Tuesday, February 4, 2025

Si Pencuri Sukacita (2)

 (sambungan)

Saya pun pernah mengalami itu, dan bisa saja mengalami hal itu lagi dan lagi kelak di kemudian hari. Apalagi dengan tekanan hidup seperti sekarang, potensi untuk kehilangan sukacita menjadi sesuatu yang benar-benar harus saya perhatikan lebih dari sebelumnya. Jangan sampai kehilangan sukacita itu membuat saya jadi kehilangan keceriaan dan mudah marah, karena itu tentu akan membuat semua orang di sekitar saya menjadi tidak nyaman, terutama anak dan istri saya. Agar itu jangan sampai kembali lagi, hanya satu hal yang harus saya pastikan. Dan itu adalah jangan sampai saya kehilangan sukacita.

Kenapa sukacita itu bisa hilang? Kalau dikatakan hilang, itu berarti bisa jadi ada pencurinya, begitu?

Nah, pembahasannya jadi menarik karena seorang penulis bernama Charles Swindoll pernah mengangkat tema ini dalam bukunya.

Dalam buku itu Charles Swindoll menyebutkan bahwa ada tiga hal yang paling sering menjadi terdakwa sebagai pencuri sukacita, yaitu:
-worry (cemas)
- stress (stres)
- fear (takut)

Charles Swindoll mendefinisikan worry atau cemas sebagai "an inordinate anxiety about something that may or may not occur", yang kalau diterjemahkan menjadi kecemasan berlebihan terhadap sesuatu yang mungkin bisa atau mungkin tidak terjadi. Mungkin terjadi, mungkin juga tidak, tapi kestabilan pikiran dan mental kita sudah keburu terganggu olehnya.

Lalu Stress is "intense strain over a situation we can't change or control" alias ketegangan yang intens terhadap sebuah situasi yang tidak bisa kita ubah atau kendalikan.

Dan terakhir Fear: "a dreadful uneasiness over danger, evil or pain", yaitu sebuah rasa gentar yang sangat tidak nyaman terhadap bahaya, perbuatan keji atau rasa sakit.

(bersambung)

No comments:

Si Pencuri Sukacita (2)

 (sambungan) Saya pun pernah mengalami itu, dan bisa saja mengalami hal itu lagi dan lagi kelak di kemudian hari. Apalagi dengan tekanan hid...