Tuesday, March 4, 2025

The Good Samaritan (9)

 (sambungan)

Sebuah sikap murah hati dikatakan Firman Tuhan mendatangkan banyak kebaikan kepada diri sendiri, bukan hanya kepada orang-orang yang kita bantu saja. Sebaliknya orang yang tega melihat kesusahan orang lain dan menutup pintu hatinya rapat-rapat, itu tidaklah mendatangkan manfaat tapi malah merugikan bahkan menyiksa diri sendiri.

Bukankah hati yang dipenuhi kebencian, sikap apatis, tidak punya empati dan simpati tidak akan pernah membuat kita bahagia? Bukankah sikap-sikap negatif pada hati yang berlawanan dengan murah hati merupakan kontradiksi dari kasih? Kalau sudah begitu bagaimana kita mau merasakan damai sejahtera?

Hidup yang tidak merasakan kedamaian dan sukacita akan sangat berat dijalani. Itu akan sangat menyiksa kita. Bangun pagi sudah merasa pahit di hati, sudah merasakan kebencian dan kemudian menyebar kebencian dalam kehidupan yang dijalani. Bayangkan betapa menderitanya hidup seperti itu.

Orang baru bisa murah hati kalau hatinya dipenuhi kasih. Orang yang hatinya seperti itu akan sangat bahagia kalau bisa membantu orang lain. Semakin banyak yang dibantu, semakin bahagia pula hatinya. Itu berarti kita berbuat baik pada diri kita sendiri. Tapi yang hatinya berisi hal-hal berlawanan dengan kasih sama saja dengan menyiksa badannya sendiri, baik saat masih di dunia maupun nanti pada masa kekekalan. Siksaan yang kekal nanti akan jauh lebih mengerikan dibanding sekarang. Karena itu Firman dalam Amsal 11:17 di atas sangat penting untuk kita ingat.

(bersambung)

No comments:

The Good Samaritan (14)

 (sambungan) Kalau begitu, apakah kita sudah mencerminkan pribadiNya yang murah hati dan penuh kasih dalam kehidupan sehari-hari? Maukah kit...