Jika hanya terbuat dari bahan yang mudah lapuk, tipis atau patah, tentu itu akan menggagalkan anda dalam mengenai sasaran. Seperti itulah persiapan orang tua agar dapat mengarahkan anaknya. Tidak ada anak yang akan bisa diarahkan jika orang tuanya masih lemah dalam memahami nilai-nilai dan prinsip-prinsip kebenaran Kerajaan Allah. Jadi orang tua perlu terlebih dahulu mengerti nilai dan prinsip dan tidak hanya berhenti disana tapi juga menjadi teladan langsung lewat contoh perbuatan dalam hidup sehari-hari agar bisa mempersiapkan anak-anak muda yang kuat dalam menghadapi masalah.
2. Tali busur harus fleksibel dan elastis
Anda tidak akan bisa memanah jika tali busurnya tidak elastis. Tanpa adanya gaya pegas dari keelastisan tali, panah tidak akan bisa melesat jauh menuju sasaran. Sebagai orang tua, kita harus bisa bersikap fleksibel dan elastis terhadap anak-anak yang notabene berada dalam generasi yang berbeda dengan orang tuanya. Maksud elastis atau fleksibel disini bukanlah bersikap lunak membiarkan pelanggaran-pelanggaran yang mereka perbuat, tetapi mengacu kepada pemahaman/mengerti tentang generasi seperti apa yang tengah dialami oleh anak-anak kita.
Mari kita ambil contoh kecil saja, antara generasi X yang lahir di jaman sekitar 1960an hingga 1980an dengan generasi Y yang disebut juga dengan Millenial Generation, mengacu kepada generasi yang lahir di tahun 80an sampai awal 2000an.
(bersambung)
Saturday, November 30, 2024
Pahlawan Pemanah (4)
(sambungan)
Kata-katanya itu muncul tiba-tiba, dan sempat membuat saya terharu. Di satu sisi saya dan istri merasa bersyukur bahwa ia bisa merasakan kasih sayang dan perhatian dari kami dan puas dengan itu, di sisi lain saya pun bisa melihat bagaimana ia sudah mampu melihat kasih sayang Tuhan atas diri dan hidupnya di usia masih sangat belia. Pastinya saya tidak akan pernah berhenti mendidik dan mengarahkannya agar hidup sesuai kebenaran dan terus membimbingnya untuk tetap ingat bahwa Tuhan akan selalu ada dan mengasihinya secara luar biasa.
Kita bisa melihat bahwa sesungguhnya peran orang tua terhadap masa depan anaknya sangatlah krusial. Benar, jika kita melihat ayat sebelumnya Tuhan sudah mengingatkan bahwa anak adalah milik pusaka, pemberian atau anugerah dari Tuhan (ay 3). Tetapi ingatlah bahwa kita yang dititipkan punya tanggungjawab besar untuk mengarahkan mereka menghadapi arus dunia yang penuh dengan kesesatan.
Siapa anak-anak kita kelak akan sangat tergantung dari bagaimana kita mengarahkannya, apakah kita sudah menjadi sosok pahlawan (warrior) seperti yang diinginkan Tuhan atau membiarkan mereka terseret arus dan menjadi orang-orang yang tidak berdampak atau malah mengganggu lingkungan.
Buat saya, peran orang tua yang disimbolkan bagai pahlawan yang berjuang dengan panah ini sangatlah menarik karena bisa mengilustrasikan koneksi orang tua dan anak beserta peran didalamnya secara tepat. Agar anda bisa menjadi pemanah ulung yang bisa membawa harum nama bangsa, anda butuh persiapan dan latihan yang matang. Mari kita lihat satu persatu dan kaitannya dengan peran orang tua ini.
1. Persiapkan tali busur, busur dan anak panah yang kuat
(bersambung)
Friday, November 29, 2024
Pahlawan Pemanah (3)
(sambungan)
"Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda." ("As arrows are in the hand of a warrior, so are the children of one's youth.") (Mazmur 127:4)
Dikatakan anak-anak pada masa muda, karena kita harus mulai serius berpikir untuk mengarahkan mereka sejak di usia dini. Biasanya anak-anak sudah sulit diatur apabila sudah mulai beranjak dewasa atau memasuki masa puber, oleh karena itu yang terbaik adalah mengenalkan mereka kepada Tuhan dan kebenaran-kebenaran FirmanNya, mengajarkan tata krama, kesopanan dalam berbicara dan bertingkah laku dan sebagainya sejak mereka masih kecil.
Saya mulai mengajarkan anak saya berdoa dan mengenal Tuhan sejak usianya masih 2 tahun. Sekarang di usia 5 tahun ia sudah memiliki hubungannya sendiri dengan Tuhan. Caranya berkomunikasi dengan Tuhan saat berdoa bagi saya terasa sangat mencerahkan.
Dalam doanya ia bagaikan berbincang bercerita tentang harinya, ucapan terima kasihnya yang sangat polos untuk hal-hal yang membuatnya senang, dan kalau dia ingin minta sesuatu, misalnya saat dia atau orang tuanya sakit, untuk berkat dalam usaha orang tuanya, atau kalau dia kepingin sesuatu, itu pun dia sampaikan terbuka dan apa adanya.
