Monday, March 3, 2025

The Good Samaritan (8)

 (sambungan)

Tapi bagaimana jika orang yang hendak kita tolong bukannya berterimakasih tapi malah merugikan kita? Itu pun masih kerap terjadi hari ini. Sudah menikmati kebaikan tapi malah menyakiti orang yang sudah memberikannya. Bukannya berterimakasih tapi malah merugikan orang yang sudah berbaik hati. Bagaimana mungkin ada orang yang seperti itu? Entahlah. Tapi kenyataannya ada saja orang berhati seperti itu yang masih hidup di dunia ini.

Bahkan bukan cuma dalam hubungan horizontal antar manusia, kita pun kerap melakukan hal yang sama dalam hubungan vertikal dengan Tuhan. Sudah kita nikmati berkat dan kasihNya, kita masih tega menyakiti Tuhan lewat perbuatan-perbuatan kita yang buruk. Tapi hati Bapa terus setia mengasihi. Dia bahkan menganugerahkan AnakNya sendiri untuk menebus orang-orang berdosa yang butuh pertolongan termasuk kita.

Pertama, murah hati menurut kekristenan jelas punya daya jangkau sangat luas yang menembus sekat-sekat dan batas perbedaan. Kedua, murah hati menurut kekristenan tidak pernah tergantung dari latar belakang penerimanya atau reaksi apa yang akan kita dapat dari mereka melainkan tergantung dari seperti apa kondisi hati kita, apakah dipenuhi kasih karena adanya Roh Allah berdiam disana atau tidak. Jadi bukan karena orang, tapi karena Tuhan. Seperti itulah murah hati seharusnya menurut kekristenan.

3. Murah Hati bukan saja mendatangkan kebaikan bagi sesama tapi juga pada diri sendiri

Kalau kita mundur ke belakang, dalam Amsal disebutkan "Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri." (Amsal 11:17).

(bersambung)

No comments:

The Good Samaritan (14)

 (sambungan) Kalau begitu, apakah kita sudah mencerminkan pribadiNya yang murah hati dan penuh kasih dalam kehidupan sehari-hari? Maukah kit...