Lihatlah salah satu contoh ucapannya pada suatu kali yang tidak akan pernah saya lupa. Ia berkata seperti ini: "Kata papa kan saya itu 10 tahun ditunggu untuk lahir. Dan sekarang saya sudah bukan bayi lagi. Tuhan terus jaga saya sampai sekarang. Dan papa tahu nggak, buat saya, saya lahir punya orang tua papa dan mama itu bukti kalau Tuhan benar-benar sayang sama saya. Saya tidak mau ganti papa dan mama, karena papa dan mama itu adalah yang terbaik."
(bersambung)
Thursday, November 28, 2024
Pahlawan Pemanah (2)
(sambungan)
Posisi tangan yang membidik dengan yang memegang busur harus sejajar, bagaimana menarik busur dengan tiga jari dan cara melepaskannya, berbagai peralatan pengaman seperti pelindung tangan, dada (jika diperlukan, terutama bagi wanita) dan sebagainya, itupun perlu mendapat perhatian khusus. "Menjadi pemanah butuh persiapan dan latihan matang, karena salah-salah bukan hanya bisa meleset dari sasaran tapi juga bisa mencelakakan diri sendiri." kata teman saya.
Hawkeye dan Robin Hood mungkin hanya legenda atau cerita, itu benar. Mereka pahlawan, terlepas dari apakah mereka hanya tokoh hasil rekaan atau tidak, itu pun benar.Tapi tahukah anda bahwa di mata Tuhan anda pun sama dianggap para pahlawan apabila bisa mengarahkan anak-anak anda menuju sasaran yang benar? Tuhan menggambarkan peran anda para orang tua dan calon orang tua seperti Hawkeye dan Robin Hood, yaitu pahlawan yang bisa membuat anak-anak 'panah'nya untuk bisa tepat sasaran, membawa dampak positif dimanapun mereka ditempatkan.
Kata pahlawan sebagai sebutan bagi orang tua yang bisa mengarahkan anak itu benar-benar disebutkan di dalam Alkitab, yaitu di dalam kitab Mazmur 127:4. "As arrows are in the hand of a warrior, so are the children of one's youth."
Dalam bahasa Indonesianya dikatakan "Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda."
(bersambung)
Wednesday, November 27, 2024
Pahlawan Pemanah (1)
Ayat bacaan: Mazmur 127:4
===================
"Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda."
Anda tentu ingat dengan tokoh urban legend atau hikayat dari tanah Inggris bernama Robin Hood. Ia merupakan musuh dari sheriff Nottingham yang ia anggap kerap merebut tanah rakyat dengan semena-mena. Jadi bagi sheriff Nottingham dan para bangsawan yang berafiliasi dengan sang sheriff, Robin Hood adalah musuh. Sementara bagi rakyat, ia dianggap pahlawan karena ia merampok para bangsawan itu lalu membagi-bagi hasil rampasannya kepada rakyat.
Menurut banyak catatan dari abad ke 15, Robin Hood piawai menggunakan busur panah dan pedang. Panah dan pedang merupakan senjata yang 'in' di masa itu, dan siapapun yang ingin menguasainya tentu harus berlatih terlebih dahulu.
Maju beberapa abad ke depan, komik Marvel pun punya salah satu superhero yang bernama Hawkeye. Tokoh ini bukanlah seorang dengan kekuatan superhero seperti halnya Hulk, bukan pula tokoh dengan dilengkapi peralatan hi-tech seperti Iron Man, tetapi ia piawai dalam menggunakan panah dan disebut sebagai pemanah terbaik dalam dunia komik Marvel.
Baik Robin Hood maupun Hawkeye di dalam film-film saat memanah sepertinya terlihat mudah, tapi sebenarnya tidaklah demikian. Menurut seorang teman saya yang menggeluti dunia panahan, untuk bisa menjadi pemanah ulung haruslah melalui banyak latihan dan butuh persiapan yang tidak ringan.
Untuk menjaga agar tidak sampai cedera bahu kita harus tahu betul prosedur dan cara yang benar dalam melakukannya, demikian juga agar panah bisa diarahkan tepat ke sasaran. Semua itu tidak mudah dan butuh latihan lama untuk dapat melakukannya dengan baik dan benar.
Ayat bacaan: Mazmur 127:4
===================
"Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda."
Anda tentu ingat dengan tokoh urban legend atau hikayat dari tanah Inggris bernama Robin Hood. Ia merupakan musuh dari sheriff Nottingham yang ia anggap kerap merebut tanah rakyat dengan semena-mena. Jadi bagi sheriff Nottingham dan para bangsawan yang berafiliasi dengan sang sheriff, Robin Hood adalah musuh. Sementara bagi rakyat, ia dianggap pahlawan karena ia merampok para bangsawan itu lalu membagi-bagi hasil rampasannya kepada rakyat.
Menurut banyak catatan dari abad ke 15, Robin Hood piawai menggunakan busur panah dan pedang. Panah dan pedang merupakan senjata yang 'in' di masa itu, dan siapapun yang ingin menguasainya tentu harus berlatih terlebih dahulu.
Maju beberapa abad ke depan, komik Marvel pun punya salah satu superhero yang bernama Hawkeye. Tokoh ini bukanlah seorang dengan kekuatan superhero seperti halnya Hulk, bukan pula tokoh dengan dilengkapi peralatan hi-tech seperti Iron Man, tetapi ia piawai dalam menggunakan panah dan disebut sebagai pemanah terbaik dalam dunia komik Marvel.
Baik Robin Hood maupun Hawkeye di dalam film-film saat memanah sepertinya terlihat mudah, tapi sebenarnya tidaklah demikian. Menurut seorang teman saya yang menggeluti dunia panahan, untuk bisa menjadi pemanah ulung haruslah melalui banyak latihan dan butuh persiapan yang tidak ringan.
Untuk menjaga agar tidak sampai cedera bahu kita harus tahu betul prosedur dan cara yang benar dalam melakukannya, demikian juga agar panah bisa diarahkan tepat ke sasaran. Semua itu tidak mudah dan butuh latihan lama untuk dapat melakukannya dengan baik dan benar.
(bersambung)
(bersambung)
Tuesday, November 26, 2024
Menjadi Anggur Yang Baik (5)
(sambungan)
Seringkali proses pengubahan ini seringkali tidak menyenangkan. Ada kalanya kita harus mengalami berbagai hal berat dan menyakitkan ketika sedang dibentuk. Mungkin, ketika air diubah menjadi anggur, jika bisa bicara bisa jadi air itu akan berteriak kesakitan. Tapi lewat itulah kita bisa diubahkan Tuhan menjadi anggur berkualitas yang bisa menjadi berkat bagi banyak orang.
Hidup kita yang biasa-biasa saja bisa dipakai Tuhan agar bermakna bagi orang lain. Untuk itu kita harus rela ditegur, dikoreksi, diajar atau malah dihajar jika perlu. Dan untuk menjadi hamba-hamba Tuhan, kita harus siap mengorbankan waktu, tenaga dan sebagainya yang sangat diperlukan dalam melayani.
Siapapun kita, apapun latar belakang kita, Tuhan bisa pakai itu semua untuk menjadi berkat. Yang dibutuhkan adalah kerelaan kita untuk diubahkan dan dipakai agar menjadi berkat. Ketaatan kita secara penuh, melakukan apa yang Dia perintahkan, lalu mengisi diri kita dengan firman Allah, itulah dasar yang akan mengarahkan kita menjadi anggur berkualitas.
Seperti apa atau diposisi mana kita saat ini? Mari kita sama-sama terus bertumbuh hingga bisa menjadi anggur baik yang bisa menjadi berkat bagi orang banyak.
Jadilah anggur yang baik yang membawa sukacita dan berkat bagi sesama
Monday, November 25, 2024
Menjadi Anggur Yang Baik (4)
(sambungan)
Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran penting: seperti apakah kita saat ini? Apakah kita masih seperti air biasa, atau air yang sedang dalam proses pemurnian, atau sudah menjadi anggur yang baik? Seperti halnya Yesus sanggup mengubah air menjadi anggur, Dia sanggup mengubah kita yang "biasa-biasa" saja untuk menjadi anggur yang baik yang bisa memberkati, membawa sukacita bagi banyak orang.
Lebih lanjut, kita juga bisa melihat bahwa awalnya tempayan-tempayan itu disuruh Yesus sendiri untuk diisi dengan air. Bagian ini mengacu pada pentingnya kita mengisi diri kita secara teratur dengan firman Tuhan yang hidup. Firman Tuhan sungguh penting dalam hidup kita, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." (Ibrani 4:12).
Dan jangan lupa sebelum air diperintahkan Yesus untuk masuk ke tempayan, ada sebuah pesan penting yang disampaikan Maria, ibu Yesus. "Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!" (ay 5).
Dari sini kita bisa belajar bahwa ketaatan pada Yesus menjadi kunci utama pula. Jadi secara singkat kita bisa melihat bahwa apabila kita manusia berada di tangan Yesus, taat kepadaNya dan kemudian mengisi diri kita dengan firman Tuhan, maka kita bisa diubahkan untuk menjadi anggur (berkat) bagi orang lain.
(bersambung)
Sunday, November 24, 2024
Menjadi Anggur Yang Baik (3)
(sambungan)
Lalu selanjutnya ini yang terjadi. "Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun mengisinya sampai penuh." (ay 7). Kemudian Yesus meminta mereka untuk menyendok air itu dan membawanya kepada pemimpin pesta. (ay 8). "Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya". (ay 9).
Si pemimpin pesta terheran-heran melihat apa yang terjadi. Segera ia memanggil mempelai pria, dan berkata: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."(ay 10).
Secara ringkas itulah kisah yang menjadi mukjizat awal sebagai permulaan dari pelayanan Kristus secara langsung di dunia tiga setengah tahun setelahnya.
Sekarang mari kita lihat lebih jauh. Apa yang diberikan Yesus lewat mukjizatNya bukan sekedar anggur, tapi dikatakan anggur yang baik. (ay 10).
Anggur yang baik ini kemudian dinikmati dan menjadi berkat bagi banyak orang yang hadir disana. Tentu akan sangat berbeda kalau yang dihidangkan hanya air putih biasa.
(bersambung)
Saturday, November 23, 2024
Menjadi Anggur Yang Baik (2)
(sambungan)
Bicara soal anggur, hari ini saya ingin mengajak anda untuk melihat kisah perkawinan di Kana yang dihadiri Yesus. Kisah ini dicatat dalam Yohanes 2:1-11.
Ada banyak implikasi yang bisa kita jadikan pelajaran dari kisah ini, tapi hari ini saya secara khusus ingin fokus kepada mukjizat yang dilakukan Yesus dengan mengubah air menjadi anggur.
Pada saat itu, pesta pernikahan tampaknya sukses besar. Sepertinya tamu yang hadir membludak jauh dari yang diperkirakan, sehingga yang terjadi adalah tuan rumah pun kehabisan anggur.
Bayangkan jika kita yang menjadi tuan rumah pesta, dan hidangan utama habis sementara tamu masih berdatangan. Pasti pusing kan?
Mari kita lihat situasi disana dengan lebih dalam. "Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung." (Yohanes 2:6).
Dua-tiga buyung, itu berarti ukurannya sekitar 20-30 galon, kira-kira 100 liter bisa ditampung dalam masing-masing tempayan. Banyak bukan?
(bersambung)
Friday, November 22, 2024
Menjadi Anggur Yang Baik (1)
Ayat bacaan: Yohanes 2:9
=====================
"Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya"
Perbedaan merek pada jenis minuman yang sama akan membuat harga berbeda. Itu tentu hal lumrah yang biasa anda lihat ketika berbelanja. Seringkali merek akan menjamin kualitas, maka yang bermerek bagus harganya pun akan lebih mahal dari yang mereknya di kelas yang lebih rendah.
Dalam kondisi sulit seperti sekarang, brand-brand ternama pun harus rela menekan harganya agar mampu bersaing. Lihat saja misalnya persaingan di antara teh kemasan botol plastik, jenis minuman yang termasuk masih laris di pasaran.
Jika beda mereka saja sudah bikin harga beda, apalagi jenis air atau minuman yang berbeda. Maksud saya, harga air mineral dengan teh kotak, kopi, jus tentu beda lagi. Apalagi jika dibandingkan dengan harga anggur, yang jika dikonsumsi dalam jumlah wajar menurut penelitian bisa membantu kesehatan. Harga air putih dan anggur jauh sekali bedanya. Sama-sama minuman, sama-sama air tapi selisih harganya jauh. Apalagi kalau anggurnya berkualitas, wah harganya bisa bagai bumi dan langit.
Bicara soal anggur, hari ini saya ingin mengajak anda untuk melihat kisah perkawinan di Kana yang dihadiri Yesus. Kisah ini dicatat dalam Yohanes 2:1-11.
(bersambung)
Thursday, November 21, 2024
Bisa Karena Terbiasa (6)
(sambungan)
Firman Tuhan juga mengingatkan bahayanya membiarkan dosa merasuk lewat berbagai keinginan daging. "Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:15).
Lihatlah rangkaiannya. Bermula dari keinginan yang dibiarkan bahkan dibuahi, dosa lahir sebagai hasilnya. Saat dosa dibiarkan terus bertambah matang, pada suatu ketika dosa akan melahirkan tidak ada hal lain selain maut.
Sangatlah berbahaya membiarkan diri kita diperbudak dosa. Dosa yang dilakukan berulang-ulang bisa mendatangkan akibat yang semakin buruk. Begitu berat resikonya apabila kita terus bermain-main dengan dosa.
Oleh karena itulah kita harus mengingat betul pesan Paulus agar kita benar-benar memperhatikan kesadaran kita sebaik-baiknya. Kesadaran yang bukan ala kadarnya tapi sebaik-baiknya sangatlah penting dalam menentukan apakah kita bisa menjaga kekudusan diri kita atau tidak, apakah kita bisa tetap bersih atau kembali tercemar oleh kebiasaan buruk lama dan banyak dosa lainnya. Apabila kita tahu apa yang salah tetapi kita terus menerus melakukannya maka yang terjadi bisa lebih buruk dari yang kita duga.
Tidaklah cukup bagi kita untuk sekedar tahu saja akan mana yang baik dan buruk tanpa benar-benar menjaga kesadaran kita secara baik. Mari jaga baik diri kita dari kecemaran, hindari dosa seperti apapun agar hal yang lebih buruk tidak harus terjadi pada kita, dan aar keselamatan yang sudah dianugerahkan lewat Kristus tidak luput dari genggaman kita.
Terbiasalah melakukan kebenaran bukan dosa
Wednesday, November 20, 2024
Bisa Karena Terbiasa (5)
(sambungan)
Dosa yang terus menerus dilakukan akan membawa dampak yang lebih berat lagi. Jika demikian, kesadaran sangatlah diperlukan agar kita tidak berbuat dosa lagi. Secara jelas Paulus juga mengingatkan kita agar tidak terbuai dan lengah menjaga kesadaran. "Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi!" (1 Korintus 15:34).
Sadarlah kembali, bukan sekedar sadar atau sadar ala kadarnya, tapi sadarlah sebaik-baiknya, kata Paulus. Jangan puas dengan sadar yang hanya setengah-setengah. Hanya kesadaran yang sebaik-baiknya-lah yang bisa membuat kita awas akan jebakan-jebakan iblis agar kita kembali tercemar oleh berbagai dosa yang seharusnya sudah kita tinggalkan.
Jika mengacu kepada 1 Petrus 5:8, kita harus sadar bahwa iblis akan terus berkeliling mengaum-aum mencari celah untuk menjauhkan kita dari keselamatan. Dia akan terus berusaha untuk itu, tetapi ia tidak akan bisa berbuat apa-apa jika kita tidak memberi celah sedikitpun baginya untuk masuk. Ia hanya bisa berkeliling, mengaum-aum tanpa bisa melakukan apapun karena tidak ada celah yang bisa ia manfaatkan.
Itulah sebabnya menjaga kesadaran sebaik-baiknya merupakan tugas yang sangat penting untuk kita ingat setiap saat. Si jahat akan terus berusaha tanpa lelah untuk menipu dan menjebak kita agar kita kembali menjadi hamba dosa. Tetapi iblis tidak akan sanggup berbuat apa-apa jika kita tetap berada dalam kondisi sadar penuh setiap hari.
(bersambung)
Tuesday, November 19, 2024
Bisa Karena Terbiasa (4)
(sambungan)
"Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (ay 14).
Yesus mengingatkan orang ini agar jangan berbuat dosa lagi setelah sembuh, karena itu bisa membawa dampak yang lebih buruk lagi kepadanya. 38 tahun harusnya sudah lebih dari cukup untuk menjadi pelajaran akan bahaya dosa.
Godaan untuk berbuat dosa mungkin akan tetap dan selalu ada. Itu adalah hal yang sering dianggap lumrah, sesuatu yang dikatakan orang sebagai hal manusiawi. Karena itulah Yesus mengingatkan kita agar tidak tergoda. Jangan berbuat dosa lagi, supaya jangan sampai yang lebih buruk terjadi pada kita.
Yesus beberapa kali mengatakan "jangan berbuat dosa lagi" secara langsung selain kepada si lumpuh yang Dia temukan di kolam Betesda.
Misalnya seperti dalam kisah "perempuan yang berzinah" (Yohanes 7:53-8:11). Ketika perempuan yang berzinah itu hampir dihakimi oleh para ahli Taurat dan orang Farisi dengan hukuman dirajam sampai mati akibat kesalahannya, Yesus datang memberikan pengampunan. Satu pesan yang disampaikan Yesus kepadanya: "..jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (8:11).
(bersambung)
Monday, November 18, 2024
Bisa Karena Terbiasa (3)
(sambungan)
Hati nurani kita tidak lagi berfungsi atau terlanjur mati. Kita jadi terbiasa berbuat dosa dan tidak lagi merasa bersalah ketika melakukannya. Dosa terus meningkat sehingga mendatangkan banyak masalah dalam tingkatan yang seringkali bertambah pula. Dosa yang terus dibuahi akan mendatangkan dosa-dosa yang lebih berat dan banyak, pada akhirnya berujung maut.
Yesus mengingatkan akan hal ini ketika ia menyembuhkan orang lumpuh di kolam yang disebut Betesda (Yohanes 5:1-18).
Ada seorang lumpuh yang mengharapkan kesembuhan sehingga datang ke kolam Betesda. Orang yang lumpuh ini sudah begitu lama mengalami lumpuh. Tidak main-main, ia sudah menderita selama tidak kurang dari 38 tahun. Ia sangat berharap akan kesembuhan. Sayangnya waktu itu tidak satupun orang yang mau membawanya masuk ke dalam kolam.
Suatu hari Yesus yang ada disana melihatnya dan tanpa perlu basah menceburkan diri seperti yang dilakukan banyak orang saat mengharapkan kesembuhan, si lumpuh ini mengalami mukjizat kesembuhan dari Yesus.
Mari kita lihat kisah setelahnya. Setelah mengalami mukjizat kesembuhan, ia bertemu dengan Yesus di dalam Bait Allah. Perhatikan apa yang disampaikan Yesus kepadanya.
"Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk." (ay 14).
(bersambung)
Sunday, November 17, 2024
Bisa Karena Terbiasa (2)
(sambungan)
Melakukan kebiasaan yang baik akan membuat diri kita terlatih dan bertumbuh lebih baik. Tapi sayangnya, hal sebaliknya pun terjadi. Kalau kebiasaan buruk yang anda pupuk, maka hal buruk itu pun akan mengalami peningkatan pula, dari buruk menjadi lebih buruk kemudian menjadi semakin buruk.
Sebagai contoh sederhana saja, jika anda mulai dari korupsi kecil dengan mark-up harga barang, sekali dua kali berhasil maka nilai mark-up pun mulai semakin berani meningkat sampai korupsi besar-besaran.
Anda mulai mengkonsumsi obat terlarang, mungkin mulanya cuma coba-coba tapi kemudian menjadi addict atau ketagihan.
Kalau awalnya mulai belajar bandel dan membangkang, lama-lama jadi pemberontak dan jahat. Mulanya berbohong kecil, tapi kemudian jadi penipu yang dingin tanpa rasa bersalah lagi.
Betapa seringnya kita lupa bahwa dosa itu bisa meningkat eskalasinya dan membawa akibat yang terus semakin parah. Dosa lama yang kembali kita rangkul, dosa-dosa 'kecil' yang terus kita biarkan bisa mendatangkan dosa lebih banyak dan dengan sendirinya membawa akibat lebih buruk. Kalau tadinya kita merasa menyesal ketika berbuat dosa, ketika itu terus berulang-ulang kita biarkan maka lama kelamaan berbuat dosa akan terasa lebih ringan karena kita sudah terbiasa melakukannya.
(bersambung)
Saturday, November 16, 2024
Bisa Karena Terbiasa (1)
Ayat bacaan: Yohanes 5:14
======================
"Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: "Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk."
Saya termasuk beruntung, karena dengan penjualan yang menurun terus, karyawan saya ternyata setia untuk terus bekerja pada saya meski kami tidak lagi sanggup menggajinya seperti dulu. Supaya adil, saya pun memotong jam kerjanya setengah hari saja karena di pagi sampai siang saya harus mengantar dan menjemput anak pergi dan pulang sekolah, atau keperluan restok toko dan sebagainya.
Nah, disamping toko saya ada bengkel khusus spare part motor. Karena ia hanya setengah hari di saya, ia kemudian ditarik oleh si pemilik bengkel untuk lanjut kerja disana setelah jam kerjanya di saya berakhir. Mulanya ia ragu, karena ia tidak punya pengalaman apapun menggunakan mesin-mesin baik besar atau kecil untuk memproduksi spare part. Si pemilik bengkel mengajarkannya, dan sekarang ia bisa mengerjakan sendiri dari awal sampai selesai dengan cepat. Meski sulit, sesuatu yang sudah dilakukan secara terus menerus akan membuat pelakunya terbiasa.
Ada pepatah lama yang berbunyi: 'alah bisa karena biasa'. Pepatah ini mengacu kepada sifat alami manusia yang lewat kebiasaan mengerjakan sesuatu akan bisa melakukannya tanpa kesulitan lagi. Tadinya tidak bisa, karena biasa melakukan lama-lama jadi bisa.
Kalau anda belajar sesuatu dan kemudian berlatih dan melakukannya secara rutin, anda akan bisa melakukan itu dengan natural. Anda lihat musisi yang berlatih keras meningkatkan skil dan eksplorasinya, setelah bertahun-tahun maka mereka menjadi piawai menguasai instrumen mereka. Maka anda akan berkata: "wah, itu sulit sekali, tapi ia membuatnya terlihat seperti mudah!"
(bersambung)
Friday, November 15, 2024
Collective Faith (5)
(sambungan)
Kita harus mau melakukan itu kalau mau memenuhi hukum Kristus dan tidak hanya terpusat pada kepentingan diri sendiri. Justu kepentingan orang lain harus kita utamakan. "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya." (Roma 15:1-2)
Saling tolong menolong ini pun menjadi sebuah keharusan untuk dijadikan bagian hidup oleh orang-orang yang telah dipanggil oleh Tuhan sebagai wujud nyata dari kasih. "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2).
Kisah keempat sahabat yang menggotong temannya yang menderita kelumpuhan ini telah membuka cakrawala berpikir saya dalam memahami pesan-pesan penting yang terkandung di dalam Firman Tuhan. Sudahkah anda berkomunitas hari ini? Sadarkah anda akan pentingnya hal itu? Disamping anda mengharapkan sesuatu dari sebuah komunitas sel (komsel), apakah anda sudah berpikir apa yang bisa anda tawarkan, berikan atau bagikan buat teman-teman sepersekutuan? Dan apa yang bisa komsel anda lakukan untuk orang lain?
Hal ini sangatlah penting. Selain kita bisa tetap saling jaga mendekati datangnya hari Tuhan, kita pun bisa menggenapi hukum Kristus dan mengaplikasikan wujud kasih secara nyata dengan saling membantu satu sama lain. Hidupi sebuah komunitas sehat yang mengaplikasikan kebenaran, bertumbuhlah disana dan anda akan mengalami dan menyaksikan bagaimana kuasa mukjizat Tuhan mengalir deras disana.
Never underestimate the power of collective faith!
Thursday, November 14, 2024
Collective Faith (4)
(sambungan)
Saling tolong menolong, saling menjaga, saling mengingatkan dan saling-saling yang baik lainnya sesungguhnya merupakan sebuah keharusan bagi orang percaya. Firman Tuhan mengingatkan: Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya! Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas? Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan." (Pengkotbah 4:9-12).
Khusus ayat 12 dalam versi The Message dikatakan: "By yourself you’re unprotected. With a friend you can face the worst." Dengan sendirian kita akan tidak terproteksi. Dengan adanya teman kita bisa menghadapi hal terburuk sekalipun.
Firman Tuhan juga mengingatkan dengan jelas seperti berikut: "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2).
Ini adalah sebuah pesan penting dan serius, karena kalau kita mau memenuhi atau mengamalkan atau menggenapi hukum Kristus, kita harus mengembangkan kebiasaan saling tolong menolong dalam memikul beban masing-masing. Bagi kita yang kuat wajib menolong yang lemah, bagi kita yang sedang mampu seharusnya mau bersikap pro-aktif untuk menolong meringankan beban orang lain. Pro-aktif, artinya seharusnya kita mau menawarkan hal itu meski tidak atau belum diminta sekalipun.
(bersambung)
Wednesday, November 13, 2024
Collective Faith (3)
(sambungan)
Dari kisah ini kita bisa melihat beberapa hal penting.
Pertama, kita bisa melihat bagaimana iman bisa menggerakkan Tuhan menjamah seseorang untuk mengalami mukjizat-mukjizat Ilahi termasuk di dalamnya kesembuhan.
Kedua, kita juga bisa melihat bahwa iman kita sanggup menggerakkan Tuhan untuk menjamah orang lain. Iman dari keempat sahabat ternyata mampu mendatangkan kesembuhan dari si penderita lumpuh ini.
Ketiga, yang tidak kalah penting adalah semua ini dimungkinkan pula dari kerjasama yang padu dengan dasar saling tolong menolong. Pada hakekatnya kita diciptakan sebagai mahluk sosial yang seharusnya berinteraksi untuk bisa maju. Kita tidak akan bisa bertumbuh secara optimal kalau menjalankan semuanya sendirian.
Pada kenyataannya kita melihat banyaknya orang yang sebenarnya sudah dipulihkan tapi kembali jatuh kepada dosa asalnya, bahkan bisa jadi lebih parah dari sebelumnya, dan saat diteliti ternyata karena mereka hanya sendirian, tidak memiliki komunitas yang bisa saling menjaga dan mengingatkan. Inilah yang juga sering dilupakan oleh orang percaya, yaitu pentingnya bagi kita untuk memiliki komunitas yang kuat dan erat seperti halnya keluarga.
(bersambung)
Tuesday, November 12, 2024
Collective Faith (2)
(sambungan)
Mari kita lihat kisahnya dari Lukas pasal 5. "Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni." (Lukas 5:18-20).
Anda bisa lihat yang namanya usaha itu seperti apa. Tidaklah mudah menggotong seorang lumpuh untuk naik ke atas atap lalu menurunkannya dengan selamat ke bawah. Pakai apa naiknya? Tangga? Kalau tangga, bagaimana caranya mengangkat orang secara berempat dalam situasi tegak lurus ke atas? Kalaupun bisa, itu jelas memerlukan kemampuan keseimbangan yang diatas rata-rata dan kehatian tingkat tinggi. Kemudian bagaimana caranya meletakkan si lumpuh saat mereka harus membongkar atap? Tapi demi kesembuhan temannya oleh Yesus, mereka mati-matian berusaha dan mengalahkan kemustahilan.
Dan mari kita lihat apa reaksi Yesus yang saya pakai sebagai ayat bacaan hari ini. "Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni." (ay 20).
Perhatikan kata yang saya beri penekanan, "MEREKA". Yang disembuhkan adalah si orang yang lumpuh. Tapi apa yang mendasari Yesus menyembuhkannya? Jawabannya jelas tertulis dalam ayat ini, yaitu: "IMAN MEREKA". Bukan iman si lumpuh, tapi iman mereka. Kata mereka disini berarti jamak dan bukan tunggal. Bisa termasuk iman si lumpuh, tapi bisa juga iman keempat sahabatnya. Yang pasti, iman mereka secara kolektif, itulah yang menggerakkan Tuhan Yesus untuk menurunkan mukjizatNya.
(bersambung)
Monday, November 11, 2024
Collective Faith (1)
Ayat bacaan: Lukas 5:20
==============
"Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni."
Saya harap anda belum bosan dengan kisah keempat orang yang menggotong sahabat mereka yang lumpuh untuk bertemu Yesus agar disembuhkan. Dalam beberapa hari ini Tuhan memang sedang gencar berbicara banyak tentang beberapa hal mengacu kepada bagian kisah yang dicatat dalam tiga Injil, yaitu Matius Markus dan Lukas.
Bagi anda yang melewatkan beberapa renungan terdahulu, mari saya berikan lagi ringkasannya. Pada saat itu Yesus tengah datang di Kapernaum. Mengetahui bahwa Yesus ada disana, orang pun berbondong-bondong datang menjumpainya. Seketika rumah dimana Yesus ada pun penuh. Dalam Markus pasal 2 ayat 2 dikatakan bahwa disana sudah tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Kerumunan orang seperti itu membuat siapapun menjadi sulit untuk mendekat.
Datanglah seorang lumpuh yang digotong oleh empat orang temannya. Kalau satu orang saja sulit merapat, apalagi empat orang menggotong orang lumpuh. Tapi mereka tidak kehabisan akal, meski akal tersebut tampaknya sangat sulit atau bahkan sepertinya mustahil untuk dilakukan. Mereka memutuskan untuk memanjat atap, membuka atap rumah orang tersebut dan menurunkan temannya. Mukjizat pun terjadi. Yesus menyembuhkan si lumpuh pada saat itu. Ia pulang dengan berjalan dan membawa tilamnya sendiri.
Dalam beberapa renungan terdahulu kita sudah melihat beberapa aspek terkait mengenai hal ini, yaitu dari sisi pentingnya networking dan teamwork, kerjasama yang melibatkan Tuhan dan dari sisi si pemilik rumah yang merasakan sukacita kedua dari mukjizat yang terjadi di rumahnya dan menganggap kerugian sebagai bagian dari pelayanan. Hari ini saya ingin fokus kepada hal lain yang saya rasa juga jarang sekali kita perhatikan, yaitu iman dari keempat temannya.
(bersambung)
Sunday, November 10, 2024
Lanjutan Sukacita Kedua (7)
(sambungan)
Jangan bergembira karena roh-roh jahat itu takluk, tapi bersukacitalah justru karena itu berarti nama kita tercatat di surga. Sebuah nama yang muncul dalam kitab kehidupan akan membuat seisi surga bersukacita, dan demikian pula seharusnya dengan kita.
Mampu bersukacita dan bergembira karena kehidupan baik yang dilimpahkan Tuhan kepada kita tentu sungguh baik. Itu sudah jauh lebih baik dari orang-orang yang terlena dalam kenyamanan dan lupa untuk bersyukur atas berkat-berkat yang disediakan Tuhan bagi mereka. Menikmati sukacita sejati yang berasal dari Tuhan dimana keadaan tidak lagi bisa mengganggunya juga tentu amat baik. Tapi alangkah lebih baik lagi jika kita meningkatkan sukacita kita kepada sukacita berikutnya, yaitu sebuah sukacita yang hadir dalam diri kita ketika melihat adanya jiwa-jiwa yang diselamatkan.
Sukacita Bapa adalah sukacita kita juga. Rindukah kita untuk mengalami sukacita kedua? Sudahkah anda tergerak untuk mewartakan keselamatan kepada sesama, melakukan sesuatu bagi mereka agar mereka bisa mengalami Tuhan dalam hidup mereka melalui kita?
Jangan lupa bahwa sesungguhnya kita memikul Amanat Agung untuk mewartakan kabar keselamatan bagi setiap orang, dan kita bisa membuat surga terus bersukacita bersama dengan kita jika kita melaksanakan apa yang diamanatkan Yesus kepada setiap orang percaya. Jangan berhenti hanya pada sukacita pertama, tapi lanjutkanlah kepada sukacita kedua.
Setelah bersyukur dengan sukacita pertama, tingkatkan dengan sukacita kedua
Saturday, November 9, 2024
Lanjutan Sukacita Kedua (6)
(sambungan)
Dalam Roma 15 Paulus menyampaikan seperti berikut ini. "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri." (Roma 15:1).
Kita masing-masing haruslah mencari atau memikirkan apa yang baik buat sesama kita demi kebaikannya, menguatkan dan membangun mereka secara spiritual, bukan hanya mencari kesenangan sendiri.
Dalam bahasa Inggris kebaikan ini digambarkan dengan lebih lengkap: "his good and true welfare, to edify him (to strengthen him and build him up spiritually)"(ay 2).
Bentuk kepedulian seperti inilah yang sesungguhnya akan memungkinkan bangsa-bangsa berbalik memuliakan Allah dan menyanyikan mazmur bagi namaNya. (ay 9). Dan dengan demikian, bangsa-bangsa akan bersama-sama bersukacita dengan umat Allah. (ay 10).
Ketika kita bisa bersama-sama memuliakan Tuhan bersama jiwa-jiwa yang kembali ke pangkuan Tuhan, menerima anugerah keselamatan dan menjadi bagian dari karya penebusan Kristus, bukankah itu indah? Sudah sepantasnya itu bisa membuat kita dipenuhi sukacita.
Dalam kesempatan lain, mari kita lihat apa yang dikatakan Kristus. Kepada kita semua yang percaya telah diberikanNya kuasa untuk "menginjak ular dan kalajengking dan kuasa untuk menahan kekuatan musuh, sehingga tidak ada yang akan membahayakan kamu." (Lukas 10:19).
Ini adalah sebuah pemberian yang luar biasa. Bukan untuk gagah-gagahan atau pamer kekuatan, tapi adalah pemberian yang bertujuan agar kita semua diperlengkapi dalam menjalankan Amanat Agung, mewartakan kabar gembira untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Karena itulah Yesus selanjutnya berpesan: "Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga." (ay 20).
(bersambung)
Friday, November 8, 2024
Lanjutan Sukacita Kedua (5)
(sambungan)
Satu jiwa pun begitu berharga di mata Tuhan. Ketika jiwa itu kembali ditemukan, sang gembala akan menggendongnya dengan gembira (ay 5) dan akan bersukacita karena jiwa yang hilang telah ditemukan kembali. (ay 6). Dan Yesus pun dengan jelas menggambarkan suasana yang terjadi di surga ketika ada seorang bertobat. "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (ay 7).
Perumpamaan berikutnya adalah mengenai dirham yang hilang. (ay 12-14). Jika seseorang memiliki 10 dirham lantas kehilangan satu diantaranya, tidakkah mereka berusaha mencari dirham yang hilang itu? (ay 8).
Jika uang lembaran 10 ribu milik anda tercecer, tidakkah anda mencoba menelusuri atau mencarinya meski di dompet anda ada seratus ribu? Sukacita pun akan hadir ketika dirham yang hilang telah ditemukan. Dan kembali Yesus menggambarkan suasana yang terjadi di surga. "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (ay 10).
Semua perumpamaan dalam Lukas 15 ini menggambarkan sebuah sukacita pada tingkatan baru, bukan hanya berhenti pada sukacita ketika kehidupan kita diberkati Tuhan, tapi juga mengalami sukacita ketika ada jiwa yang bertobat, yang kembali selamat dari kesesatan. Seperti itulah sukacita kedua.
(bersambung)
Kreasi (1)
Ayat bacaan: Yesaya 64:8 ====================== "Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yan...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24 ===================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan ...
-
Ayat bacaan: Ibrani 10:24-25 ====================== "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih ...
-
Ayat bacaan: Mazmur 23:4 ====================== "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau...